Chapter 12

6.8K 519 7
                                    

Author pov

Waktu telah menunjukkan pukul 10.44 KST tapi namja manis itu masih saja sibuk dengan benda kotak setebal 7,1 mm di tangannya posisinya masih sama seperti beberapa jam yang lalu duduk di tepi tempat tidurnya dengan kedua siku bertopang pada ujung lututnya sementara kedua tangannya mengapit benda kotak itu.

Sesekali tangannya menempelkan benda kotak itu di telinganya dengan tangan kanannya sementara jempol kirinya menempel di ujung bibirnya menggigit kecil kuku jempolnya.

Jungkook di hantui rasa bersalah sekarang, padahal dia tidak merasa salah disini, taehyung hanya salah paham dan jungkook tidak bisa tenang karenanya.

Sampai sekarang sudah puluhan pesan dan panggilan keluar telah dilakukannya dan hasilnya nihil. Tidak ada balasan dan jawaban sama sekali.

Jungkook meletakkan benda kotak berukuran 4,5 inci itu di nakas samping tempat tidurnya. Tidak ada belajar malam ini.

Di lepasnya baju kebesarannya yang sedari tadi melekat di tubuhnya menampilkan roti sobeknya yang belum sempurna disana.
Boleh gigit dikit? *plak

Jungkook memang selalu tidur toples, ini rahasia.
Taehyung tahu tidak ya? Seingat jungkook hanya beberapa kali mereka tidur bersama dan jungkook selalu berpakaian lengkap.

Mungkin jungkook harus tidur sekarang, walaupun pikirannya masih mengembara setidaknya dia masih bisa mengambil alih matanya. Memaksanya untuk terpejam. Dia harus bangun pagi-pagi dan menemui taehyung, kali ini harus benar-benar di selesaikannya kesalahpahaman ini.
.

.

.

Jungkook pov

"Akhirnya istirahat juga" gumamku sambil memasukkan buku yang tadi kugunakan ke dalam tasku secepat kilat.

"Aku harus kekelas hyung sekarang juga" langsung ku langkahkan kakiku keluar kelas.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai karena kelasnya tidak begitu jauh dari kelasku, hanya melewati beberapa ruang saja.

Pandangan ku langsung meluas ke berbagai sudut ruang setiba di kelasnya taehyung.

Meja dan kursi yang biasa tempat taehyung duduk kosong, tidak ada buku maupun tas diatasnya.

"Hyung, apa kau lihat taehyung hyung?" Aku bertanya pada namja manis berbibir tebal yang sedikit tinggi dariku yang kebetulan duduk tidak jauh dari pintu kelas.

"Taehyung tidak hadir" jawabnya polos sambil memandangku.

"Tidak hadir kenapa hyung? Aku bertanya lagi.

"Molla, tidak ada keterangan sama sekali" timpalnya lagi.

"Gomawo hyung" ucapku sambil tersenyum tawar.

Kubalikkan diriku meninggalkan kelas itu. Orang yang ku cari tidak ada.

Rasanya bukan Kim taehyung sekali sampai tidak masuk seperti ini.

Apakah hatimu benar-benar terluka hyung?
Kau hanya salah paham.

Aku berjalan di antara lorong-lorong kelas, pikiranku juga ikut mengembara.

Ku dudukkan diriku di bangku yang terletak di belakang sekolah tempat biasa aku bertemu dengan taehyung hyung saat-saat aku masih baru disini. Tidak terasa waktu berjalan cepat ya.

Aku menengadahkan kepalaku menghirup udara sebanyak mungkin, takut mendung merampasnya semua. Tiba-tiba potongan-potongan kejadian yang selama ini terjadi terputar lagi di pikiranku.

Kebersamaan yang selama ini ku lalui bersama Kim taehyung. Hyung tampanku yang selalu ku kagumi.

Aku selalu bahagia kalau di dekat dia. Entahlah menurutku bahagia itu sama seperti pelangi.

Apakah jika tidak ada warna merah di irisan pelangi tersebut, masih bisa di sebut pelangi?
Aku bermonolog sambil memikirkan jawabannya.

Menurutku taehyung hyung yang berwarna merah itu, aku memandangi barisan warna terbentang membelah langit itu.

Mungkin mereka akan tetap berwarna, tapi pelangi tidak akan complete tanpa warna merah, menurutku.

Seperti keadaanku sekarang.

Ingatanku kembali ke kejadian kemaren saat hyungku itu mendapatiku bersama yeoja jalang itu.

Ah iya, Kemana yeoja itu?
Aku tidak ada melihatnya seharian ini. Dia juga sudah berhenti mengirim pesan yang tidak jelas sekarang. Bukankah itu lebih baik?

Membahas tentang pesan, aku meronggoh kantongku mengambil benda pintar itu.
Ku buka kumpulan puluhan pesan yang sejak kemaren ku kirim kepada tae hyung.

Lihatlah ini, ini seperti koran. Aku tidak sadar sudah mengirimkan pesan sebanyak ini kepada tae hyung.
.

.

.

Sepulang sekolah aku langsung bergegas menuju rumah tae hyung.

Tidak menunggu lama aku sudah didepan rumah bercat putih ini lagi.

Ku tekan bell sekali. Tidak ada jawaban.

Dua kali. Masih sama

Tiga kali.

Aku masih menunggu. Entahlah perasaanku saja atau bagaimana. Sepertinya akhir-akhir ini aku selalu menunggu.

Merasa tidak sabar ku ketuk pintu itu dengan tangan kananku tiga kali. Masih sama. Nihil. Tidak ada respon sama sekali. Tampaknya tidak ada orang. Kemana mereka? Kemana In ha Ahjuma? Kemana Kim taehyung?

Dengan cepat ku ambil iPhoneku di saku celana kananku. Dengan cepat aku mencari kontak dan mencari nama taehyung.

Ku tempelkan benda itu ke telingaku.

Oh ayolah hyung sebenarnya kau ini dimana?

Ku gigit bibir bawahku. Aku benar-benar cemas sekarang. Bukankah dia terlalu berlebihan sampai hilang seperti ini.

"Yeoboseo, Hyung? K-kau dimaㅡ

Kata-kataku terpotong ketika mendengar suaranya.

Oh tidakㅡ

dia sedang menangis.

Ah, sakitnya aku mendengarnya.

"Hyung kau kenapa? Kau dimana sekarang? Aku benar-benar tidak tahan mendengar suara ini, seperti ada kesedihan mendalam disana.

Apakah sebegitu berharganya yeoja itu sampai-sampai dia seperti ini?

"Jung-kkook, dia terisak memanggil namanku. Aku tidak sanggup membayangkan wajahnya sekarang.

~bis-sa kau kesini se-sekarrang?" Dia masih terisak di seberang sana.

"Beritahu aku hyung, kau dimana??


TUBERCULOSIS

VanilakookieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang