Awkward moment

187 18 1
                                    

Sial, mengapa kebiasan ini tak pernah hilang. Lagi-lagi aku terlambat masuk sekolah gara-gara hal yang tak penting, bermain game semalam suntuk. Walaupun sepadan dengan waktu yang aku habiskan, tapi sangat mengganggu sekali.

Kini ku berada didepan gerbang sekolah, sangat malu jika aku langsung masuk tanpa merasa ada yang salah. Kulihat semua teman kelasku berada dilapangan dengan seragam olahraga yang mereka kenakan. Untung saja ku lihat pak Hannes belum datang, aku masih bisa bernafas lega.

Kudengar suara langkah kaki yang perlahan terdengar mendekat. Saat ku tengok aku langsung tahu siapa dia. Olluo, teman sekelas Levi. Wajahnya capek berat dan rambutnya pun acak-acakan. "huf sudah berapa kali aku terlambat? Hah kau juga terlambat ya?" tanya dia "i...iya kak. Aku juga terlambat. Tapi bagaimana kita masuk kedalam tanpa ketahuan pak keith sadiss?" balasku. Dia tertawa dan tersenyum "tenang saja, aku tahu jalan pintas. Hehe."

Dia membawaku ke tempat yang dia bilang rahasia. Menunduk ketika melewati lapangan menghindari tatapan sadis pak keith yang mengintai. Disana aku lihat ada tangga yang berdiri disebelah ruangan yang tak kuketahui. Dia bilang ini jalan rahasia jika terlambat.

15 menit kemudian...

"yo sampai jumpa lagi. Aku harus cepat masuk. Ciao" dia langsung lari kelantai 3. Sementara aku berjalan perlahan menuju kelas.

Pintu kelas kubuka dan langsung saja menuju mejaku. Tasku simpan dan bersiap ganti baju. Sesekali melihat kearah lapangan untuk mengecek apakah pak hannes sudah datang. Untung saja pak hannes belum datang. Aku masih punya kesempatan.

Suasana kelas tentu saja kosong, tidak ada orang. Aku langsung membuka baju serta celanaku dan menggantinya. Aku hanya memakai kaos kutang dan celana dalam saja. karena terburu-buru tadi jadinya kolor lupa kupakai. Tapi tidak apa karena tidak ada seseorang disini.

"[NAMA]?" terdengar suara dari arah pintu. Aku diam sebentar dan tidak berani untuk menengok. Apakah dia guru? Ataukah dia teman sekelasku? Tapi dari suaranya aku kenal dia, dia adalah. "MI...MIKASA!"

SP MIKASA

TETT...

Bel akhir pelajaran berbunyi. akhirnya aku bisa terbebas dalam kekangan rumus ekonomi yang membuatku pusing. "mikasa apakah kau mau ikut ke kantin?" eren bertanya kepadaku. "tidak eren. Aku menunggu disini saja." balasku kepadanya. Dia kemudian pergi bersama armin.

Dari pagi aku tidak melihat [nama] apakah dia sakit? Apakah dia terlambat lagi? aku memberi pesan kepadanya tapi tidak dibalas juga.

25 menit kemudian...

"hadeh pak hannes terlambat lagi. Kalau begini lebih baik aku ke kantin. Oh iya bukannya [nama] hutang janji kepada kita ya?" gumam eren yang terlihat kesal. "haha aku tidak lupa eren. Btw tapi kemana tuh orang belum muncul juga." jean mendekati kami. Dia mencoba menatapku dan itu membuatku kesal sekali. Aku tatap balik dia dan seperti dugaanku, dia memalingkan pandangan kearah lain. "eren aku akan kekelas untuk membawa minum. Apakah kamu ingin titip sesuatu?" eren menggelengkan kepala. Aku kemudian pergi ke kelas.

Aku lihat pintu kelas terbuka dan perlahan berjalan kedalam. Betapa kagetnya aku. Aku melihat seseorang yang hanya memakai kaos singlet dan cd berada dibelakang kelas. Sepertinya aku kenal dia "[NAMA]?"

SP KAMU

"MI...MIKASA." betapa kaget dan malunya aku mengetahui mikasa melihatku setengah telanjang seperti ini. aku mengambil seragam olahragaku dan langsung kupakai sambil sembunyi di bawah meja. Mikasa perlahan menghampiriku. Aku jadi tambah gugup dan rasanya seperti ingin mati saja.

"mikasa kau jangan mendekat. A...aku malu sekali." Aku berusaha sembunyi dipojok belakang kelas. Mikasa tidak mendengarkanku malahan dia sekarang berada disampingku. "sudah tidak apa-apa. Aku tidak akan memberitahukan ke semua orang." Dia berkata sambil memegang pundakku.

Dia berusaha membuatku bangkit dari kemalangan yang menimpaku. Tangan lembutnya terjulur menyentuh tanganku yang kaku dan aku pun berdiri. "sudah jangan menampakan wajah yang seperti itu." Dia tersenyum sangat manis sekali. "ta...tapi mikasa. a...aku sangat malu sekali." Dia mengarahkan teunjuknya pada mulutku. "sut. kamu diam saja." dia kemudian memberikan sebuah kecupan dikeningku. Lantas aku tak berdaya dan tak percaya dengan semua ini. "nah. Kamu sudah tidak apa-apa kan? Bagaimana kalu kita langsung menuju lapangan." aku mengangguk dengan wajah yang polos. Mikasa memegang tanganku dan kami akhirnya meninggalkan kelas menuju lapangan. what a totally awkward moment for me.

Mikasa, oh MikasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang