15

3.4K 176 1
                                    

Author

Pagi ini deo sedang menunggu diandra, mulai hari ini dia bertugas mengantar jemput diandra, dan selama dirs diandra akan diawasi oleh alina serta karin. Deo tersenyum mengingat bagaimana tadi malam karin dan alina sibuk mengatur waktu agar mereka bisa menjaga diandra selama di rs, dan mereka juga mengancam deo kalau sampai deo telat atau tidak menjemput diandra. Sementara jaya dia masih marah pada deo, bicaranya hanya seperlunya saja, dia bertugas menjaga diandra 24 jam selama diandra ada diwilayah rumah, termasuk jika tengah malam diandra menginginkan sesuatu.

Selama diperjalanan mereka hanya diam. "kamu pulang jam berapa nanti" tanya deo memulai obrolan.

"emm jam limaan mungkin atau lebih"

"bukannya kerja selesai jam lima"

"kalau kerjaan belum selesai ya belum boleh pulang"

"diandra plise bisa gak kamu gak mendebat"

"merasa didebat"

"iya"

"aku gak mendebat, lagi hemat tenaga"

Deo menghela nafas, lebih memilih diam, percuma saja bebicara dengan diandra, yang ada justru semakin membuat deo semakin kesal. Saat tiba dihalaman rs diandra hendak membuka pintu tetapi ditahan oleh deo "ini bekal buat kamu, aku tau kamu lagi gak bisa makan nasi, jadi ini aku buatin spageti" diandra tidak menjawab dia hanya memandang kotak bekal yang diberikan deo.

"tenang aja saosnya udah aku pisah biar gak terlalu lembek nantinya" lanjut deo sambil mendekatkan kotak bekal ke diandra.

"makasih" ucap diandra singkat.

"sama-sama, selamat kerja, semoga lancar dan jangan terlalu capek" pesan deo sambil mengusap kepala dan mencium kening diandra. Diandra yang tidak pernah mengalami hal ini salah tingkah, wajahnya memerah. Deo tertawa melihat reaksi dan ekspresi diandra "belajarlah untuk terbiasa menerima pelakuan ini setiap pagi dan saat aku jemput kamu" ucap deo sambil tersenyum. Diandra tidak menjawab dia langsung menundukkan kepala dan keluar meninggalkan deo yang masih menatapnya hingga memasuki rs.

Deo mengendarai mobil sambil tersenyum mengingat kejadian barusan, apakah diandra belum pernah diperlakukan seperti tadi oleh pria batin deo. Apakah begini rasanya jika hidup berkeluarga dekat dengan istri, setiap pagi berangkat kerja bersama, mengantar istri ketempat kerja kemudian mengecup kepalanya penuh sayang, batin deo. Ah kenapa istri, bahkan menikah saja belum, batin deo.

****

Diandra disambut hangat oleh para pegawai dibagian divisinya.

"mbk diandra jaga kesehatan, jangan sakit lagi, kita kangen sama tatapan membunuhnya" ucap salah satu pramusaji sambil tersenyum. Diandra memang dikenal tegas dalam memimpin anggotanya, dia tidak akan segan memarahi anggota jika memang salah, tapi jika anggotanya tidak salah dan divisinya mendapat keluhan maka diandra akan menelusuri dimana letak kesalahannya dan diandra juga tidak segan menegur bahkan memarahi sipembuat kesalahan sekalipun itu diluar divisinya.

"iya mbk diandra selamat buat kehamilannya, semoga rd. diandra dan kandungan selalu sehat" doa chef pastry sambil tersenyum dan diamini oleh anggota yang lain. Diandra diam, ternyata kabar kehamilannya telah menyebar di rs. Ah tentu saja mana mungkin tidak, sementara saat sakit kemarin dia dirawat disini batin diandra. Diandra mengamini sambil tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

Diandra menuju lantai empat untuk visit pasien, selama dijalan banyak yang menyapanya tapi setelah diandra melewati mereka, mereka akan langsung berbisik dan membicarakan tentang kehamilan diandra. Diandra hanya tersenyum sinis, baginya ini adalah sangsi sosial yang harus diterimanya.

The Third PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang