Lies #4 First Lunch

3.7K 766 275
                                    

"Anjir, padahal feeling gue semalam udah gak enak tapi gue malah lanjur ngedrakor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anjir, padahal feeling gue semalam udah gak enak tapi gue malah lanjur ngedrakor. Kalo tau Pak Rudi bakal ngasih ulangan gue sempet-sempetin tuh belajar dikit. Yah walau otak gue separuhnya pasti masih sibuk mikirin Seonho Oppa." Luna menggerakkan tangannya yang memegang kipas bergambar Jeno NCT dengan cepat. "Lo semalam pasti belajar kan? Lo kan kadang kerajinan."

"Gue bukan Gea ya!" Ara memicingkan matanya. "Yakali, kalo belajar gue bakal selesai duluan dari tadi."

"Mana tau lo beneran kaya Gea yang kalo soal ulangannya nyuruh sebutkan jawabnya malah dijelaskan lengkap pake contohnya segala. Biar nilainya gak kurang katanya." Teman mereka itu memang terlalu rajin. Bahkan terkadang sampai minta tambahan waktu untuk lebih melengkapi jawabannya.

Ara menarik paksa kedua ujung bibirnya membentuk garis datar. "Gue gak serajin itu. Gue lama karena gue kalo nulis emang lambat. Btw, semalam gue juga sibuk ngedrakor. Apa itu belajar? Hahaha," tawanya dibuat-buat. Keduanya kini sudah sampai di Kantin.

"Eh Ra, kayanya gak ada tempat kosong lagi deh."

"Masa sih, Lun? Tumben banget penuh gini." Ara mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin dan benar, tak ada tempat kosong. Kelas Ara memang sedikit terlambat istirahat karena tadi mereka sedang melaksanakan ulangan dadakan. Alhasil Ara dan Luna tidak kebagian tempat kosong.

"Gimana dong? Gabung sama yang lain aja ya?" usul Luna.

Ara berpikir sejenak. Mereka tak punya pilihan lain dan tidak memungkinkan untuk membawa sepiring makanan ke kelas yang jaraknya lumayan jauh. "Yaudah, tapi kalo ada cari anak kelas kita aja ya."

"Oke. Bentar gue cari dulu," ujar Luna kembali mengedarkan pandangannya, "Mmm, siapa ya..."

"Kenapa gak gabung bareng kita?"

Ara mendelik mendengar ada suara yang menyahuti percakapannya dengan Luna. Dia Orion. Ara baru sadar kalau lelaki itu duduk dimeja di belakangnya saat ini. Dan disana juga ada Lava dan ketiga temannya.

Luna menyikut lengan Ara berulang kali mengkode agar mengiyakan tawaran itu. Kapan lagi Luna bisa makan semeja dengan para cogan. Tapi sayangnya walaupun Ara paham, ia jelas enggan.

"Iya disini aja. Kasian tuh si abang kesepian," sahut temannya yang kalau tak salah bernama Rega. Ia duduk berhadapan dengan Loki.

Ara mengalihkan pandangannya sengaja mengabaikan perkataan mereka. Sudah beberapa hari ini hidupnya kembali tenang karena gosip tentang hubungannya dan Lava sudah mulai mereda. Ara tak mau kembali menyulut api membangkitkan gosip tak benar itu.

"Sini deh, Ra." Dirga tiba-tiba memegangi bahu Ara dan mendudukannya ditempatnya tadi. Dan sekarang Ara tengah duduk berhadapan dengan Lava. "Mending lo makan disini bareng Bos Lava. Kita gak bakal ganggu kok. Anggap aja kita gak ada."

"Tapi gue–"

"Udah, gak apa Kakak Ipar. Santai aja. Jangan gugup gitu deh." ujar Loki lalu mempersilahkan Luna duduk disebelahnya. Dia memanggil Ara apa barusan? Kakak Ipar? Sejak kapan Ara menikah dengan saudaranya? Kenal dia saja tidak. Ara hanya tau namanya.

ERROR : Love Or Lies [Revisi-Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang