Chapter 21 - The Assessment

3.5K 83 18
                                    


Aku beranjak dari ranjang, lalu mengambil tools yang telah di pakai, memindahkan alat-alat itu ke meja khusus alat yang belum dibersihkan. Akan ku bersihkan dan kutaruh ke tempatnya nanti. Sekarang aku harus membersihkan Rio terlebih dahulu.

Aku kembali ke playroom dengan baskom air hangat dan handuk. Seluruh badannya kubersihkan kecuali wajahnya. Kubiarkan cairanku mengering di wajah Rio.

Aku mengambil kunci borgol dari nakas di samping ranjang. Tangannya pasti pegal tertahan seperti itu. Kubuka satu persatu borgol di tangan Rio, tangannya yang terulur keatas kupijit lembut untuk melancarkan peredarah darah Rio, lalu kuletakkan tangan itu disamping badannya, demikian pula dengan kakinya, kupijit lembut setelah terlepas dari borgol dan rantai.

Rio beringsut naik ke pangkuanku, tubuhnya disandarkan padaku, tangannya memelukku erat. Aku menciumi rambut dan keningnya.

"Capek?"

"He-eh..."

"Sakit pantatnya?"

"Penisnya yang sakit mistress, rasanya mau meledak tapi gak bisa."

"Okey, mistress lepas chastity nya yaa.."

"Dapet cum gak mistress?"

"Enggak sih, cuma di lepas aja. Hahaha."

"Mending gak usah dilepas mistress. Mending frustasi di dalem chastity."

"Oke kalo gitu, mistress turutin maunya Rio."

"Ish yg itu aja diturutin, giliran cum enggak." responnya sebal.

Aku mengelus-elus kepala Rio, sayang.

"Gimana scene nya?"

"Suka mistress."

"First analnya gimana?"

"Sakit sih.. cuma Rio liat mistress suka banget, jadi Rio berusaha menikmati."

"Mau dicoba lagi next time?"

"Pasti mistress. Rio mau lebih muasin mistress lagi."

"Very good. Breathplay?"

"Awesome. Rio excited banget sama breathplay, nyampe chastity nya kerasa sesak banget, sakit. Tapi karena fokus Rio ada di bagian kepala atas, jadi penderitaan kepala bawah gak kerasa. Rio lebih suka face sitting dibanding breathplay ditutup pake tangan."

"Next time coba breathplay yg lainnya yaa.."

"Besok yaa mistress.."

"i said nest time, Greedy whore."

"Biarin, whore nya mistress ini." Rio menyamankan tubuhnya dipelukanku.

"Pas mistress gigit telinganya sakit?"

"Itumah bukan sakit ditelinga mistress, ereksinya yang buat sakit. Perpaduan antara sakit dan enak yang menyiksa."

"Hmm menyiksa yaa. Mistress gak kayak gitu lagi deh."

"Yaa jangan lah. Harus di ulangin lagi pokoknya! Rio gak apa-apa disiksa, siksa terus, siksa terus Mistress, Rio suka." rengeknya.

Aku mengabaikan rengekan itu, lalu beralih ke pertanyaan selanjutnya.

"Oral?"

"Hah, mistress mau ngoral Rio?"

"Gak usah mimpi!!" sungutku. Rio tertawa mendengarnya.

"Makasih udah izinin Rio puasin mistress."

"Anytime baby.."

"Mistress kok kalo scene ga mau buka baju sih."

"Mistress belom ngerasa itu perlu."

"Rio suka ngerasa jalang kalo nyampe scene mistress ga buka baju. Tapi perasaan itu malah buat Rio makin excited. Aneh ya mistress."

Aku mengecup Rio berkali-kali, gak nyaman kalo egonya mulai mengambil alih, bagaimana juga Rio laki-laki, ada ego untuk menguasai bukan dikuasai. Apalagi hubungan ini memiliki aturan dan batasan yang gak seperti hubungan pada umumnya.

Menaklukkan Rio itu susah-susah gampang, karena pada dasarnya Rio memang submissive, keinginan untuk melayaninya tinggi. Kalau sudah begini aku harus bisa meyakinkan dia, meskipun submissive tapi dia tidak pernah lebih rendah dari aku.

"Pun kalau itu benar, Rio itu jalang yang mahal, berkelas, exclusive, sifat itu hanya ditunjukkan untuk mistress, gak kesemua orang. Thankyou for trusting me." aku menatap matanya lembut,

"I'm nothing without you mistress." sahutnya.

Bbibirku mendekati bibirnya, kusegel pengakuan itu dengan kecupan lembut.

"So, balik lagi ke evaluasi, Rio kerja keras banget tadi, gak capek lidahnya?"

"Rio udah ga perduli capek apa enggaknya, pokoknya yang ada dipikiran cuma harus buat mistress puas. I'll do anything for that."

"Nyaman dengan aroma dan rasanya? Belom mistress bersihin loh mukanya."

"Enak mistress. I have no problem at all. Cuma ini yang dimuka buat Rio gak selow mistress. Tuh masih setengah tegang gara-gara aroma mistress."

"Yaudah nikmatin aja."

"Ada yang gak disuka disesi kali ini?"

"Gak ada mistress, suka semua. Hmmm, Rio boleh minta cium lagi?"

"Gak boleh ah, muka Rio bau vagina."

"Iih kan vaginanya mistress, cumnya mistress juga. :( "

"Peluk aja sini, istirahat dipelukan mistress."

Rio turun dari atas tubuhku, pindah kesamping ku, kepalanya disandarkan dibahuku, tangannya melingkari pinggangku, sebelah kakinya diselipkan diantara kakiku. Aku mengelus kepalanya, menciumi keningnya hingga ia tertidur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Immersed in ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang