Alexandra
SEJUK.
Itu yang pertama aku rasakan ketika sampai dirumah nenek. Sungguh sangat beruntung aku dan Bram tinggal disini, tempat nyaman, perhatian nenek, dan bisa memulai hidup baru yang lebih baik.
Paman John bilang ke aku dan Dannish untuk tinggal disini selamanya karna disini kita bisa melanjutkan sekolah dan menemani nenek yang hanya di temani oleh pengurus rumahnya, semenjak kakek meninggal nenek tinggal sendiri tapi sering juga aku, Bram, Mama, Papa menginap jika liburan datang.
Sangat sedih rasanya ditinggal selamanya oleh orang yang paling kalian sayang. Yap, itu yang aku rasain sekarang. Tapi aku sadar karna sedih, nangis gak bakal buat orang tuaku kembali, mereka udah tenang diatas sana.
Aku janji gak bakal membuat orang tuaku sedih dan buat mereka bangga melihatku di atas sana. Aku harus kuat menghadapi ini semua, menghadapi semua masalah yang selalu datang dikehidupan ini.
Nenek sangat sedih mendengar kabar ini, tapi dia juga harus ikhlas dan menerimanya dengan lapang dada. Kesedihannya pun berkurang saat mendengar kalo aku dan Bram akan tinggal disini.
Saat berdiri tepat didepan pintu rumah nenek, Bram mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya seorang wanita paruh baya membukakan pintu yang diyakini sebagai pengurus rumah yang baru di sini.
"Kalian non Lexa dan den Dennish ya?" tanya wanita paruh baya itu.
"iya mbak kami cucunya nenek Lestari," jawab aku sopan sambil sesekali tersenyum.
"Ohh, kalau begitu perkenalkan saya mbak Sri. Saya baru menjadi pengurus rumah disini, kalau kalian ada perlu apa tinggal panggil saya saja. Silakan masuk, nenek sudah menunggu kalian diruang keluarga," ucap Mbak Sri.
Kami pun berjalan menuju ruang keluarga, berbeda dengan rumah aku dulu yang sederhana rumah nenek sangat luas.
Barang-barang kami pun dibawa kedalam dan ada yang dibantu dengan mbak sri. Ruang keluargapun sudah terlihat, masih sama seperti 4 bulan yang lalu aku menginap disini.
Terlihat nenek yang sedang menonton televisi menggunakan kacamata antiknya itu.
"NENEK," panggilku senang, karna sudah lama tidak bertemu nenek, membuat nenek menoleh ke arahku dan Bram dengan tatapan senang.
"Lexa, Dannish. Kalian sudah sampai rupanya, sini peluk dulu... nenek kangen sama kalian," jawab nenek sambil membuka kedua tangannya bersiap menerima pelukan kami.
"aaaa Lexa kangen banget sama nenek, tapi sayang kali ini perginya gak bereng mama papa nek," ucapku sambil memeluk nenek erat.
"Dannish juga kangen sama nenek," ucap Bram memeluk nenek.
"nenek tau kalian pasti sedih sama seperti nenek tapi kalian harus ikhlas biar mama dan papa kalian tenang diatas sana," jawab nenek menahan tangisnya dan semakin erat memeluk kami.
**********
Lima hari sudah Lexa dan adiknya tinggal di sana, Lexapun sudah mulai ceria kembali tidak seperti hari-hari kemarin yang sangat terlihat muram dan besok mereka sudah mulai bisa bersekolah disekolah yang baru.Semua sudah diurus oleh tante mereka, Lexa dan Dannish akan bersekolah ditempat yang sama hanya saja Lexa lebih tua satu tahun jadi Lexa kelas 12 dan Dannish kelas 11.
Mereka mendengar dari tantenya bahwa sekolah yang akan mereka sekolahi termasuk sekolah favorit dibandung dan menitip pesan kalau mereka tidak boleh memalukan nama keluarga, harus berprestasi agar kedepannya dapat menggapai cita-cita mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Can I? [COMPLETE]
Short Story[WARNING!!] Receh banget ini. Aku cuma perempuan biasa yang akhirnya menemukan laki-laki yang membuatku merasa sangat istimewa.