Love #15 Salah Habitat

1.9K 245 80
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam saat mobil Lava tengah memasuki kawasan yang biasa dijadikan tempat arena balapan liar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam saat mobil Lava tengah memasuki kawasan yang biasa dijadikan tempat arena balapan liar itu. Sorak-sorai menyambut kedatangannya yang notabene pemenang balapan minggu lalu. Di sana, keempat teman Lava sudah menunggu kehadiran lelaki itu sejak setengah jam yang lalu.

Begitu Lava menurunkan sebelah kakinya, suara teriakan histeris dari para wanita semakin menambah kemeriahan malam minggu ini. Jika minggu lalu ia menggunakan mobil milik Rega, kali ini Lava menggunakan mobil sport miliknya sendiri yang biasanya terparkir rapi di garasi rumahnya. Mobil ini berbeda dengan mobil yang biasa ia pakai ke sekolah.

"Ya ampun Bunda, di sini teteh-nya geulis-geulis pisan atuh. Maafkan Loki yang mau gak mau harus liat. Ini rejeki Bun gak boleh ditolak," celoteh Loki yang sudah mengeluarkan logat Sunda-nya jika ia sedang girang. Dirga yang berada di sebelahnya hanya memutar bola mata mendengarnya. Padahal dirinya sendiri pun selalu bersiul setiap ada gadis yang lewat. Mode playboy-nya sedang on.

"Lama banget lo, Lav. Gue kira gak jadi ikut lo. Gagal makan-makan kita kalo lo gak datang," ujar Orion begitu Lava sampai di hadapan mereka.

Lava berdecak, "Susah gue mau ijin keluarnya, nyet. Nyokap aja udah nanyain kenapa gue bawa mobil yang ini."

"Untung lo bawa Pandora. Pasti menang dah kita. Yakin gue Bos," ujar Dirga seraya mengelus atap mobil Lava, "Ya kan, beib?"

Rega menggelengkan kepalanya heran, "Njirr, mobil aja lo embat. Pake di ajak ngomong segala."

"Abisnya si Bos punya mobil cakep begini tapi yang dibawa ke sekolah malah si upik abu. Dari pada nganggur mending buat gue lah Bos," ujar Dirga seakan tak rela mengetahui perlakuan Lava pada mobil sport-nya yang lebih sering dianggurkan.

"Bang Lav. Entah ini mata gue yang salah atau apa, cewek yang di sebelah sana kok mirip Kakak Ipar ya?" ujar Loki tak yakin dengan kepalanya yang menoleh ke kanan. Ia memicingkan mata untuk memperjelas pandangannya. Loki memang memiliki mata minus 1,50.

Lava segera mengalihkan pandangannya ke arah yang dimaksud Loki. Tampaklah seorang gadis dengan rambut panjang sepunggungnya yang tergerai indah diterpa angin malam. Sejurus kemudian Lava sudah meninggalkan teman-temannya dan menghampiri gadis itu.

"Ara? Lo kok bisa ada di sini sih?"

"Eh, Lava."

Saat ini Ara hanya mengenakan short pants putih beberapa centi di atas lutut yang memperlihatkan jelas kaki jenjang mulusnya dengan atasan sweater lengan panjang biru dongker. Ara tampak cantik dengan penampilan sederhananya. Lava mungkin senang-senang saja jika saat ini hanya dirinya yang melihat Ara disini. Tapi nyatanya sekarang ada puluhan pasang mata lelaki lain yang juga tertarik pada Ara. Jika telat sedikit saja mungkin Ara sudah dikerubungi.

"Tadi Abang Leo ngajak nyari makan. Eh ternyata malah diajak ke tempat beginian. Jadi gue pake baju seadanya aja," ujar Ara. Ia sekarang paham alasan Abangnya mengajak cari makan sebenarnya hanyalah alibi agar diijinkan keluar malam tanpa dicurigai Bundanya. Kalau tahu Ara lebih memilih tiduran di rumah.

Lava berdecak seraya mengacak rambutnya dengan sebelah tangan, "Terus abang lo kemana? Kok lo sendiri?"

Ara hanya menggeleng tak tahu membuat Lava harus kembali memutar otaknya. Satu-satunya yang ia pikirkan saat ini adalah menyembunyikan Ara dari tatapan lapar lelaki hidung belang. Ara sudah seperti seekor kelinci putih yang dikelilingi kumpulan singa yang bisa menerkamnya kapan saja. Sedangkan gadis itu sendiri pun sangat gelisah ditatap seperti itu. Belum lagi tak sedikit pula perempuan yang seperti tak suka melihatnya berada dekat dengan Lava.

"Jadi lo ke sini bawa cewek lo? Cantik juga."

Lava menatap sinis lelaki yang saat ini berada di hadapannya. Lelaki itu sangat asing di mata Lava dan Lava yakin ini kali pertama mereka bertemu.

"Namanya Raymond, Bang. Dia yang nantang lo hari ini. Gue cuma mau bilang supaya lo hati-hati. Dia itu jagoannya SMA Cakrawala," bisik Rega yang entah sejak kapan sudah ada di sebelah Lava.

Lava terkekeh diiringi senyum angkuhnya. Dilihatnya Raymond dengan tatapan meremehkan, "Ini jagoannya?"

"Gimana kalo kita taruhan?" tawar Raymond tanpa mempedulikan perkataan Lava, "Kalo lo kalah, cewek lo jadi milik gue. Kalo lo menang lo boleh minta apa aja ke gue."

Lava mendengus pelan. Dirasakannya tubuh Ara merapatkan diri ke arahnya, "Sorry, cewek gue bukan bahan taruhan. Dan gue gak butuh apa-apa dari lo."

"Kenapa? Lo takut?" tanya Raymond dengan sebelah alisnya yang terangkat, "Pengecut."

Lava menyisir rambutnya ke belakang. Terdengar beberapa teriakan histeris mengiringi aksi Lava yang dianggap keren, "Buat apa gue takut? Buat apa juga gue taruhan kalo gue udah pasti menang?"

"Oke, kita liat aja. Pacar lo bakal pindah ke tangan gue," Raymond menunjukan seringaiannya lalu berjalan meninggalkan Lava dan Ara.

Tak lama terdengar aba-aba kalau race akan segera dimulai. Lava menitipkan Ara pada keempat temannya dan menyuruh cewek itu menunggu di dalam mobil Rega. Itu adalah tempat teraman saat ini."Masuk, Ra."

Ara menyembulkan kepalanya keluar jendela, "Lo jadi balapan?" tanya Ara.

"Iya."

Ara terdiam sejenak. "Hati-hati."

Lava mengangguk. Mendengar nada khawatir dari Ara membuat semangatnya memuncak. Ia berjalan ke arah mobilnya lalu mengenakan sealt belt-nya dan mulai menyalakan mesin mobilnya. Dijalankannya mobil itu sampai ke garis start.

"Kakak Ipar tenang aja. Abang jago kok, pasti menang," ujar Loki sambil mengedipkan sebelah matanya.

Tak lama kemudian terlihat seorang wanita yang mengenakan hot pants merah dengan atasan crop tee hitam yang cukup terbilang minim berdiri di antara mobil Lava dan Raymond. Ia memegang sebuah bendera di tangannya. Sebentar lagi perlombaan akan segera dimulai.

Ara dapat melihat mobil Lava melaju dengan amat kencang. Ia memejamkan mata dan untuk kemenangan dan keselamatan Lava. Ia tidak ingin berada di tangan cowok brengsek seperti Raymond. Ia tak tahu apakah saat ini Lava yang memimpin atau kah malah Raymond.

Jantung Ara berdetak kencang seiring dengan rasa takut yang menjalari seluruh tubuhnya. Ia harap balapan ini segera berakhir. Tak lama terdengar suara sorakan saat sebuah mobil melintasi garis finish disusul oleh mobil lainnya.

"Ara," Ara mendengar suara Lava memanggil namanya. "Gue menang."

Ara diam sejenak, lalu tersenyum lega. "Udah selesai, kan? Gue mau pulang, Lav." Ara menarik lengan Lava sedikit memohon. Ia sudah sangat tidak betah berada di tempat ini.

"Yaudah kita pulang. Ijin dulu ke abang lo."

Ara mengangguk senang. "Beli makan dulu, ya? Gue laper." Lava mengiyakan sambil mengusap puncak kepala gadis itu.

_______________________________

Annyeong!!
Jangan lupa vote dan comment yaa. Maaf juga kalo ceritanya  makin abal.

Love u

25 Agustus 2016 Revisi 20 June 2022
By Chaerun Nessa

25 Agustus 2016 Revisi 20 June 2022By Chaerun Nessa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ERROR : Love Or Lies [Revisi-Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang