Chapter 8 - Training 03

4.9K 94 2
                                    

Sebenernya saya ragu mau buat chapter ini di private apa enggak... soalnya scene-nya gak ada ena ena-nya sih, tapi ini agak hmmm... let's see, sadis? gak sadis juga sih... tapi demi kenyamanan pembaca akhirnya diprivate juga, biar samaan kayak edisi training yang lain. wkwk

enjoy baby.. muach

-----

Mistress's POV

Aku harus memperbaiki moodku atau anak ini akan jadi perkedel. Aku kalo lagi marah dan ada pelampiasan, jiwa sadisku bisa muncul. Aku gak mau melukai Rio, aku takut tindakanku gak terkendali, dan melebihi batas-batas ketahanan dia.

'Dominan yang baik, harus mampu mengendalikan sikapnya,'

Aku menenangkan diri sejenak, memikirkan langkah-langkah yang akan ku ambil, setelah emosiku cukup stabil, aku kembali ke pintu depan, Rio masih menungguku, on his knees. Ia menyadari kehadiranku, namun tetap menunduk. Tanpa ba bi bu, kutarik rambutnya. Berjalan cepat naik ke playroom ku. Aku gak tau pasti Rio berjalan, merangkak, atau ngesot sambil mengikutiku. Bukan urusanku.

Sesampainya di playroom, aku mendorong tubuhnya hingga terjatuh. Aku menginjak dadanya dengan sebelah kakiku. Menginjak, bukan menyentuhkan, aku menekannya hingga berat tubuhku tersalurkan melalui badannya.

"Apa yang harus kau siapkan sebelum scene?"

"sa saya," suara Rio tercekat.

Aku menekan dadanya lagi, "apa yang harus kau siapkan sebelum scene?" ulangku

"saya... saya harus membersihkan tubuh saya, termasuk menghilangkan bulu-bulu yang mengganggu. Dan saya harus bersiap didepan pintu menunggu Mistress." Ucapnya perlahan.

Aku mengarahkan kakiku ke bulu kemaluannya. "ini apa?!!"

"maafkan saya Mistress, saya tadi terburu-buru.."

"kamu terburu-buru sampai membuatku menunggu 20 menit slave. Itu definisi terburu-buru versi kamu?!!"

"ma-maaf mistress. Saya bersihin sekarang Mistress," aku menahannya,

"Sini, Mistress bantuin." Kataku lembut.

Ucapanku berbanding terbalik dengan tanganku yang dengan agresif mencabuti rambut kemaluannya. Rio mengerang, bahkan beberapa kali menjerit. Rambut kemaluannya masih pendek. Jadi yang ada malah ketarik-tarik bukannya kecabut, makin kenceng aja Rio jeritnya. Rio kesakitan, tampak jelas dari ekspresi, teriakan dan gesture tubuhnya, tapi tangan Rio gak berusaha menyingkirkan tanganku dari kemaluannya. Dia pasrah, tanpa perlawanan.

***

Setelah puas menyiksanya, aku menyuruh Rio mencukur habis bulu-bulu didaerah kemaluannya. Aku membiarkannya membersihkan diri dan bersiap-siap. Sementara itu, aku kembali ke kamar, memakai suit paling sexy serta memperbaiki make-up ku.

Saat aku kembali ke playroom, Rio sudah bersimpuh didekat pintu dengan posisi submissivenya, kepalanya yang menunduk langsung diangkat, dengan tatapan mata tetap ke bawah. Aku menyuruhnya berdiri. Memeriksa sekilas kebersihan tubuhnya, lalu berbisik ditelinganya.

"Mistress ingin mendengar kesiapanmu slave." Bisikku, diakhiri dengan jilatan sekilas ditelinganya.

"Saya siap mengikuti training hari ini, dan saya siap melakukan apapun keinginan anda Mistress."

"uh uh, gak gitu slave, dan siap anda pakai. Say it louder."

"SAYA SIAP MENGIKUTI TRAINING HARI INI DAN SIAP ANDA PAKAI, MISTRESS."

Aku tersenyum, puas. 

***

Aku memposisikan tubuh Rio ketempat yang kuinginkan, lalu menyatukan kedua tangannya terikat diatas kepala, kedua kakinya pun terikat rapat tak bergerak. Tubuhnya dingin, mungkin karena terlalu exited dengan apa yang akan kulakukan padanya atau karena AC ruangan yang memang kusetel cukup dingin, entahlah. Yang pasti aku harus menghangatkan tubuhnya terlebih dahulu. Semua butuh pemanasan, bukan?

Immersed in ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang