Seorang laki-laki mengirim chat media social padaku."Kapan kita bisa bertemu kak?"
"Minggu ini kamu kosong gak? Di PIM, jam 11 yah."
"Kosong sih kak, tapi jauh banget.. iya deh gak papa buat kakak apasih yang enggak."
Cih, aku dirayu anak ingusan, pikirku. Baiklaah, kita lihat sejauh mana keseriusan anak ini.
"Aku mau kamu pakai baju warna peach sama skiny jeans. Pake topi dan gelang di tangan kanan, no jaket apapun jenisnya."
"Wadaw, baju peach kak? Dapet dari mana?? Huft, okelah aku usahain ya kak.."
"See u there baby boy.."
End chat
***
Btw buat kalian yang bingung whats going on here, let me explain.
Aku adalah seorang cewek lokal bertubuh tidak terlalu tinggi. Aku dikaruniai tubuh ramping nan sexy, sehingga tinggi bukan masalah yang harus kita pedulikan. Aku berumur 26 tahun, bekerja di sebuah perusahaan multi nasional yang bergerak di bidang konstruksi. Pekerjaan menuntutku bergerak dan berfikir cepat. Jabatanku sudah cukup tinggi diperusahaan itu. Aku kerapkali mengambil keputusan-keputusan penting terkait eksekusi di lapangan. Bekerja dibawah tekanan dan tengat waktu sudah aku alami selama bertahun-tahun. Karena itulah aku terbiasa memegang kendali atas segala sesuatu. Penghasilan yang kuperoleh cukup lumayan untuk hidup di ibukota.
Aku memiliki apartment yang cukup mewah di bilangan Jakarta Utara. Memiliki apartment yang mahal tampaknya terlalu berlebihan untuk gadis lajang sepertiku, tapi demi alasan keamanan, I think it's worthed.
Dan apa kaitanya dengan cowok tadi? Well, dia adalah seseorang yang aku kenal dari sebuah situs bdsm. Setelah perkenalan yg cukup lama aku tau dia adalah seorang siswa kelas 3 SMA yang juga doyan bdsm. Tepatnya sebagai submissive. Selama ini kami hanya bertukar fantasi dan chat. Sampai aku merasa tertarik dengan cowok ini, aku ingin bersama dia dan memilikinya lebih dari apapun. Aku mengajaknya bertemu.
Hari yang ku tunggu tiba, aku tiba di PIM 10.45, aku memastikan apakah dia sudah di lokasi atau belum. Yakali Mistress nungguin sub-nya. Pada pukul 11 dia sudah ada dilokasi perjanjian. Aku meninjau ulang dan merapikan berkas-berkas yang kubawa. Memastikan make up ku tidak terlalu berlebihan dan tampak natural, agar perbedaan umur kami tidak terlihat. Setelah 15 menit aku keluar dari mobil dan berjalan perlahan menuju ke tkp.
Brak,
Aku menaruh berkas-berkas ku dimeja. Aku langsung mengenalinya dari dress code yang ia kenakan. Well, dia memakai semua yang ku perintahkan tanpa ada yang luput sedikitpun. Good boy.
"Udah lama Rio?"
"Gak lama kok kak."
Pakaian yang kugunakan tidak berlebihan, tidak terbuka, dengan high heels 7 cm hitam kesayangan, make upku natural, tapi tetep aja nih anak terkagum kagum dengan first impression ku. Ice mochachino frappe nya sudah disesap sebagian. Kurasa sudah cukup lama dia disini.
Setelah makan dan mengorek cukup banyak informasi darinya (baca: ngobrol) aku langsung masuk ke inti masalah
"Kamu yakin mau jadi pacar sekaligus submissive ku, Rio"
"Iya kak."
"Are u sure?"
"Saya gak pernah seyakin ini kak, saya mengagumi kakak, menyayangi kakak. I want to be with you, pleased you. I wanna be yours."
"Ada kontrak yang harus kamu baca. Ini buat kebaikan kamu, kebaikan aku juga. Jadi kedepannya kita jelas. Sebelum kita mulai scene, sebelum kita bersama, aku harap kamu tandatanganin kontrak ini. Pasal-pasalnya bisa kita diskusikan lebih lanjut. Buat keamanan kamu, aku gak akan menghajarmu lebih dari yang bisa kamu terima. Aku gak akan ngelakuin apa yang gak kamu suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Immersed in Shadow
General FictionKetika sebuah cita-cita menjadi nyata, melebur bersama lenguhan dan tetes-tetes keringat. Membuktikan arti kepercayaan dan pengendalian diri. He said : Aku menyerahkan diri padamu, mengendalikan setiap nafas yang kuhirup, mengatur tiap degup jantun...