Lies #22 Kepercayaan

1.5K 217 45
                                    

Sejak jam pelajaran kembali dimulai sampai menjelang waktu pulang seperti ini pikiran Ara sama sekali tak dapat konsentasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak jam pelajaran kembali dimulai sampai menjelang waktu pulang seperti ini pikiran Ara sama sekali tak dapat konsentasi. Selama mengikuti pelajaran, 90 persen ia habiskan untuk melamun sedangkan 10 persennya lagi dengan kegiatan lain seperti menguap dan bermain ponsel. Buku pelajaran tak disentuhnya sama sekali. Ocehan gurunya pun tak ada yang masuk ke telinga Ara

Ditekannya sembarang layar ponselnya tanpa tahu apa yang sebenarnya ia lakukan. Ia membuka segala aplikasi yang ada di ponselnya padahal tak ada satu pun pemberitahuan yang masuk lalu kembali menutupnya. Dilakukannya secara berulang-ulang sampai-sampai teman sebangku yang memperhatikannya merasa jengah sendiri.

Marinna si sialan.

Tak sampai 10 menit perempuan itu bisa dengan mudah menjatuhkan Ara. Tepat di depan Lava. Dan cara yang digunakannya benar-benar licik. Ara sangat tak menduganya. Tak seperti Clara yang terang-terangan, Ara mengakui Marinna cukup cerdik dengan menjebak Ara.

Dan Lava. Apa lelaki itu tak percaya pada Ara? Jika ia memang sudah mengenal baik Ara, seharusnya tanpa ragu ia pasti akan membela Ara. Sedangkan apa yang ia lakukan? Lelaki itu malah menganggap Ara berbohong. Adakah yang yang bisa membayangkan sesakit apa perasaan Ara saat itu?

Apalagi Ara dengar beberapa murid berbicara bahwa Lava menemani Marinna di UKS. Lelaki itu bahkan tidak mengejar Ara yang langsung pergi. Sepertinya Ara sudah tidak lagi menjadi prioritas.

Kring... kring...

Akhirnya bel waktu pulang sekolah telah berbunyi. Ingin sekali Ara melangkahkan kakinya pergi dari sekolah ini. Ia ingin segera mengistirahatkan kepalanya di kasur kesayangannya. Ia berharap dapat melupakan sejenak masalah yang baru saja menimpa dirinya saat ini.

Setelah cukup mengucapkan salam perpisahan dengan teman-temanya seperti biasa, Ara segera melangkah keluar kelas. Ia terperanjat begitu melihat lelaki itu sudah berdiri di depan kelasnya. Jelas sekali kalau Ara lah yang sedang ia tunggu. Memangnya siapa lagi?

Ara segera pergi tanpa perlu repot-repot menyapa lelaki itu atau sekadar bertanya apa yang sedang ia lakukan di sana. Saat ini merasa harus menghindari Lava. Bukan harus, tetapi wajib. Lava segera menyusul begitu melihat Ara meninggalkannya.

"Ra, pulang sama gue ya? Lo gak dijemput, kan?" Lava bertanya sembari berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Ara.

"Gak usah, gue bisa naik taksi," Ara menjawab sambil terus melangkahkan kakinya tanpa menatap Lava sedikitpun.

"Gue mau ngomong penting sama lo, Ra."

"Gue gak mau ngomong sama lo."

Lava lantas menarik paksa tangan Ara membawanya ke tempat di mana mobilnya terparkir tanpa mempedulikan Ara yang mulai meronta-ronta berusaha melepaskan tangannya. Ia lalu mendudukan Ara di kursi penumpang setelah itu memutari mobilnya dan duduk di kursi pengemudi. Tak lama kemudian mobil mereka sudah meninggalkan wilayah sekolah.

ERROR : Love Or Lies [Revisi-Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang