Mikasa Jealous?

373 19 2
                                    

"[nama], kamu ada dimana? Aku dan mikasa sudah berada dijembatan."

"maaf eren. Aku ini lagi dijalan. Tunggu sebentar."

Dengan terburu-buru, aku langsung pergi menuju jembatan. Sore ini aku akan melatih eren. Benar-benar merepotkan, padahal aku baru saja sembuh dari kejadian tadi pagi. Tapi apa boleh buat, demi bertemu mikasa aku akan melakukannya.

15 menit kemudian...

"ma...maaf eren aku terlambat."

"hah. Aku dan mikasa sudah menunggumu dari tadi. Yasudah ayo kita berangkat."

"armin kemana?"

"dia pergi ke kota bersama pamannya."

"oh begitu."

"woi kalian berdua, kenapa diam saja. ayo cepat kita berangkat."

Kami semua meninggalkan jembatan tempat kita berkumpul dan pergi menuju lapangan. lapangan tersebut berada dipinggiran sungai. Pemandangan disana sangat bagus sekali, apalagi ketika sunset. Jika nanti aku dan mikasa berpacaran, aku akan mengajaknya kesana setiap hari sehabis pulang sekolah. Hahaha tapi itu hayalan saja.

Kami berjalan biasa. Tidak ada obrolan yang penting diantara kita bertiga. Aku mengeluarkan hpku untuk mendengar lagu. Sementara eren dan mikasa sedang asik bersenda gurau.

"kamu jangan berlatih terlalu keras, nanti kamu akan sakit. ingat itu eren!"

"ba...baiklah mikasa. aku tidak akan memaksakan diri. Hehe."

Eren mencubit hidung mikasa saat mengatakannya. Aku iri melihat mereka berdua. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan ini dan memberikan tawa palsu. untuk menghilangkan rasa gundahku, aku memberi pesan kepada annie tentang rencana weekend nanti. Hanya teks biasa dan beberapa emoticon yang aku kirimkan kepada annie. sudah ditentukan bahwa hari sabtu aku mengajak annie jalan.

"wow sepertinya ada yang mau jalan hari sabtu nanti. Wkwk."

"e...eren kamu ngomong apaan? Aku engga ngerti."

"wkwk dari tadi aku lihat kamu sms-an sama annie. haha so sweet. Yosh semangat untuk datenya ya. Haha."

Mikasa menatapku dengan tatapan serius.

"apakah itu benar [nama]?"

"i...itu mmhh... benar mikasa."

"mikasa. sudah jangan ganggu [nama]."

"ba...baiklah eren."

Mikasa menundukan kepalanya. Entah kenapa ada yang aneh dengan mikasa kali ini.

30 menit kemudian...

Kami semua akhirnya sampai di lapangan. ternyata dilapangan ada marco dan jean yang sedang berbincang.

"yo jean marco kenapa kalian ada disini?"

"heh? Eren, [nama], mikasa? aku disini sedang menikmati pemandangan. Terus kamu mau apa kesini?"

"aku akan berlatih dengan [nama]. Soalnya sebentar lagi akan ada seleksi masuk tim sepakbola sma maria. Oh iya bagaimana kalau kau dan marco ikut latihan saja?"

"wow menarik sekali. Baiklah aku akan ikut latihan. Yasudah aku pergi mengambil perlengkapan dulu."

Hal yang aneh terjadi didepan mataku. Eren yang biasanya selalu bertengkar dengan jean, tiba-tiba baikan. Apa karena mereka suka sepakbola?

Eren meminta ijin untuk pergi mengganti baju. Dia langsung pergi meninggalkanku dengan mikasa. seperti biasa, aku canggung bila berduaan dengan wanita, apalagi dia adalah wanita yang aku suka. Mikasa duduk dipinggiran sungai sambil sesekali melemparkan batu. Sementara aku hanya berdiri di lapangan seperti orang bodoh. Ingin rasanya duduk disamping mikasa. yosh aku akan memberanikan diri.

"a...anu mikasa. apakah boleh aku duduk disampingmu?"

"silahkan saja [nama]."

Aku kemudian duduk disamping mikasa. perasaan didalam hati bergejolak hebat. Mikasa masih menatap dingin sungai yang berada didepannya. Mikasa kemudian memecah keheningan.

"[nama], aku ingin bertanya sesuatu padamu."

"bo...boleh saja mikasa."

"kenapa kamu mengajak annie jalan?"

Aku terdiam mendengarnya. kenapa mikasa sangat tertarik? Apakah dia cemburu dengan annie. tidak mungkin jika mikasa cemburu. Aku jawab dengan sejujurnya saja.

"aku mengajak annie jalan karena dia telah menolongku tadi pagi. hehe"

"apakah kamu bisa membatalkannya?"

"membatalkannya? tentu saja tidak mikasa. aku akan merasa malu jika mengingkari janjiku. Hehe."

"oh begitu. Yasudah."

Mikasa menundukan kepala kembali seakan-akan tidak puas dengan jawaban yang aku berikan. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan mikasa. tidak biasanya mikasa bersikap seperti ini terhadapku.

Aku mengeluarkan hp dan mendengarkan lagu. Berbaring sambil meletakkan tanganku sebagai sandaran. Playing All Time Low – Remembering Sunday. Lama kelamaan aku menutup mata dan terlelap. Angin yang sejuk menambah larut tidurku.

Seketika aku merasakan ada yang mengganggu pandanganku. Walaupun aku tertidur, setidaknya aku bisa merasakan kilauan cahaya matahari sore. Aku langsung membuka mata. Betapa kagetnya aku. Didepan mataku, ada mikasa yang sedang menatapku. Reflex, kepalaku secara tidak sengaja berbenturan dengan wajah mikasa. aku sangat malu sekali dan meminta maaf karena kejadian ini.

"seharusnya aku yang meminta maaf [nama]. Kalau dilihat-lihat kamu ini lucu juga ketika sedang tertidur."

Wajahku memerah mendengar perkataan mikasa. aku diam dan tidak bisa membalasnya. Diam seperti patung.

"lho kok kamu diam saja? wajahmu juga memerah. Apakah kamu sakit?"

Mikasa kemudian mendekati wajahku. Tatapan dan senyuman yang dia berikan membuat peredaran darah mengalir dengan kencang. Tanpa disadari aku kemudian mimisan. Betapa sedihnya nasibku kali ini.

Mikasa membantu mengelap darah yang keluar dari hidungku. Senyumannya yang manis terbayang-bayang dalam pikiran. Kami berdua kemudian duduk kembali sambil menunggu yang lain datang.

"[nama], kamu tahu tidak. Kamu jadi mengingatkanku kepada eren yang dulu."

"heh? Apa maksudmu aku tidak mengerti mikasa."

"sekarang eren sudah berubah. Dia sekarang lebih mementingkan dirinya sendiri ketimbang orang lain. Tapi kamu, kamu lebih mementingkan perasaan orang disekelilingmu."

"aku kan tidak tahu bagaimana sikap eren dulu. Lagian juga kita kan baru bertemu. Kamu ini ada ada saja mikasa. haha"

"ma...maaf aku jadi terbawa suasana."

Mikasa menundukan kepalanya lagi.

"yosh. Tenang saja mikasa. selama ada aku, aku akan selalu mendengarkan apa yang ingin kamu utarakan. Baik itu menyangkut permasalahan kehidupan, sekolah atau juga mmhh ma...masalah percintaan."

Mikasa menatapku dan tersenyum kembali setelah mendengar balasan dariku.

"terimakasih [nama]."



Mikasa, oh MikasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang