Kami pun pulang dengan sebelumnya menaruh dua lembar seratus ribuan. Apakah ini akan berakhir? Tidak, tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku menyayanginya, dia tidak boleh berpaling ke orang lain.
Ale harus bahagia dan aku lah yang membahagiakannya. Kalau ada orang yang pernah bilang 'gue bahagia selama lo bahagia' atau kalimat yang mirip dengan kalimat itu, aku Cuma mau bilang kalau itu adalah BULLSHIT.
Yup pada kenyataannya, kita hidup dijaman gue-suka-dia-dan-dia-harus-sama-gue atau dia-pacar-gue-dan-gak-boleh-ada-yang-bahagiain-dia-selain-gue. Jadi kalau ada yang bilang gitu, itu minafik bro.
Oke. Cukup. Kenapa aku jadi berfikir seperti itu? Oh God akukan gak putus!
"KAK KENN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!," demi apapun suara siapa itu? Membuat telingaku sakit saja.
"KAK KENN DENGER GAK SIH DARI TADI YANG AKU OMONGIN?," astaga aku lupa kalau aku masih bersama Shaila.
"Iyaiya maaf tadi melamun, emangnya kenapa?," tuh lihat sekarang sepupu kecilku itu cemberut.
"Tau ahh sebel aku," ku acak rambutnya yang lembut itu dengan gemas.
"Yah jangan ngembek dong, nanti kalo ngambek kak Kenn gak mau ketemu kamu lagi."
"Ih apasih kak, aku berasa anak tk kalo dibujuk kayak gitu, GAK MEMPAN!."
Aku hanya balas dengan cengiran anehku, untung saja ini sudah sampai dirumah teman mama yang tadi. Aku dan Shaila jalan beriringan masuk kerumah itu dan menemui mama kami masing-masih, acaranya pun ternyata sudah selesai aku dan mama segera berpamitan pulang.
Sepanjang jalan seperti biasa mama tak henti-hentinya menceritakan keseruan acara tadi, entah aku tidak mendengar jelas omongan mama karna pikiran ku hanya pada Ale sekarang. Ale terus menerus ada dipikiranku, bagaimana keadaan dia sekarang? Sungguh aku mengkhawatirkanya.
*********
Cahaya matahari memaksa masuk kedalam mata Lexa yang masih terpejam erat, rasanya sangat berat sekali membuka matanya itu. Dengan terpaksa ia bangun dan duduk, karna dirasa hari sudah pagi.
Setalah mengumpulkan kesadarannya, ia bergegas siap-siap untuk sekolah. Dengan langkah malas ia berjalan menuju kamar adiknya sehabis mandi dan berpakaian, saat mengetuk pintu kamar adiknya itu tak ada jawaban dari dalam. "Pasti belum bangun deh" batin Lexa, iapun langsung saja membuka pintu kamar Dannish tapi ternyata kamarnya kosong.
Ia mengetuk pintu kamar mandi yang ada didalam kamar Dannish tapi tetap tidak ada respon. Segera ia langkahkan kakinya menuju ruang makan dan ternyata Dannish sudah duduk manis disana, entah ada hujan badai apa sampai membuat adiknya tidak biasanya bangun dan siap lebih dulu dari Lexa.
"Wah ada badai apa ya? Kok ada kebo udah bangun," sindir Lexa mengejek adiknya.
"Berisik lu kak, nyindir aja terus," ucap Dannish yang kesal karna sindiran kakaknya.
"Iya iya maaf tapi tumben banget udah ganteng, biasanya juga masih tidur didekapan kasur kesayangan."
"Bagus dong kalo gitu," Dannish memandang sengit kakaknya itu, entah moodnya yang tadi sedang baik menjadi hancur karna wanita yang ada dihadapannya itu.
"Sudah sudah, kamu juga Lexa malah ngeledek adiknya," lerai nenek mereka.
"Ih nenek, Lexa kan Cuma bercanda. Dannishnya aja yang sensian lagi dateng tamu kali dia," Lexa tak terima neneknya malah menyalahkannya, ya walaupun memang karna dia tapi tetap saja itu cuma candaan.
"Shut up sist, lo kira gue cowo apaan dateng tamu?," ucap Dannish kesal.
"Lagian baper banget jadi cowo, iwh," ucap Lexa tak kalah sengit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I? [COMPLETE]
Short Story[WARNING!!] Receh banget ini. Aku cuma perempuan biasa yang akhirnya menemukan laki-laki yang membuatku merasa sangat istimewa.