Merelakan

100 6 1
                                    

Kenn jodohnya sama gue bukan lexa::>_<:: *timpuktelor*

-----

"Ca, sayang, ca bangun sayang."

Kurasakan ada tanyan yang menepuk pelan pipiku. Perlahan ku buka mataku, kulihat kearah jendela tenyata sudah menjelang siang.

"Hari ini aku mau pergi sama Raka jenguk temen ke rumah sakit," Izin Nathan.

"Hmm, iya gapapa kamu hati-hati."

"Yaudah aku pergi dulu ya."

Kulihat Kenzo yang sudah terbangun, ku gendong tubuhnya yang gemuk kekamar mandi, rencananya hari ini aku ingin menemukan Kenn, aku akan menyelesaikan masalah yang belum selesai.

Akan ku antar Kenzo ke rumah Bram, kebetulan Bram dan Celine sedang ada dirumah. Saat aku mengabarkan kalau menitipkan Kenzo merekapun dengan senang hati menerimanya.

Saat semuanya selesai, ku gendong jagoanku kedalam mobil dan menaruhnya dibanggu sebelah kemudi. Untung Kenzo bukan tipe anak yang rewel ketika ditinggal aku atau Nathan jadi tidak susah untuk menitipkannya kepada adiku.

*****

"Makasih ya Celine Bram, kakak nanti sore kesini lagi kok, Cuma ada urusan sebentar, dah Kenzo mommy pergi dulu ya, jangan nakal," pamitku, dan aku langsung menuju rumah sakit yang kemarin Kenn beritahu.

Sepanjang perjalanan aku tidak bisa tenang, aku sangat gelisah, sampai keringat keluar padahal udara dimobil dingin tapi aku berkeringat. Tak henti-henti aku mengetuk-ngetuk jari-jariku ke kemudi.

Kenapa hanya bertemu dengannya efeknya sebesar ini?

R S Berlian Timur

"Mbak lurus aja trus belok kanan, dilorong itu akan ada tulisan ruangan Dr Daaron," Jawab salah satu perawan yang ku tanya.
"Makasih ya sus."

Dengan cepat aku menuju ruangannya, saat sudah sampai didepan ruangannya tanganku ragu untuk mengetuknya.

Dengan kekuatan yang maksimal kuketuk pelan pintu dihadapanku. Seseorang didalam membukanya, itu Kenn! Dia mempersilakanku masuk keruangannya.

"Maaf le, maaf dengan kebodohan yang aku lakuin," ucapnya saat aku sudah duduk disofa tamunya. Ia menatapku sama seperti tatapan tadi malam. Tatapan penyesalan yang teramat dalam.

"Kenapa kamu pergi? Kenapa kamu pergi tanpa kabarin ke aku? kenapa kamu pergi tanpa jejak seolah-olah kamu gak mau kalo aku cari kamu!" Sekarang aku menangis lagi. Perih rasanya.

"Aku pergi bukannya tanpa alasan le."

Apa maksudnya?

"Dengerin aku le, jadi kenapa aku pergi itu karna papa mau berobat diLondon, gak mungkin sebagai anak aku tega menggagalkannya itu semua buat kesembuhan papaku. Mama bilang kita akan pindah ke London dan aku harus menerusi pendidikanku disana. kalau kamu boleh tau aku disana selalu kepikiran sama kamu le, foto terakhir kita selalu aku pandang setiap hari, saat aku lagi gak semangat kuliah aku selalu inget kamu yang akhirnya buat aku semangat lagi. Banyak teman-temanku yang pergaulannya liar, tapi aku gak le. Aku gak pernah terjerumus disana, mau tau karna apa? Alasan utama adalah kamu Alexandra," Penjelasannya membuat aku semakin sakit.

"Aku sengaja pergi tanpa kabarin kamu dulu karna aku takut kamu akan sedih apalagi kamu waktu itu minta aku untuk datang kewisuda kamu nanti, aku gak mau buat kamu sedih le. Dulu aku pikir cara itu yang paling tepat, aku udah punya rencana le dari dulu. Rencana aku adalah ngelanjutin pendidikan aku disana, aku raih kesuksesan dengan usaha ku sendiri dan balik kekamu, ngelamar kamu, nikah sama kamu. Aku berharap saat aku kembali ke kamu, kamu masih tunggu aku, tapi ternyata kenyataannya kamu udah nikah sama orang lain, kamu udah punya anak bahkan sekarang kamu lagi mengandung anak kedua kamu le," Dadaku ngilu, matanya manancarkan kekecewaan yang sangat teramat dalam.

Kenapa menjadi serumit ini.

"Kamu tau Kenn, aku cari kamu setiap hari, tunggu didepan rumah kamu setiap hari, gak peduli lagi hujan atau panas aku tetep nunggu, aku takut saat aku pulang kerumah, kamu balik. Selama masuk kuliah aku juga masih berharap sampai wisuda, aku berharap saat wisuda kamu dateng lagi ke aku Kenn, bertahun-tahun Kenn itu bukan waktu yang cepet. Sampe akhirnya aku bisa ngerelain kamu, walaupun gak ada yang bisa masuk diruang hati aku tapi ada ruang baru yang dateng yang bangkitin semangat aku dan orang didalam ruang itu adalah Nathan! Suami aku sekarang, daddy dari anak-anak aku. Kenapa kamu baru dateng saat semuanya udah kayak gini! Kenapa?" Tangisku makin menjadi.

Kulihat Kenn hanya menunduk tapi yang kulihat ada setetes air dari matanya jatuh. Dia menangis. Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan?

"Sekarang kamu maunya gimana?" Tanyaku. Ia mengangkat kepalanya, matanya merah. Aku tau ia menangis.

"Aku akan relain kamu, sama kayak kamu yang sekarang udah relain aku untuk pergi, I love you, just it!," Perkataanya membuatku lega dan sakit bersamaan.

"Maaf udah buat kamu nunggu lama le, penyesalan emang selalu dateng terakhir. Dulu aku mikirin resikonya, dan ternyata benar resiko yang pertama lah yang terjadi, resiko dimana kamu sudah menjadi milik orang lain. Selamat ya le, aku doain kandungan kamu sehat," Katanya sambil tersenyum pahit.

Tidak ada lagi senyuman kebahagiaan diwajahnya, seperti dulu ia tersenyum didepanku.

"Kita masih bisa jadi sahabat kan?" Tanyaku, entah setan apa yang memasukiku, aku juga tidak mengerti mengapa bertanya seperti itu. Aku tetap mau berteman dengannya, itu bukan masalah bukan?

"Apapun yang kamu mau le, itu akan aku lakuin," Senyum ku mengembang mendengarnya.

Setidaknya sekarang aku sudah benar-benar merelakannya dan memilih untuk datang kepada masa depanku yaitu suamiku dan anak-anakku.

"Yaudah aku duluan ya Kenn, soalnya tadi Kenzo aku dititipin ke Bram, masih inget Bram kan? Nah sekarang aku mau jemput dia," Pamit ku kepada Kenn.

"Iya kamu hati-hati."

"Aku merelakan masa laluku bukan karna masa lalu ku kelam, tapi aku lebil memilih masa depanku, masa depan dengan keindahan yang tak pernah ternilai" -ca

******

Ughhhh baper sendiri bikin part iniii≧﹏≦

Can I? [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang