Rio's povMalam hari, dirumah Rio.
That was amazing. Mistress membuatku melayang. Sentuhannya, ketegasannya, intonasinya membuatku horny. Sudah lama aku ingin dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini, dimiliki berarti dikuasai, kehilangan hak atas diri sendiri. Dan mistress membuktikan kalau penilaianku tidak salah. Mistress bukan hanya memiliki dan menguasaiku. Tapi seluruh duniaku. Aku benar-benar bertekuk lutut, bukan karena takut. Tapi lebih pada rasa hormat, dan keinginan untuk memuaskannya.
Aku sudah menyukai bdsm bahkan sejak aku belum mengetahui istilah itu. Kalo browsing nyarinya yang pemerkosaan. Haha, sayang kebanyakan yang diperkosa cewek. Kan cowok juga pengen diperkosa. Aahh, jadi inget kejadian tadi..
Ok, back to my story. Aku selalu terangsang saat melihat adegan ikat mengikat, dipermalukan, ditelanjangin, dan yang berbau pemaksaan, dari situlah aku mulai mencari tahu. Puncak perkenalanku dengan dunia ini, saat awal SMA. Sejak saat itu, menyukai segala sesuatu yang berbau BDSM. Aku masih menonton yang vanilla (varian seks yang normal), sama teman-teman terkadang. But it's not really turn me on. Rasanya berbeda. BDSM terasa lebih mencekam, dan menantang. Merasakan borgol atau tali dikulitku saja sudah cukup untuk membuatku ereksi.
Aku cenderung submissive tentu saja. Aku menyukai rasa sakit, tapi gak yang sampai berdarah-darah. Memiliki dominan yang mampu mengontrol apa yang kulakukan, mengawasiku, tak dapat ditebak, namun tetap bisa memberikan rasa aman, dan perlindungan. Mistressku adalah orang yang seperti itu.
Pertemuan dengan mistress merupakan anugrah bagiku. Dari awal dia menawarkan hubungan jangka panjang denganku. Aku ragu, karena kebebasanku harus terenggut, dan aku harus siap sedia kapan pun ia butuhkan. Kami mencoba trial section, scene via skype. Caranya mendominasiku, I love her at the first sight. Beberapa kali online scene, chatting. Aku memantapkan hatiku untuk menerima tawarannya.
Aku mereview surat perjanjian yang ia berikan. NO SEX. Oh NOO... Appetizer yang enak harus dilanjutkan dengan makanan utama yang enak juga kan? Tapi, karena itu batas keras mistress. Aku harus memakluminya. Aku akan memberikannya kenikmatan dengan cara lain. That's my promise. Ya, aku harus bisa menerima batas kerasnya, karena Mistress menerima batasan yang kuberikan.
Nunittulululalit badambembem nuniiitnut.. handphone ku berdering, dari Mistress.
"Halo, Mistress."
"Rio, lagi apa??"
"Lagi tidur-tiduran nih, masih kebayang scene tadi Mistress. Enak banget."
"Hahaha, you will get much better that that baby, don't worry. Btw, katanya mau ngirimin nilai-nilai kamu,"
"Ah iya, saya lupa mistress. Saya kirim ya sekarang."
"Ok. Kalo udah Line aja yaa... Bye Rio, istirahat yaa... "
"Eh, tunggu Mistress..."
"Kenapa??"
"R-Rio sayang Mistress." Aku tersipu malu.
"Mistress juga sayang Rio. Tidur ya sayaang, inget, do not jerking off."
"Tapi, Rio gak mau tidur. Rio masih mau mikirin Mistress,"
"Bau baunya Mistress baru digombalin nih."
"Hehehe, kok mistress tau sih,"
"Tau lah sayang. Yaudah ya, Mistress lagi kerja nih."
"Mistress ngerjain apa? Mau Rio bantu gak?" Oh God, aku masih ingin mendengar suara Mistress lebih lama lagi.
"Mau bantuin Mistress? Memangnya kamu bisa ngitung struktur bangunan? Kamu akan lebih ngebantu Mistress kalo nutup telepon, dan tidur. Mistress gak mau kamu masih berbokep ria, atau chatting dengan cewek-cewek. Dan mistress gak berharap kamu keluar rumah buat clubbing atau hanya sekedar futsalan malem-malem."
KAMU SEDANG MEMBACA
Immersed in Shadow
Aktuelle LiteraturKetika sebuah cita-cita menjadi nyata, melebur bersama lenguhan dan tetes-tetes keringat. Membuktikan arti kepercayaan dan pengendalian diri. He said : Aku menyerahkan diri padamu, mengendalikan setiap nafas yang kuhirup, mengatur tiap degup jantun...