NAUGHTY BOY - Part 15

374 32 10
                                    

Takaki mengetuk pintu kamar mandi. Daiki segera bergegas. Ia membuka pintu kamar mandinya, dan melihat Yuya menatapnya cengo.

" Ada apa ? "

" Enggak... Daiki udah besar ya... " Takaki mengusap rambut Daiki yang setengah kering itu.

" Yuyan... "

" Tidak apa-apa, semenjak Yuya sibuk kerja. Yuya jadi gak sempat nyiapin baju Daiki lagi, jadi hari ini Yuya yang siapin. "

" Yuyan... Daiki sudah besar. Jangan perlakukan Daiki seperti ini lagi. " Daiki cemberut ia segera berganti baju.

' Katanya udah besar, tapi tetep aja ganti baju didepanku... '  batin Yuya.

" Daiki kalau mau ganti baju dikamar dong atau di kamar mandi. "

" Kenapa ? "

Yuya mendengus, ia lalu menjelaskan...

" Ya kalau udah besar harus punya malu. "

" Kan tidak ada siapa-siapa, cuma Yuyan aja disini. " elak Daiki.

Takaki langsung mengunci rapat mulutnya.

---------------

Tak lama kemudian, Takaki yang mengantar Daiki kesekolahnya telah sampai. Daiki turun dari mobil Yuya. Diluar sana sudah ada Yamada dan Yuri yang menunggu Daiki di gerbang sekolah. Daiki menghampiri mereka. Sekiranya dirasa cukup, Takaki segera pergi kekantornya lagi.

" Yang tadi itu siapa ? " tanya Yuri.

" Dia kakakmu ? " lanjutnya.

" Bukan, ayo masuk. " Daiki berjalan duluan. Pikirannya kacau tentang semalam, sebenarnya ia ingin cerita pada kedua temannya, tapi itu terlalu memalukan untuk dilakukan.

Pelajaran dimulai, Daiki fokus dengan pelajarannya. Begitu juga yang lain, karena pelajaran kali ini sang pengajar memang terkenal killer. 


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kantin sekolah, 

Yuri, Yamada dan Daiki berada dikantin sekolah usai pelajaran. Yamada memandangi Daiki yang sedikit aneh belakangan ini. Daiki sedikit berbeda, lebih sering melamun dan tidak perduli dengan sekitarnya termasuk kedua temannya ini.

" Daiki, akhir-akhir ini kamu aneh ? "

Daiki langsung menoleh kearah Yamada, Daiki menggeleng. Yuri menambahkan,

" Ya, kau seperti orang yang sedang jatuh cinta. "

" Urusee, ano... sebenarnya, mengenai itu... " Daiki ragu bercerita mengenai kejadian malam itu.

Yamada dan Yuri saling pandang, Daiki memantapkan niatnya untuk bercerita.

" Aku dan Yuya... kami tinggal berdua. "

" Eh ? "

" Benar, hanya berdua. Dan aku rasa Yuya memperlakukanku lebih dari sesorang yang sangat berarti baginya. "

Yuri menghentikan obrolan, ia lalu memotong.

" Kau yakin ? Lalu orang tuamu ? "

" Aku tidak ingat... mereka... " Daiki mencoba mengingat.


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tumpukan kertas menggunung, kali ini sang Direktur perusahaan memberikan Yuya wewenang untuk mengurus perusahaan. Yuya adalah orang kepercayaan, maka dari itu sang Direktur sangat mempercayai Yuya untuk mengurus pekerjaannya.

Tak disangka, secara dadakan orang tua Yuya datang secara mengejutkan. Hikaru, memberitahukan kedatangan mereka kepada Yuya. Tanpa pikir panjang Yuya menutup laptopnya. Ia sedikit mendengus kesal, apalagi yang akan dibahas orang tuanya setelah terakhir kalinya menjodohkan Yuya dengan Ghea beberapa tahun lalu. Yuya pergi menemui keluarganya, Hikaru mempersilahkan masuk.

" Yuya, apakabar sayang ? " tanya sang mama padanya.

" Baik ma... papa... ada apa kalian kemari ? "

Pembicaraan mulai serius, tentu saja mengenai keinginan orang tua Yuya yang ingin anak laki-lakinya segera menikah. Takaki hanya bisa diam, keinginan kedua kalinya orang tuanya menjodohkan dengan pilihan mereka. 

" Ma... gak semudah itu, Yuya sudah pernah bilangkan untuk fokus mengurus Daiki ! "

" Anak itu lagi ! Kenapa Yuya, dipikiran kamu itu hanya Daiki dan Daiki ? "

Mamanya mulai kesal dengan alasan Yuya yang sedari dulu sama, dan tak memikirkan diri sendiri.

" Yuya gak akan nikah dengan siapapun. " gumam Yuya.



DEG


Daiki mendengar semuanya, ia terkejut dengan pembicaraan orang tua Yuya. Daiki juga tak mengerti dengan apa yang terjadi selama ingatannya belum kembali.

" Seharusnya aku tidak pulang hanya karena kepalaku sakit. Jika begini, kepalaku akan bertambah sakit mendengar mereka. " Daiki meneteskan airmatanya. Ia berbalik badan dan berlari keluar dari kantor Yuya.

Hikaru mencoba mencegah Daiki,

" Tuan muda, mau kemana ? "

" Lepas !! " Daiki berlari setelah berhasil menghempaskan tangan Hikaru.


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Hikaru segera melapor pada Yuya, wajah Yuya berubah khawatir seketika. Bahkan orang tuanya saja dihiraukan, Yuya segera pergi dengan mobilnya mencari Daiki.

' Daiki pasti salah paham, aku harus bicara dengannya. '


Beralih pada Daiki yang berjalan tanpa arah, menahan sakit dikepalanya. ia tidak tahu harus kemana. Seandainya ia bisa mengingat sedikit saja tentang dirinya dan Yuya pasti tidak akan sesulit ini.

" Sa-kit... " Daiki menjambak rambutnya.

' Sesakit inikah mendengar Yuyan akan dijodohkan ? Rasanya aku seperti benalu yang merepotkan saja. '

" Ittai... "

Karena rasa pusing dikepalanya yang berlarut-larut dan semakin mencekam, Daiki tak sadarkan diri hingga dirinya tersrempet mobil.

BRUGH

Daiki tak sadarkan diri ditepi jalan yang teramat sepi, seseorang datang keluar dari mobilnya. Ia membawa Daiki kemobilnya.


Hingga tiba disebuah rumah megah, balutan perban berwarna putih menghias dikepala bocah yang masih tak sadarkan diri. Sang pemilik rumah tersenyum lega, melihat sebuah kalung yang ia pasangkan pada bocah bernama Daiki itu.

" Daiki... dia sudah besar. " gumamnya.

" Benar nyonya, anak itu kini sudah tumbuh besar. Tidak sia-sia mencarinya selama ini. Wajahnya tidak berubah sedari bayi. "

" Benar, Daiki... adalah sumber kekayaan kita. "

Wanita itu tersenyum sempurna, dengan licik ia telah merancanakan rencana besar dikepalanya.


To be continue

NAUGHTY BOY (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang