"ARAAA. MANA ARAA?"
Suara menggelegar itu lantas membuat seisi kelas XI IPA 1 menoleh ke arah pintu kelas. Di sana sudah berdiri Bu Nita yang sedang berkacak pinggang. Dari ekspresi wajahnya terlihat sekali ia sedang murka. Seluruh siswa tak ada yang berani menjawab dan serempak menatap ke arah Ara.
"Kenapa lagi, Ra?" Gea menoleh ke belakang bertanya pada Ara.
Ara hanya menggeleng sebagai jawaban. Tanpa tahu apa masalahnya Ara segera menghampiri Bu Nita yang sudah menunggunya dengan wajah memerah. Tubuh Ara sudah mengeluarkan keringat dingin tanpa ia sadari. Entah mengapa selalu ada kejadian yang merusak harinya.
Ara menjawab dengan sedikit takut, "I-iya, Bu. Ada apa ya nyariin saya?"
"Ikut Ibu sekarang!"
Ara menuruti perintah Bu Nita yang bergegas pergi tanpa bertanya kemana arah tujuan mereka. Di belakangnya, Luna, Gea, Wanda dan Maya mengikuti mereka berdua lantaran penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Bu Nita menuntun mereka menuju lapangan olahraga. Tepatnya di pinggir lapangan. Di sana terdapat sebuah pohon manga tinggi besar yang sudah berdiri kokoh sejak sebelum sekolah itu dibangun. Di bawahnya banyak siswa yang berkerumun mengelilingi pohon itu.
Begitu sampai di sana, pandangan Ara langsung tertuju ke satu titik. Lava. Ia dan kelima temannya sedang asyik duduk bersantai di atas pohon sembari menikmati buah mangga matang. Sepertinya lelaki itu belum menyadari kehadiran Ara. Ara berdiri tidak terlalu dekat sehingga tidak tertangkap jangkauan mata Lava.
Ara merasa kepalanya pening seketika. Dipijatnya pelan pelipisnya sekadar mengurangi sakit kepalanya. Lava kembali berbuat ulah. Dan sekali lagi Ara juga yang turut menerima akibatnya. Ia merasa dirinya benar-benar sial.
"TURUN KALIAN!!!" bentak Bu Jihan yang sedari tadi sudah menunggu mereka di bawah.
"Enggak ah. Ibu dong yang naik," sahut Loki menantang sambil menunjukan cengirannya. "Dahannya kuat kok Bu nahan berat badannya Ibu. Ibu kan langsing, hahaha."
"Kalian berlima! Bisa tidak sehari saja kalian tidak buat masalah. Dari kemaren saya dan Bu Jihan lelah menghukum kalian. Apa kalian tidak pernah jera?" Kini ganti Bu Nita yang memarahi mereka. Itu saja tak satu pun yang mengindahkannya. Mereka masih asik dengan kegiatan mereka.
"Ck, yaudah gak usah dihukum. Kita gak minta kok. Ibu gak perlu repot-repot. Perhatian banget sama kita," jawab Dirga cuek. Ia lalu melepaskan buah mangga yang tinggal biji dari tangannya. "Eh, jatuh."
"Berani ya kalian!!" hardik kedua guru itu bersamaan yang membuat para siswa di sekitar mereka lantas menutup telinga sekadar menjaga pendengaran mereka.
"Kalian tahu, buah mangga itu akan jadi salah satu produk yang akan kita perkenalkan pada sekolah lain yang nanti berkunjung ke sekolah kita," ujar Bu Jihan berteriak menunjuk-nunjuk pohon itu dengan tangan kanannya sedangkan tangan satunya berada di pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERROR : Love Or Lies [Revisi-Ongoing]
Teen FictionERROR : Love Or Lies, #121 On Teen Fiction (02-08-16) Keiara Alea Dinata Seperti kata orang, takdir itu tak bisa di tebak dan suka seenaknya saja mempermainkan hidup seseorang. Hari ini yang terlihat baik-baik saja bisa berubah menjadi berantakan es...