Dengan santai dan penuh perasaan Ara menikmati setiap sendok Mie Ayam yang masuk ke dalam mulutnya. Ia merasa dirinya sudah seperti di Surga menikmati semangkuk Mie Ayam di tengah cuaca yang sedikit mendung ini. Tubuhnya terasa mulai menghangat. Ditambah lagi dirinya sedari tadi memang merasa kelaparan karena pagi ini ia tak sempat sarapan dan hampir saja datang terlambat. Suasana di kelas tadi juga membuatnya sedikit jenuh.
Saat ini ia sedang makan siang bersama Luna, Lava dan teman-temannya. Ini sudah seperti kegiatan rutin yang wajib ia lakukan setiap beberapa hari. Ara juga sudah mulai terbiasa dan tak begitu mempedulikan tatapan dari penghuni kantin yang lain. Apabila Ara terlambat ke kantin, Lava biasanya memberikan makanan yang sudah ia pesan kepada Ara dan ia akan memesan lagi agar Ara tak perlu repot-repot mengantri.
"Ara kalo makan udah kaya Putri Solo aja ya. Ckckck," Rega berkomentar sembari menggelengkan kepalanya heran.
"Kalo menurut gue sih dia pake mode slow motion," ujar Dirga menyahuti.
Ara merengut kesal mendengar ocehan dari teman-teman Lava. Hal ini memang sudah sering terjadi. Mereka selalu mengomentari cara makan Ara yang memang bisa dibilang lambat. Sebenarnya tidak benar-benar lama, hanya saja ia selalu yang paling terakhir menghabiskan makanannya.
"Enggak kok," elak Ara kembali memasukan sesuap makanan ke dalam mulutnya. "Kalo kalian mau duluan, pergi aja sana. Gue juga gak minta ditungguin."
Lava terkekeh geli mendengar perkataan Ara yang terdengar marah. "Gitu aja ngambek. Jadi tambah cantik deh kalo marah gitu."
"Seneng gitu kalo gue marah terus," ujar Ara dengan kedua alis yang bertaut.
"Enggak," Lava menggeleng, "Gue lebih suka kalo lo senyum ke gue."
Ara merasakan pipinya seperti terpanggang. Ia lantas segera menundukan kepalanya berharap tak ada yang menyadari perubahan dalam wajah Ara. Ia bahkan tidak menjawab omongan Lava. Ia merasa jantungnya seakan-akan sedang berlomba. Mengapa Ara harus merasa seperti ini hanya karena ucapan Lava itu? Bodoh!
"Duh, kok panas ya."
"Cari pacar sana, biar adem." Sahut Rega membalas celetukan Dirga.
Ara menghabiskan makanannya yang tinggal beberapa suap dengan sedikit gusar. Ia dapat merasakan kalau Lava tengah memperhatikannya. Rasanya ingin sekali Ara meminta Lava menghentikan kebiasaan baru lelaki itu yang selalu menatap Ara secara terang-terangan itu. Ara sangat merasa tak nyaman dibuatnya.
"Udah, Ara jangan di-bully terus," ujar Lava kepada teman-temannya. Ia pasti mengira Ara tak nyaman dengan perkataan mereka. Padahal dirinya lah penyebab utama Ara bersikap seperti itu. "Dia kalo makan bukannya lama. Cuma gak bisa cepet-cepet aja. Kitanya aja yang terlalu ngegas," sambungnya.
Gelak tawa menyambut ucapan Lava tersebut. Bahkan Luna pun ikut-ikutan tertawa. Sedangkan Ara hanya memutar bola matanya. Ia lalu meminum Es Jeruk nya setelah beberapa kali ia aduk terlebih dahulu. Saat ini ia sudah selesai menghabiskan makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERROR : Love Or Lies [Revisi-Ongoing]
Teen FictionERROR : Love Or Lies, #121 On Teen Fiction (02-08-16) Keiara Alea Dinata Seperti kata orang, takdir itu tak bisa di tebak dan suka seenaknya saja mempermainkan hidup seseorang. Hari ini yang terlihat baik-baik saja bisa berubah menjadi berantakan es...