PHYSICAL TRAININGJuni
Rio's pov
Aku masih diam dan menunggu, entah sampai kapan. Mataku tertutup, aku gak bisa bergerak bebas. Tangan dan kakiku gak bisa digerakkan, terikat manis. Gak bisa bersuara, gak bisa melihat apa-apa, aku berdiri dengan tenang. Enggak kok, aku gak lagi diculik. Aku bahkan gak mau bersusah payah meminta pertolongan. Kalo 'tolong siksa aku, Mistress' mungkin itu yang akan ku katakan. Yup, i'm quite enjoy this situation, bahkan sedikit ereksi.
Hari ini training pertamaku dimulai. 3 hari disekap sama Mistress. Karena masih jadi pengangguran alias belom masuk kuliah, nyokap dengan senang hati mengizinkanku menginap. Mungkin dia bosan melihatku hanya bermalas-malasan dirumah.
Training ini bakal keras, kata mistress, dan aku disuruh berolahraga untuk menjaga ketahanan tubuhku. But, aku gak tau harus olahraga apa, apa yang bakal mistress lakuin ke aku juga aku gak tau. No idea. NOL besaar. Jadi aku hanya olahraga tangan biar lebih tahan.. hehe, keep it secret. Kalo mistress tau aku coli, bisa habis aku.. gimana bisa tahan kalo mengingat hadiah mistress waktu itu. Haaaaahh, makin keras nih batang kalo mikirin itu...
Tuk, tuk, tuk, tuk
Itu suara sepatunya Mistress, yang perlahan mendekati aku. Dadaku berdegup kencang, sudah mau dimulai nih.. aroma tubuh Mistress mulai menginvasi indera penciumanku, enak banget, aku pengen liat mistressku..
"Too exited, huh?" bisik mistress ditelingaku sambil meremas kedua bolaku.
Aku mengerang.
Aku merasakan cambuk menyentuh punggung telanjangku, keras, sakit banget. Ini mah bukan cambuk yang biasa mistress pake buat pemanasan.. sakit gilaaa.. aku hanya bisa ber-aawww-awwww ria. Gilaaa sakit banget, dan mistress gak berhenti, malah makin keras mencambukku.
"Awww FWCK!!" umpatanku terdengar jelas dibalik ball gag yang kupakai.
Mistress menampar mukaku, "kamu mengumpatku?!"
"Eemmmh eemmhh," aku menggeleng cepat. Sakit Mistress,, bukan mau ngumpat Mistress,, haduuh.
Mistress mencambukku lagi dengan lebih keras.. aduh, apa yang harus kulakukan biar Mistress berhentii, rasanya gak sanggup lagi badanku. Ummh, save word, save word. Apa save wordnyaaa... kalo red, nanti udahah, gak jadi training. Yang satu lagi apaaa....
"Mmerghcy.. mercy mighstressss..."
Seketika cambukannya berhenti.. Mistress membuka penutup mataku. She is amazing, pakaian jaringnya, seksi dan mengintimidasi. Aku mengalihkan pandanganku kebawah, takut? Enggak. Ngerasa terintimidasi? Dikit. Tapi bukannya seorang sub yang baik harus menatap kebawah, not look straight into his mistress' eyes.
"Good, selalu inget your save word kalo lagi scene, slave." What? Slave? Namaku udah jadi slave toh sekarang.
"I think you forget something, slave. I'll help you remind it. COUNT TO TEN!" Apa yang kulupakan?
Cambukan pertama mengenai tubuhku, "o-onee."
"Aww two"
"No slave, ONE. it will be one, until you say it properly."
Mistress lalu melanjutkan ayunan cambuknya "aawh one mistress.." apa yang aku lupain,,, haduuh, otak gak bisa dipake mikir lagi.. aku terus menghitung 'satu' tiap cambukan itu mencumbu kulitku.
Shit, Mistress gak mau ngasih petunjuk, kapan nyampe sepuluhnya kalo gini.. "one" kataku lemah. Udah merah nih badanku, gak kuat banget, sakit, mana nyambuknya gak pindah-pindah lagi.. jadi yang sakit disitu-situ aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immersed in Shadow
General FictionKetika sebuah cita-cita menjadi nyata, melebur bersama lenguhan dan tetes-tetes keringat. Membuktikan arti kepercayaan dan pengendalian diri. He said : Aku menyerahkan diri padamu, mengendalikan setiap nafas yang kuhirup, mengatur tiap degup jantun...