25

3.2K 191 0
                                    

Deo Tama Putra

Diandra masih asik dengan kertas-kertas yang berserak di meja ruang tv, hari ini dia izin pulang cepat karna merasa tidak enak badan, tapi sesampainya dirumah bukannya beristirahat justru malah melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

"di,katanya gak enak badan, kok malah kerja gitu, dirumah buat istirahat di ini rumah bukan kantor"

"bentar lagi selesai, aku lagi nyelesaiin proyek kamu"

"aku dah bilang jangan terlalu difikirin, kan aku dah ngasih kelonggaran waktu"

"gak bisa de, sekalipun gitu juga harus tetep cepet selesai, tim aku juga masih punya pekerjaan didivisi mereka masing-masing, aku gak suka kalau nunda-nunda"

Aku hanya bisa menggeleng, gila kerjanya tetap saja tidak bisa dihilangkan, kadang aku khawatir dengan kandungannya yang semakin besar itu, tapi dia seperti yang santai dan menjalani semuanya dengan biasa, perut besarnya itu tidak mengurangi aktifitas dia.

"de aku minggu depan kayaknya harus ke palembang deh, buat jadi pembicara disana" mendengar ucapannya aku terkejut, dengan kondisi kandungan yang semakin besar bukannya berbahaya jika berpergian jauh.

"aku gak izinin" ucapku santai dan dapat kulihat ekspresi wajahnya protes. "gak bisa de, beberapa bulan yang lalu aku udah batalin,dan gak enak kalau sekarang harus batalin lagi"

"perlu aku telfon manager departemen eksternal lagi supaya kamu gak usah pergi"

"lagi?"tanya diandra, sial aku salah pemilihan kata.

"awal kehamilan kemarin aku juga bilang ke managernya supaya kamu gak usah pergi keluar kota" jelasku. Begitu tau bahwa diandra harus melakukan penerbangan untuk keluar kota padahal kondisi kandungannya saat itu belum kuat, aku langsung menemui bagian eksternal dan memerintahkan untuk melarang diandra ditugaskan keluar kota, aku mungkin pada saat itu tidak menjabat di rs tapi sebagai wakil dari perusahan pusat tentu saja aku juga memiliki hak.

"oh jadi kamu yang buat supaya waktu itu aku gak jadi pergi" aku hanya menatap diandra dengan polos sambil tersenyum.

"de,aku tau kamu khawatir dan sekarang kamu punya hak di rs tapi plise jangan jadiin jabatan kamu itu buat ambil untung kayak gini"

"aku gak ambil untung, aku cuma gak mau kandungan kamu kenapa-kenapa,salah?" protesku, dia hanya tersenyum kemudian duduk disampingku.

"aku tau kamu khawatir, tapi aku juga bukan ibu yang bodoh de, aku udah konsul sama dokter yusuf dan dia bilang kandungan aku gak bermasalah kok buat diajak terbang"

"..."

"kemarin prof yeni langsung yang menghubungi aku dan minta kesediaan aku, buat aku ini suatu kehormatan de, prof yeni adalah pembimbing dan senior yang sangat aku hormati, aku gak mungkin kan buat nolak" jelas diandra. Aku hanya pasrah, aku tau betapa dia sangat mencintai profesinya saat ini, melarang dia tanpa alasan yang jelas hanya akan menimbulkan cekcok diantara kami nantinya. Terlebih yusuf sudah memberikan izin, ah seandainya aku juga berprofesi sebagai dokter mungkin aku bisa membohongi dia dengan alasan-alasan yang logis.

"aku sebenernya mau ikut di, tapi aku gak bisa ninggalin kerjaan disini,tau sendiri semenjak alina PPDS aku yang ambil alih tanggung jawabnya"

"gak apa-apa, aku bisa jaga diri kok"

"aku bakal suruh asisten aku aja buat ikut kamu"

"astaga de, gak usah"

"aku gak terima penolakan, dari pada aku gak izinin inget aku ini suami kamu, berhak untuk ngelarang kamu, aku gak mau kamu cuma sendiri disana"

The Third PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang