"Eh, ada si bitch yang baru jadi pacarnya Lava."
Ah, akhirnya Ara kena labrak juga. Jangan pernah berfikir Ara ingin dilabrak atau apa. Hanya saja Ara sudah memperhitungkan kalau kejadian seperti ini pasti akan segera terjadi cepat atau lambat. Dan ternyata kejadiannya hari ini tepat di koridor saat ia akan mengantar tugas dari Bu Ratna untuk anak jurusan IPS.
Bisa dibilang Ara sudah sedikit merencanakan jika terjadi situasi seperti ini. Ini hanya bentuk dari jaga-jaga dan perlindungan diri. Mungkin ada baiknya jika Ara berusaha kabur. Itu usaha pertama dalam rencana Ara.
"Permisi ya, Kak," ujarnya mengacuhkan mereka. Bukankah ada baiknya kalau Ara segera pergi saja dari sini? Akan sangat merepotkan kalau Ara sampai berurusan dengan kakak kelas. Apalagi yang tipenya seperti mereka ini.
"Heh! Lo mau kemana?!" Gadis itu menarik lengan Ara kasar saat ia baru saja ingin berlalu. "Lo gak kenal gue hah? Gue Clara senior lo!"
Ara sudah menduga kalau rencana pertamanya akan gagal. Ia memilih untuk berpura-pura tak tahu apa-apa. Itu rencananya kedua.
Ara mendengus pelan, "Kakak ada urusan apa ya sama saya?" tanyanya. Ara benci sekali harus menjaga kesopanannya saat berbicara dengan Clara. Ara hanya sedikit menghargainya sebagai seorang senior. Tak lebih dari itu. Ara juga sebenarnya tak tahu dia itu siapa.
"Rena! Vira! Pegangin dia cepetan! Gue perlu ngomong sama dia!" perintah Clara kepada dayang-dayangnya yang langsung memegangi kedua lengan Ara. "Oke. Haruskah gue ngomong baik-baik sama lo tanpa menggunakan kekerasan?"
Jika sudah seperti ini Ara tak punya pilihan selain mendengarkan apa maunya Clara. Ara tak menjawab ucapannya dan juga tak melawan perbuatan dayang-dayangnya. Ara menunggu Clara mengatakan apa yang sebenarnya ingin ia bicarakan. Selama ia belum memakai kekerasan Ara tak ingin repot-repot membuang tenaganya untuk melawan.
"Berani banget ya lo pacaran sama Lava! Sadar diri dong! Lo itu gak pantas sama dia!" bentaknya memekakan telinga Ara. Harusnya ia tahu kalau tanpa berteriak seperti itu Ara masih bisa mendengar ucapannya.
"Lo kira gue mau pacaran sama Lava? Lava sendiri kok yang nganggep gue pacarnya. Tanya aja langsung ke Lava sana!" balas Ara sinis. Ia rasa tak perlu lagi bersopan-sopan pada orang macam Clara.
"Gak usah sok deh lo!" Clara mendorong bahu Ara dengan telunjuknya. "Lo pake pelet apa hah? Gak mungkin Lava mau sama cewek kaya lo! Cantik aja enggak! Masih bagus juga gue!"
Ara memutar bola matanya, "Terserah deh ya kakak-kakak sekalian mau mikir apa. Ngomong sama kalian sama sekali gak guna! Cuma buang-buang waktu!" Ara lalu menghempaskan kedua tangannya untuk melepaskan cekalan kedua teman Clara. "Minggir. Gue punya urusan."
Ara melenggang pergi meninggalkan ketiga orang itu. Memuakan sekali berurusan dengan orang seperti mereka yang sukanya menyalahgunakan senioritas mereka. Tetapi Ara bersyukur kejadian ini tidak berakhir dengan adegan jambak-jambakan ataupun cakar-cakaran seperti dalam sinetron. Bisa jadi tontonan satu sekolahan kalau sampai benar-benar terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERROR : Love Or Lies [Revisi-Ongoing]
Teen FictionERROR : Love Or Lies, #121 On Teen Fiction (02-08-16) Keiara Alea Dinata Seperti kata orang, takdir itu tak bisa di tebak dan suka seenaknya saja mempermainkan hidup seseorang. Hari ini yang terlihat baik-baik saja bisa berubah menjadi berantakan es...