Happy reading...
Song for this chapter:
Bruno mars- Just the way you are
Selena Gomez Pov
Justin menurunkanku perlahan dibalkon kamar miliknya. Aku melihatnya berjalan membuka pintu dan mengait tanganku untuk masuk beriringan. Aku melihat keadaan kamarnya yang gelap. Lalu pegangan tangan justin terlepas dan aku diam. Setelah itu lampu disini menyala dan melihat justin yang berdiri tidak jauh dan memunggungiku.
Lalu dia berbalik menatapku. Aku menelan ludah saat tatapan dalamnya tidak berpindah dari mataku. Lalu dia berjalan perlahan menghampiriku yang masih berdiri dipintu kaca balkonnya.
"Kau kedinginan" ucapnya lalu menggeser pelan tubuhku dan menutup pintu balkon kamarnya. Dia kembali menatapku. "Lukamu" ucapku meringis melihat wajahnya yang sedikit membiru.
Justin sedikit terkekeh. Sungguh aku belum pernah melihatnya seperti itu. "Ini tidak masalah, sebaiknya kau mandi" ucapnya. Aku mengangguk kikuk mendengar nada bicaranya yang...lembut.
Dia menunjuk kamar mandi dengan dagunya dan aku melangkah pelan. Aku memang kedinginan sekarang. Tak butuh waktu lama untuk mandi. Setelah itu aku keluar hanya menggunakan handuk dan handuk ini cukup panjang sampai sebetis milikku.
Aku keluar kamar mandi dan melihat pakaian yang sudah ada disana, tetapi aku tidak melihat justin. Aku langsung memakainya. Sweater yang kukenakan mengurangi rasa dingin disini. Aku menggosok-gosokkan handuk dirambutku. Mataku menelaah kamar ini.
Wow. Kamar dengan nuansa klasik dan elegan. Ditambah perpaduan wallpaper dinding kaca disini. Bahkan aku melihat gelapnya hutan belakang rumahnya.
"Kau sudah selesai" sontak aku kaget dan menoleh.
Justin membuka pintu dan menghampiriku dengan cangkir besar ditangannya.
"Minumlah" ucapnya menyodorkan cangkir coklat panas dan aku bergumam berterima kasih padanya.
Namun aku melihat lekat-lekat wajahnya. Tidak ada satupun luka dan memar diwajahnya? Padahal sebelumnya luka diwajahnya cukup mengerikan. "Kau mau berdiri disitu terus?" tanyanya seraya duduk dipinggir kasur king size miliknya.
Aku mengerjapkan mata dan berjalan menghampirinya yang sedang menatapku.
"Wajahmu?" tanyaku melihat wajah tampan disampingku.
"Ada apa dengan wajahku?" tanyanya datar.
"Tidak..Tapi bagaimana..maksudku lukamu just.." ucapku terbata. Aku kenapa gugup dan tidak berani menatap matanya melainkan menatap hidungnya.
"Aku vampire ingat?" aku langsung mendongak menatap matanya. "Kau takut sekarang?"
Aku tau dia itu seorang vampire, aku tau itu. Tapi kenapa tidak ada rasa takut yang menyelubungi diriku. Aku sempat ingin pingsan saat malam waktu aku digigit vampire itu tentu kalian ingat kan?
"Kau-kauu..Kau.. Aku tidak takut" ucapku pelan.
"Tapi...kau...vampire dan keluargamu?" tanyaku dan sekarang aku sangat penasaran tentang dirinya.
Dia terdiam sejenak lalu tidak memandangku lagi melainkan kaca besar yang menjadi dinding kamarnya.
"Mereka sama sepertiku" ucapnya."Bagaiman kau bisa seperti.. Sekarang?" tanyaku
"Kau serius ingin mengetahuinya?" tanyanya dan aku langsung menagguk cepat.
"Orang tuaku, jeremy dan pattie adalah vampire sejak dilahirkan. Vampire ya..semua orang tau istilah itu dan mungkin sebagian dari mereka mempercayainya. Kebanyakan orang beropini bahwa vampire seperti kami hanya meminum darah tapi kami tidak hanya meminum darah. Makanan seperti kalian kami mencoba memakannya. Kau tau bayam itu enak" ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight(Justin Bieber)
FanficBook 1 Selena Gomez gadis cantik yang sangat tidak memikirkan dan apalagi mempercayai mitos. Namun hal ganjal yang ia herankan dan sangat penasaran tentang teman baru dikelasnya. "Vampire? Oh itu mustahil"