Hari demi hari, bulan demi bulan sudah Lexa lalui. Hubungan dengan Mou, Adit pun semakin dekat. Lexa pun sudah lumayan dekat dengan teman-teman Adit.
Tetapi gadis itu tidak menyadari akan perasaan sahabatnya Adit, yang ia ketahui bahwa Adit hanya menganggapnya sebagai sahabat tidak lebih.
Hubungan Lexa dan Kennpun semakin dekat, Kenn juga dekat dengan adiknya Dannish karna pria itu tidak jarang bermain dirumah neneknya.
Sifat Kenn, perhatian Kenn kepada Lexa membuat gadis itu nyaman, apa mungkin ia sudah bisa membuka hatinya lagi? Apakah Kenn pria yang selama ini ia tunggu? Selemah itukah benteng yang sudah ia buat selama ini? Pertanyaan-pertanyaan yang selalu ada dalam pikirannya.
Sampai saat suatu malam tiba, dimana ia dan Kenn sedang mengobrol diteras rumahnya seperti biasa.
"Ale," panggil Kenn dengan panggilan ale yang ia gunakan.
"Ya?" jawab Lexa tetapi wajahnya tetap memandang kearah langit malam yang indah.
"Ada yang mau gue bilang nih," ujar Kenn. Batinnya menjerit betapa sulitnya hanya menyampaikan isi hatinya.
"Ya bilang aja, biasanya juga gitu," Jawab Lexa yang memalingkan wajahnya kepria yang mukanya sedikit tegang.
"Ehmm... jadi gini gue mau bilang, gue tau kalo kita baru kenal dan deket beberapa bulan ini, tapi entah gua ngerasa nyaman kalo lagi sama lo Ale. Dan gue yain gua suka sama lo, lo mau gak jadi pacar gue? gue tau gue bukan kayak cowo-cowo yangan omongan manisnya, dengan tindakan romantisnya tapi gue ngomong tulus dari hati gue Ale, jadi sekali lagi lo mau gak jadi pacar gue? maaf kalau ini terkesan terburu-buru," ucap Kenn, perasaannya campur aduk, senang, takut, gelisah, penasaran menjadi satu.
Lexa yang mendengarpun membeku ditempat, gadis itu sangan kaget dengan pengakuan pria yang ada didepannya ini. Mulutnya masih terbuka karna terkejut sampai panggilan dari mulut pria itu terdengar.
"Ale?" ucap Kenn dengan melayang-layangkan tangannya didepan wajah gadis yang ia sukai.
Kesadaran Lexapun terkumpul lagi, ia membuang mukanya ke objek yang lain, perasaannya tidak karuan, pipinya memanas, jantungnya bedebug kencang melebihi biasanya.
"Ale, gimana? Lo mau gak?" tanya Kenn ragu-ragu.
"Hmm bisa kasih gue waku Kenn? Kita baru kenal, dan gue gak mau langsung pacaran aja kayak gitu. Gue mau, lu kasih gue waktu buat jawab pertanyaan lo, gue mau liat keseriusan lo dulu Kenn, gue gak mau main asal nerima aja takut nanti nyesel diakhir. Jadi tolong tunjukin kalo emang lo bener bener serius sama gue dan gak cuma buat nyakitin gue doang," Jawab Lexa jujur.
"Oke gue bakal tunjukin, dan gue akan terus tunggu jawabannya le," ucap kenn.
Berminggu-minggu bahkan sudah bulan bertemu dengan bulan lagi, Lexa belum juga menjawab perasaan Kenn, dan selama itu pula Kenn selalu berusaha meyakinkan Lexa kalau ia serius.
Ia tidak akan menyerah begitu saja karna ia tau cinta butuh perjuangan. Ia tahu bahwa Lexa bukan gadis yang dengan mudah didapat jadi ia akan terus berjuang sampai gadis itu membalas perasaannya.
Sampai pada akhir bulan oktober Lexa menjawab Perasaan Kenn, karna menurutnya ini sudah waktu yang lama untuk membuktikan keseriusan Kenn.
Kasihan juga jika nanti tidak ia jawab, karna ia juga tau kalau menunggu itu tidak enak. Lexa juga tidak mau dianggap hanya menggantungkan perasaan Kenn, dan akhirnya hanya dianggap pemberi harapan palsu.
Lexa sudah bertekad ia akan menjawabnya hari ini, pada akhir bulan ini.
"Ya," jawab Lexa pelan yang masih bisa terdengar oleh pria yang ada disampingnya saat mereka sedang berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I? [COMPLETE]
Historia Corta[WARNING!!] Receh banget ini. Aku cuma perempuan biasa yang akhirnya menemukan laki-laki yang membuatku merasa sangat istimewa.