Sudah tiga jam aku meninggalkan Rio. Kuraih potongan keripik kentang terakhirku, memasukkan dengan cepat kemulutku. Aku mengulum senyum, mataku tak lepas dari layar tablet yang menyiarkan kondisi playroomku.
Rio jelas sudah kelelahan. Badannya acap kali bergerak-gerak meskipun ia tetap mempertahankan posisi itu. Aku menjilat jemari tanganku, menghabiskan remah-remah bumbu keripik kentang yang tersisa disana. Aku mengambil bungkus keripik yang telah kosong, meremas plastik itu sebelum membuangnya ketempat sampah di dapur. Aku mengambil sabun antiseptic lalu menyalakan kran air. Setelah memastikan tanganku bersih, aku melenggang ke kamar.
Kuambil kotak merah dari salah satu laci dilemari besarku, barang yang sudah cukup lama mengendap disana. Kubuka kotak itu, isinya masih sama seperti saat aku menyimpannya. Apakah ini saatnya?
Jujur saja aku masih bimbang. Aku merasa Rio orang yang tepat, tapi ia masih terlalu muda, umurnya bahkan belum genap 20. Huft, apakah keputusan ini tidak tergesa-gesa? Banyak yang belum ia ketahui, trainingnya pun tak berjalan sesuai yang kuharapkan. Aku menarik nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikiranku. Hingga sampailah aku pada kesimpulan itu.
Aku melangkahkan kaki menuju playroom, kuletakkan kotak merah itu kesalah satu nakas. Pandanganku tertuju ke slave-ku. Tubuhnya langsung ia tegakkan saat aku datang, posisi tangannya, kepalanya, kembali ke sikap sempurna seperti yang kuajarkan saat pertama scene dulu.
Aku berdiri didepannya, "pegal?" kataku.
"kaki Rio mati rasa Mistress," Sahutnya.
Aku menyunggingkan senyum tipis, "tahan sebentar lagi yaa."
"apa yang sudah kamu pelajari selama training ini?" kataku sambil mengusap-usap kepalanya.
"saya belajar banyak hal, I learn how to serve you mistress, apa saja yang menyenangkan anda, dan yang anda tidak suka. Ah iya, safe word. Rio harus inget safe wordnya selama training"
"apa yang harus kamu lakukan saat bersamaku?"
"kalo Cuma berdua di apart sama Mistress? Eung, Rio harus memanggil anda 'Mistress' saat kita hanya berdua, saya tidak boleh mengenakan pakaian lebih banyak dari anda, bahkan tidak memakai apa-apa saat anda menginginkannya. Saya harus membersihkan diri sebelum scene, dan berlutut menunggu anda."
"apalagi?"
"hmm, saya gak boleh menatap mata anda, kepala tetap tegak tapi pandangan kebawah."
"tell me about discipline"
"Rio harus menuruti perintah Mistress, bilang terimakasih apapun yang anda lakukan, sakit ataupun enak. Kalo tidak patuh Rio berhak dapat hukuman."
"and I grant you a wish for being a good boy. What else?"
Rio mengerutkan kening tanda ia sedang berfikir.
"I can't touch you unless you told me to. I'm not suppose to speak unless you asked me question,"
"No baby, kamu boleh bicara kapanpun terutama saat kamu kesakitan atau saat gak nyaman dengan posisi tertentu. I need your reaction in everything that I do to you, do you understand me?"
"Yes Mistress."
Aku menjauhi tubuh Rio, menatap kotak merah dengan ragu.
"Kaesario Androwangsa Atmawijaya, would you be my submissive?"
"yes Mistress."
"apa yang akan kita lakukan mungkin akan lebih parah dari training ini, akan lebih menyakitkan... Both of your mind and your body."
"please teach me and guide me. Rio akan menghadapi semuanya Mistress."
Setelah mendengar jawaban Rio dengan mantap aku meraih sesuatu dari kotak merah itu.
Aku berlutut didepan Rio, "ini official collar. Sekali aku pasang gak akan bisa dengan mudah dilepas. Jawab Mistress Rio, kamu bersedia jadi submissiveku?"
"Yes please, Mistress." Rio lalu menundukkan kepalanya saat kupasangkan eternity collar dilehernya.
Kuelus lembut pipinya, Rio tersenyum menatapku. Semua perasaanku bercampur jadi satu, keraguanku sirna sudah, terhalau gelak tawa kelegaan. Kubawa ia kedalam dekapanku, bibir kami bertaut menyegel komitmen yang kami buat bersama.
***
"Rio kira ini leather loh Mistress, gak taunya besi toh," katanya sambil memegang collar tipis polos berwarna hitam dilehernya.
"suka?"
"its like a dream comes true, Mistress, hehe." Katanya sambil menunjukkan deretan giginya yang putih.
"sini Mistress bantu berdiri,"
Rio memegang tanganku erat saat ia berusaha berdiri. "Bentar Mistress, kesemutan."
Perlahan aku memapahnya duduk dikasur, "is that hurt?"
"No Mistress, it worthed."
"Rio istirahat aja dulu... Mistress tunggu dibawah."
"Gak mau nemenin Rio?"
"Mistress tunggu dibawah."
***
Aku sedang bersantai menonton Arrow Season 5 di TV ketika Rio datang, ia langsung duduk didekat kakiku, menyandarkan kepalanya disana, lalu mengelus kakiku sembari dipijitnya lembut. Senyum tersungging di wajahnya, sirat kepuasan dan kebahagiaan terpancar dari sana.
"kenapa senyum-senyum mulu?"
Rio menyunggingkan senyumannya, menatapku lembut. Darahku berdesir. Oh, not now again. Ekspresi Rio bagai candu untukku, membangkitkan gairah terpendam yang akan tersulut sebentar lagi.
Aku mengalihkan pandanganku ke layar TV. "Gak mau dijawab?" sahutku setengah jutek,
"uhm, Rio lagi senang, Mistress," katanya malu-malu.
Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya secara tiba-tiba, kutatap langsung ke manik matanya.
"why??" tanyaku. Rio tampak gelagapan, bersaha mengalihkan pandangannya dari tatapanku. Dengan cepat kuraih dagunya, memposisikan bibirku kebibirnya. Aku tak bisa lagi menahan hasrat untuk menyecap bibirnya.
Rio menyambut bibirku dengan lembut, dibuka sedikit bibirnya. Kecupan-kecupan lembut berubah menjadi liar, desahan Rio mulai terdengar putus-putus karena seranganku. Aku beralih ke titik sensitifnya, saat bibirku mendarat disana, desah lembutnya berubah menjadi erangan tertahan.
"jangan ditahan Rio," kataku sambil menciumi lehernya dan menghiasi leher putihnya dengan bekas kemerah-merahan. Rio mengerang, berusaha menjauhkan lehernya dari pagutanku.
"jjangan sampai merah mistress,"
"oh, you not suppose to order me, dear" kupilih satu spot dilehernya, menghisap titik itu sepenuh hati, sebelah tanganku menahan lehernya agar tidak menjauh. Rio tak berkutik, memasrahkan dirinya atas perlakuanku. Aku menghentikan kegiatanku setelah puas dengan warna yang kuhasilkan. Warna yang akan bertahan 4 sampai 5 hari itu terletak agak keatas, entah akan tertutup saat Rio mengenakan baju atau tidak, bukan urusanku.
***
_____
Big thanks to @MizzBeezz berkat beliau Rio jadi punya official collar
enjoy, muach :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Immersed in Shadow
General FictionKetika sebuah cita-cita menjadi nyata, melebur bersama lenguhan dan tetes-tetes keringat. Membuktikan arti kepercayaan dan pengendalian diri. He said : Aku menyerahkan diri padamu, mengendalikan setiap nafas yang kuhirup, mengatur tiap degup jantun...