Eren Approved

174 6 1
                                    

SP EREN

Seperti yang kuduga pak nick ingat dengan tugas yang dia berikan sebelum liburan. Untung saja aku sudah mengerjakannya. Walaupun semua jawabanku dikerjakan oleh armin, tapi setidaknya aku mengerjakannya.

Kulihat wajah [nama] panik mendengar perkataan pak nick. Aku bisa tebak dia belum mengerjakan pr. Bagaimana bisa dia melupakan persoalan sepele semacam ini.

"kau tidak mengerjakan pr ya?"

"i...iya armin. Aku lupa mengerjakan."

"haha. Siap siap kau dihukum [nama]."

"eren kau ini."

Aku dan armin tertawa melihat ekspresi [nama] yang depresi dan berkeringat dingin. Tapi saat kami sedang tertawa, mikasa yang tadi duduk tenang bagai patung, menghampiri [nama]. Dia memberikan [nama] buku. Ekspresi [nama] langsung berubah 180 derajat setelah melihat isi bukunya. Ternyata isi buku tersebut adalah semua jawaban mengenai soal yang diberikan pak nick. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah mengapa mikasa mengerjakan semua tugas dan memberikannya kepada [nama] ?

"mi...mikasa terimakasih. Kau sudah menolongku."

"lain kali kerjakan sendiri dasar pemalas."

"ba...baiklah."

Aku dan armin bingung dengan apa yang kami lihat. Mikasa yang selama ini kukenal hanya akan perhatian jika salah satu dari kami mendapat masalah. tapi kurasa semenjak kejadian di sungai dulu saat [nama] melatihku, perhatian mikasa terhadap [nama] bertambah. sebaliknya sekarang dia lebih perhatian kepada [nama] daripada aku. sebenarnya apa yang terjadi diantara mereka berdua.

Bel isitrahat berbunyi. aku dan armin pergi mencari [nama] untuk mengkonfirmasi hubungannya dengan mikasa. Kami mencari kemana-mana namun tidak membuahkan hasil. Setelah beberapa saat mencari, kami akhirnya menemukan [nama] sedang bersantai di taman dekat gymnasium. Kami pun mendekatinya.

"huf ternyata kau disini."

"oh kalian. Memang ada perlu apa?"

"aku ingin bertanya. Sebenarnya ada hubungan apa diantara kau dengan mikasa?."

Kami lihat wajah [nama] panik dan memerah mendengarnya.

"eh...anu. Sebenarnya a...aku dan mikasa...."

"aku dan [nama] sekarang berpacaran."

Kami semua kaget melihat mikasa yang entah darimana datangnya berada dibelakang kami. Dia terlihat malu dan menaikan syalnya lalu duduk disamping [nama]. Aku dan armin terdiam dan memproses serta mencerna apa yang dikatakan mikasa.

"ja... jadi kau dan mikasa sekarang berpacaran."

"eh...i...iya armin."

"tak kusangka kau dapat melakukannya. Selamat [nama]."

"te...terimakasih armin."

Aku masih bingung dengan semua ini tapi lama kelamaan aku bisa memahaminya. Aku langsung mendekati mikasa, menatap tajam dia serta memegang bahunya dengan erat. Dia tampak malu dan menundukan wajahnya.

"jadi kau sekarang berpacaran dengan [nama]?"

"i...iya eren. Maafkan aku."

"heh? Kenapa kau minta maaf? Sebenarnya aku sangat senang mendengarnya. akhirnya setelah sekian lama, sekarang aku dapat terbebas dari semua gangguanmu, mikasa hahaha."

"EREN!"

Aku langsung mendapatkan pukulan telak diwajahku dan langsung tersungkur ketanah. [nama] dan armin tertawa melihatku. Darah dari hidungku mulai keluar. Ahh

TIMESKIP...

"ka... kalian semua jangan pesan makanan seenaknya. A...aku..."

"sut. diam saja kau. Ini hukuman akibat merahasiakan hubungan kau dengan mikasa."

"yo connie kita akan makan sepuasnya. Yohoo."

"mmhh semua makanan disini terlihat lezat."

"mi...mikasa bantu aku."

Aku sangat senang melihat ekspresi [nama] yang panik tidak karuan dan juga kulihat mikasa hanya menundukan wajahnya. Kuajak sasha dan connie ke restoran untuk makan sepuasnya. Aku tidak peduli [nama] punya uang atau tidak, yang jelas ini kuanggap sebagai hukuman merahasiakan hubungannya dengan mikasa.

Setelah puas makan, kami akhirnya pergi pulang. Sasha dengan connie, [nama] dengan mikasa, dan aku dengan armin.

"eren apa tidak apa-apa. [nama] dan mikasa terlihat kesal dengan semua ini."

"tidak apa-apa."

kurasa armin tidak senang dengan perbuatanku tadi. Apa aku terlalu arogan dan egois. Sudahlah jangan dipikirkan. Intinya sekarang, aku tidak akan diganggu lagi oleh mikasa.

1 hari kemudian...

Mikasa menatapku dengan tatapan yang mengerikan. Armin tidak ingin berbicara kepadaku. Hanya sasha dan connie yang berterimakasih kepadaku. Kulihat [nama] datang seperti biasa. Memakai jaket dengan headset menempel dikupingnya. Aku menyapanya tapi dia tidak membalas. Apa dia masih kesal dengan perbuatanku kemarin.

Kucari [nama] ditempat biasa dia bersantai, tapi dia tidak ada disana. Aku duduk sejenak ditempat dia biasa bersantai. Aku berpikir kembali dengan perbuatanku kemarin. Benar-benar bodoh dan egois diriku ini.

Saat duduk, aku ingat diberi amanah oleh Armin untuk membawakannya buku. Aku langsung pergi keperpustakaan. Dan akhirnya disana aku bertemu juga dengan [nama] dia sedang membaca buku sambil mendengarkan music.

"ternyata kau disini."

"shit. Eren kau mengagetkanku."

"ya maaf. Anu [nama]. Mmhh aku ingin meminta maaf kepadamu atas perbuatanku kemarin."

"aku sudah memaafkanmu kok. Tapi lain kali jangan diulang ya. Untung saja kemarin aku bawa uang lebih."

"ya aku sungguh menyesalinya [nama]. Oh iya [nama] aku ingin berbicara soal mikasa."

"ada apa dengan mikasa?"

Aku langsung menatapnya dengan tajam. Sambil memegang pundaknya. Kulihat dia panik dan sedikit kaget.

"aku ingin kau membuatnya bahagia bagaimanapun juga. jangan sesekali kau menyakiti perasaannya."

"e...eren."

"aku sungguh bodoh selama ini tidak bisa membuatnya bahagia. Tapi aku merasa lega sekarang karena kamu bisa membuatnya hidup kembali. Terlihat dari raut wajahnya yang senang bila berada didekatmu. Sudah lama aku tidak melihat mikasa seperti ini. jadi [nama] jangan pernah kau kecewakan mikasa!"

"ba...baik eren. Aku tidak akan membuatnya kecewa!. Anu tapi kau tidak cemburu aku berpacaran dengan mikasa?"

"hahaha yang benar saja. selama ini mikasa hanya menggangguku."

"kau tidak berperikemanusiaan."

"hahaha aku bercanda [nama]."

Akhirnya kesalahpahaman diantara aku dan [nama] sudah selesai. Aku harap [nama] dapat memegang janjinya. Tidak membuat mikasa kecewa. Kami tertawa sepanjang jalan menuju kelas untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya.

Mikasa, oh MikasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang