8

3.8K 212 2
                                    


Deo Tama Putra

Aku bersandar pada sofa sambil melipat tangan didada mengamati wanita yang sedang duduk beberapa meter dariku, terlihat serius, sudah hampir tiga minggu ini aktifitasku adalah memantau dia melalui CCTV, jika ditanya mengapa maka aku tidak bisa menemukan jawabannya, aku hanya mengikuti keingin tahuanku, dan dia bagiku adalah jenis wanita langka yang patut dilestarikan, gila kerja, perfeksionis, tegas, aku heran bagaimana dia bisa menikmati hari-hari hanya dengan bekerja, apakah dia tidak punya kehidupan sosial lain.

Yang aku suka darinya adalah rambut hitam sepinggang yang indah, apakah dia tidak khawatir rambutnya akan rusak oleh polusi atau paparan sinar matahari, saat dia harus mengendarai motor. Saat dia serius dengan kerjaannya maka rambut indah itu akan dicepol tak beraturan tapi justru menimbulkan kesan seksi, ditambah dengan kaca mata yang bertengger pada hidung mancungnya itu menguatkan bahwa dia memang pintar.

Aku selalu tersenyum ketika dia bisa sambil mengetik membaca dan makan dikerjakan dalam satu waktu sekaligus, jika wanita pada umumnya menghindari makan dimalam hari dengan alasan takut gemuk, sepertinya hal tersebut tidak berlaku padanya. Setiap malam aku selalu melihat berbagai jenis makanan terhidang dimeja berteman dengan tumpukan kertas-kertas.

Dengan mata bentuk almond yang cantik ideal dan merupakan bentuk mata yang paling ingin dimiliki berdasarkan dari internet aku membaca seperti itu, warna mata coklat yang mengesankan kecerdasan, dan hidung mancungnya menampilkan kesan sombong dan angkuh, tapi selama mengenal dia memang aku setuju jika dia dibilang angkuh dan sombong, tapi dia bersikap seperti itu hanya padaku, buktinya pada septi dia selalu ramah dan baik. Yang paling aku suka selain rambut adalah bentuk bibirnya yang tipis dan berwarna merah alami, berdasarkan apa yang aku baca, wanita dengan bibir tipis adalah wanita pekerja keras dan bertanggung jawab, dan dia cenderung memilih-milih orang untuk menceritakan tentang permasalahannya, ah sepertinya apa yang aku baca memang sesuai dengan dirinya.

Hari ini aku sengaja datang diluar jadwal kerjaku, aku ingin melihat dia secara langsung, tidak nyaman rasanya jika terus melihat hanya dari monitor terkesan aku seperti seorang penguntit, awalnya dia sedikit keberatan tapi dengan alasan aku ingin melihat sejauh mana perkembangan proyek yang dia jalankan maka mau tak mau dia menerima, sekalipun septi si manager operational restoku harus ikut tertahan diruanganku karna dia secara terang-terangan menyatakan tidak nyaman jika harus seruangan berdua denganku.

Aku dianggap seperti patung karna sejak tadi dia selalu berdiskusi dengan septi, baiklah daripada aku dianggap patung tampan diruangan ini maka aku memutuskan untuk ke kitchen membuat minuman, siapa tau dia bisa sedikit jinak eh maksudku lembut jika aku membuatkan dia minum coklat panas. Aku tau dia sangat suka dengan minuman itu, karna para pegawaiku sempat bercerita bahwa dia tidak pernah memesan minuman selain coklat panas.

****

Author

Deo berlari saat mendengar jeritan dari septi, resto yang sudah sepi membuat ia bisa mendengar suara bahkan dari lantai dua sekalipun. Saat dia membuka pintu dia sudah mendapati diandra tergeletak di pinggir meja kerja dan septi duduk disampingnya berusaha untuk membangunkan diandra. Deo segera menghampiri dan sedikit menggeser tubuh septi untuk lebih memudahkannya mengecek apa yang terjadi. Dia melihat wajah diandra yang pucat dan keringat dingin menghias disekitar dahi. Tangan deo menepuk pelan pipi diandra berharap cara ini bisa membuat diandra tersadar, karna diandra terus saja diam tanpa respon, dia mulai meraba pergelangan tangan dan mencari nadi diandra, nadinya melemah, dia langsung menggendong diandra dan berteriak kesepti untuk menyiapkan mobil.

Deo membawa diandra ke klinik yang terdekat dari restonya, karna jika harus membawa ke rs membutuhkan waktu dan dia menghawatirkan kondisi diandra. Sesampainya di klinik 24 jam tersebut diandra langsung ditangani oleh tim medis, sementara deo menunggu dikursi tunggu yang terletak tidak jauh, dia mengusap kasar wajahnya. Tidak ada hal lain yang bisa deo lakukan selain menunggu. Deo sempat mengambil ponsel dan hendak menghubungi alina, tapi deo teringat bahwa alina saat ini sedang diluar kota. Ingin menghubungi jaya maupun karin tapi deo masih belum tau dengan benar apa hubungan antara mereka. Deo bingung karna tidak tau harus menghubungi siapa yang terdekat dengan diandra.

The Third PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang