"Sambil menunggu dia datang, gimana kalo kita bermain sedikit?"
Aelke bergedik ngeri saat mendengar Ray berbicara seperti itu. Aelke mundur beberapa langkah sebelum akhirnya menabrak seseorang. Aelke menoleh dan terkejut karena orang yang dia tabrak bukanlah penjahat seperti teman-teman Ray itu, melainkan Ilham. Ilham?
"Well, gak baik ngelakuin sesuatu yang buruk ke seorang gadis yang gak loe kenal," ujar Ilham menarik tangan Aelke agar Aelke berlindung di balik tubuhnya. Aelke terkejut mendapati Dicky dan Rangga juga di dekat Ilham. Mereka bertiga maju mendekati Ray yang juga mulai mendekat bersama keempat orang rekannya.
"Ilham, Rangga dan Dicky, si mantan anak berandalan yang sekarang tobat menjalani hidup normal sebagai mahasiswa, right?" ujar Ray.
Ilham, Rangga dan Dicky saling pandang sebelum terkekeh bersamaan. "Ya, dan kami mendapat kehidupan yang jauh lebih baik dari kehidupan yang kalian jalani." Celetuk Dicky.
"So, kita akan mulai berkelahi saat ini?" tanya pria bermata sipit itu.
"Berkelahi? Kenapa harus berkelahi? Gimana kalo kita duel? Satu lawan satu?" tanya Rangga.
"Kenapa harus berduel kalo kita berlima bisa langsung habisin kalian dengan sekali babak?"
"Itu dia masalahnya, Bung. Kalian berlima dan kita bertiga. Kita gak seimbang. Seharusnya, kita seimbang." Ujar Ilham. Ray dan teman-temannya itu terkekeh meremehkan.
"Ya, itu juga kalo kalian bukan pengecut." Celetukan Dicky kali ini berhasil menyulut amarah kelima orang itu. "Okay. Satu lawan satu. Di tempat ini." ujar Ray.
"Okay. Persyaratannya, yang jatuh menyentuh tanah terlebih dahulu kalah." Ujar Ilham. Kelima orang itu menganggukkan kepala setuju.
Pertandingan pertamapun di mulai. Dicky yang maju terlebih dahulu melawan pria jangkung berambut cepak yang diketahui memiliki nama samaran 'Jangkung' itu. Pria itu memasang kuda-kuda sedangkan, Dicky hanya menatapnya jijik.
Pria itu mulai melancarkan pukulan bertubi-tubi dan Dicky berhasil menghindari semua itu. Di saat pria itu hendak menendang Dicky, secara mengejutkan, Dicky berputar dan melakukan tendangan sabit tepat di kaki pria itu hingga pria itu jatuh dengan posisi duduk. Dicky menang. Dicky bersorak kegirangan dan segera menghampiri teman-temannya yang menyambutnya dengan wajah ceria.
Pertandingan kedua di mulai. Kali ini, antara Ilham dan si pria berhidung mancung. Ilham memasang ancang-ancang dan secara mengejutkan, pria berhidung mancung itu menyerang tanpa permisi terlebih dahulu dan membuat Ilham harus menghindar dengan cara berlari. Ilham mengajak pria itu berlari berputar-putar selayaknya Tom and Jerry.
Aelke, Dicky dan Rangga saling pandang. "Ilham ngapain, sih?" tanya Aelke.
"Gue juga bingung. Kan dia yang ngerencanain ide buat duel. Eh, dia malah main kucing tikus sama si mancung itu." jawab Dicky dengan wajah polos.
"Tolol. Ini strategi namanya." Rangga mengoreksi ucapan Dicky.
"Strategi apa?" tanya Dicky bingung.
"Ilham itu jago lari karena dulu, dia sering ngehindar hukuman guru SMA-nya dengan cara kabur. Ilham gunain kemampuannya itu buat bikin lawan kecapekan jadi, gampang di runtuhinnya." Jelas Rangga. Aelke dan Dicky saling pandang sebelum terkekeh.
Ternyata, yang diucapkan Rangga benar. Setelah mengajak si mancung berlari beberapa putaran, Ilham menghentikan langkahnya. Begitupula dengan pria mancung itu. Pria mancung itu berusaha mengatur nafas dengan cara membungkukkan tubuhnya. Saat itulah Ilham mulai beraksi. Ilham melakukan gerakan yang sama dengan Dicky. Tendangan sabit. Bedanya, jika Dicky mengenai kaki si jangkung, Ilham mengenai kepala si mancung.
Si mancung itu jatuh begitu saja mengeluarkan darah dari lubang hidungnya. Ilham dengan wajah yang dibuat sok imut, menutup mulutnya sambil berkata, "ups. Sakit, ya? Maaf, deh. Yang penting, gue menang." Setelah itu, Ilham berjalan menghampiri teman-temannya.
Pertandingan terakhir pun dimulai. Kali ini, Rangga berhadapan langsung dengan Ray. Ya, Ray turun tangan langsung. Pria itu melepaskan jaketnya sehingga dia hanya mengenakan kaus.
Rangga mulai memasang ancang-ancang memukul Ray namun, Ray menghindar dengan cekatannya. Rangga tak kunjung menyerah. Ray akhirnya terkena pukulan Rangga saat dia mulai lelah menghindar. Ray tidak jatuh dan darah segar mengalir dari mulutnya.
Rangga mulai mendekati Ray dan menendang perut pria itu hingga darah yang mengalir dari mulut Ray semakin banyak. Terakhir, Rangga memukul punggung Ray sebelum akhirnya pria itu jatuh. Teman-teman Ray segera menghampiri Ray dan Rangga tersenyum puas.
Rangga membalikkan tubuhnya hendak berjalan menghampiri teman-temannya yang bersorak senang menyambutnya. Baru sekitar lima langkah, langkah Rangga terhenti bersamaan dengan bunyi sebuah tembakan yang memekikkan telinga.
DOR!
Aelke, Ilham dan Dicky tercekat mendengar suara itu. Tak lama kemudian, mereka bertiga melihat sendiri tubuh Rangga yang ambruk ke atas tanah begitu saja.
Nafas Aelke menggebu-gebu. Ilham dan Dicky berlari kesetanan menghampiri sahabat mereka itu yang sudah tumbang. Aelke terdiam dan menatap lurus ke depan. Tepat ke seseorang yang menembak Rangga itu berdiri.
Orang itu tidak begitu terlihat akibat tudung dan kegelapan malam. Orang itu berdiri tegap dengan pistol yang masih berada di tangannya. Orang itu terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya seseorang lainnya mendekati orang itu. Kali ini, yang berada di samping orang yang menembak Rangga itu adalah seorang gadis. Ya, sangat terlihat dari rambut panjangnya yang dia biarkan tergerai lurus.
Gadis itu berjalan ke tempat di mana cahaya bisa mengenai tubuhnya sehingga Aelke bisa melihat jelas siapa orang itu dan bagaimana rupanya. Aelke berpikir keras. Dia tidak asing dengan orang itu. Gadis itu seperti...
Belum sempat Aelke fokus berusaha mengenali gadis itu, Ilham sudah berhambur dengan penuh amarah ke arah pria yang menembak Rangga. Tangan Ilham tampak terkena banyak darah yang masih segar. Darah Rangga.
Ilham hendak menerjang pria yang menembak Rangga itu namun, kelima pria bayaran bangkit dan seakan membentuk tameng untuk melindungi pria itu. Ilham memukuli mereka satu per satu dan hendak menerobos namun, kekuatan Ilham tentu saja tidak cukup. Ilham hanya sendiri. Mereka berlima.
Aelke menangis. Menangis melihat Ilham yang bersikeras ingin membunuh pria yang sudah membunuh sahabatnya itu. Ilham bahkan sudah dipukuli berkali-kali tapi, dia masih mencoba bangkit untuk membunuh pria itu. Sedangkan Dicky, Dicky menangisi tubuh Rangga yang sudah mulai kaku tanpa nyawa.
"Rafael, Morgan.." lirih Aelke memanggil kedua guardian angelnya itu yang tidak kunjung datang.
Kesal akan Ilham yang masih terus melawan mereka, Ray akhirnya bertindak. Pria itu berjalan ke luar dari barisan. Dia meraih sebuah balok besar dan memukul punggung Ilham dengan balok itu sehingga Ilham mulai melemas dan jatuh menyentuh tanah.
Aelke menjerit sebelum berlari ke arah Ilham. Baru sebentar berlari, Aelke bisa merasakan balok besar itu juga mengenai punggungnya dan membuat semuanya menjadi gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guard
FanfictionAelke selalu butuh pelindung dan Morgan datang sebagai pelindungnya.