Lies #24 Terabai

1.6K 165 105
                                    

Dengan gontai Ara melangkahkan kakinya menuju Halte Bus terdekat. Tepat pukul 8.30 malam ia dan kawan-kawannya menyelesaikan tugas mereka. Sebenarnya tidak membutuhkan waktu selama itu jika mereka tidak menggunakan 50 persen waktu mereka untuk bergosip dan 30 persen untuk bernyanyi-nyanyi tak jelas. Hanya 20 persen atau sekitar selama 54 menit mereka benar-benar mengerjakan tugas itu.

Selalu seperti itu setiap kali mereka berkumpul untuk kerja kelompok. Maya dan Luna paling antusias saat memilih lagu yang akan mereka dengarkan. Gea dan Wanda yang paling sering bergosip membicarakan ini-itu bahkan sampai ke hal yang tak penting sekalipun. Sedangkan tugas Ara adalah mengingatkan mereka akan tugas yang mulai terbengkalai.

Saat ini Ara sedang menunggu Kak Leo yang akan menjemputnya. Kakaknya itu tak tahu letak rumah Gea dan sewaktu pergi Ara juga menggunakan Taksi karena Kak Leo sedang tak ada di rumah. Oleh karena itu ia diminta menunggu di Halte terdekat. Padahal rumah Gea cukup mudah dijangkau karena tidak berada di dalam perumahan.

Halte ini terlihat cukup sepi dan tak ada seorang pun selain Ara. Gea bilang, di malam hari daerah ini memang tak seramai di siang hari. Ara berharap tak ada hal buruk yang akan menimpa dirinya.

Sudah hampir 30 menit lamanya Ara menunggu kehadiran Kakaknya itu. Namun ia juga tak kunjung menampakan batang hidungnya. Ara sudah coba menghubungi nomor Kakaknya tapi tidak diangkat. Mungkin sedang di jalan. Tiap saat Ara memperhatikan sekeliling begitu mendengar suara mobil yang mendekat kalau-kalau itu Kakaknya. Malam sudah semakin larut dan jujur saja Ara merasa takut terus berada di tempat seperti ini. Ia sempat berpikir untuk menunggu di tempat lain.

Tak lama Ara melihat seorang pemuda mendekat ke arahnya. Dan dari cara berjalannya sepertinya lelaki itu sedang... mabuk? Oh, apakah ada yang lebih buruk dari berada di satu tempat dengan orang mabuk? Nasib baik kalau Ara tak diganggu. Tetapi bagaimana kalau ia sampai diapa-apakan?

"Heh! Cepet serahin tas lo sekarang!" bentak lelaki itu yang sudah berada beberapa meter di depan Ara dengan menunjuk-nunjuk tas Ara. Laki-laki itu memang benar mabuk. Ara dapat mencium bau alkohol yang sangat menyengat walaupun jarak mereka sebenarnya tidak begitu dekat.

Ara diam tak menjawab. Ingin sekali ia berlari sejauh mungkin dari tempat itu saat ini juga. Namun untuk menggerakan ujung jarinya saja Ara tak mampu. Ia terlalu takut saat ini. Takut sekali. Tubuhnya mulai gemetar dan mengeluarkan keringat dingin. Jantungnya berdetak kencang dan napasnya mulai terengah.

"Lo gak denger apa!" bentaknya lagi dengan sedikit sempoyongan. Ia semakin mendekat ke arah Ara.

Lelaki itu berusaha menyentuh Ara tetapi Ara segera menepisnya. Ara lalu berusaha kabur tetapi lelaki itu sudah terlebih dahulu mencengkeram lengan Ara dengan kuat. Ara sudah berusaha melepaskan tangannya tetapi tak bisa.

"Ayo lo ikut gue!" Lelaki itu masih saja berusaha menarik tangan Ara. Ia berusaha membawanya pergi. Ara sedikit bersyukur, karena sedang mabuk lelaki itu kehilangan 50 persen kekuatannya. Kalau tidak, entah Ara akan dibawa ke mana.

Tanpa sengaja Ara menemukan sedikit celah yang mungkin dapat membantunya. Ia menendang kuat tulang kering lelaki itu dan langsung membuatnya jatuh berlutut. Tetapi nahas, tangannya masih memegang Ara.

Ara tak peduli. Ia memanfaatkan kesempatan yang ada. Dengan cepat Ara berusaha mengambil ponselnya yang ia taruh di saku celana bagian depan dengan sebelah tangannya yang bebas. Ia segera membuka aplikasi WA dan mencari kontak Lava lalu menekan tanda 'Panggil'.

Ditunggunya selama beberapa saat tetapi Lava tak juga mengangkat. Sedetik saja terasa begitu lama bagi Ara. Ia tak bisa terus membuang waktunya. Apa sebenarnya yang tengah di lakukan lelaki itu? Apa ia sedang sibuk?

ERROR : Love Or Lies [Revisi-Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang