NAUGHTY BOY - Part 29

256 15 7
                                    

Daiki sangat sibuk, tapi bukan sibuk belajar. Ia sibuk browsing beberapa film dewasa. Tak terasa menjelang sore, hingga seseorang mengetuk pintu. Yuya sudah diluar menunggu Daiki membukakan pintu.

"Yuya!!" Serunya senang, Daiki memang sedikit berbeda semenjak hilang. Dia suka dimanja, diperhatikan dan tidak mau ditinggal lama.

Suara pintu terbuka, Daiki berhamburan memeluk Yuya erat, masih dengan baju yang sama.

"Daiki, belum mandi?"

Sosok itu menggeleng, ia hanya tersenyum riang. Menyambut bibir Yuya dengan kecupan kecil.

"Okaeri..." Tawanya.

"Daiki, ayo mandi." Tanpa basa-basi, Yuya menggendong dengan gaya Bridal Style ala princess di TV. Daiki yang sosoknya berbadan kecil dan pendek ini dengan mudah Yuya angkat tanpa mengeluarkan tenaga banyak walau ia lelah setelah bekerja.

"Yuyaa... Kau mau apa? Mau apa?!" Rontanya.

"Tentu memandikanku bocah! Ya ampun, apa yang kau tonton!!" Amarah Yuya memuncak saat melihat tablet dengan suara mendesah disana. Yuya mengambil dan melihatnya, menatap Daiki yang hanya bisa cengar-cengir tanpa berdosa.

"Daiki! Tidak boleh menontonnya lagi!"

"Kalau begitu, lakukan padaku. Aku janji tidak akan menontonnya lagi."

Wajah Yuya padam seketika, entah marah atau malu. Apa yang dipikirkan Daiki sampai bisa berkata seperti itu.

"Ayo Yuya lakukan itu padaku! Kau bilang kau menyayangiku... Cepat lakukan itu padaku!!" rengek Daiki yang seakan candu dengan masalalunya.

Tak menggubris, Yuya membawa Daiki kekamar mandi. Alih-alih ia berusaha menahan nafsunya pada bocah yang dulu ia pungut. Yuya tahu, usia Daiki memang memasukin masa pubertas. Apalagi soal masalalu yang kelam. Tapi, Yuya tidak mau merusak Daiki, ia akan melindungi Daiki walau dunia menentangnya.

"Diam, saatnya mandi."

Seusai menelanjangi bocah itu, Yuya tak bergeming. Tubuh anak ini memang indah. Tapi rasa bersalahnya, belum sanggup jika untuk melakukan hubungan itu pada Daiki. Yuya menggeleng pelan. Ia menyalakan shower air hangat.

"Daiki..."

Yang dipanggil hanya tersenyum, ia masih menggoda Yuya.

"Melakukan dikamar mandi juga ide yang bagus hehe."

"Memandikanmu dan membersihkanmu sudah cukup bagus!" Yuya mengguyur tubuh Daiki, seketika Daiki menjerit layaknya anak kecil.

"Aaaa Yuyaaa...lakukan lakukan itu padaku.."

Jam menunjukan pukul 5 sore, Yuya membereskan kekacauan ulah Daiki. Yuya tidak akan pernah bisa marah karena ia sangat menyayangi Daiki. Walau hampir ruangannya seperti kapal pecah.

"Daiki, kau tidak belajar?"

"Aku sudah pintar."

Lagi-lagi, Yuya hanya bisa berhenti berkata dengan jawaban Daiki. Sepertinya ia harus mulai membeli buku cara mendidik anak laki-laki agar menjadi anak yang baik.

Daiki masih mengawasi Yuya yang sibuk dengan kain pelnya. Daiki terkekeh, ia sepertinya sangat senang melihat Yuya seperti ini.

"Apa yang kau tertawakan? Tidak ada yang lucu disini."

"Yuya, kapan-kapan ajak aku ke bar juga." Celutuk Daiki, sontak membuat Yuya menoleh padanya.

"Daiki, tidak boleh. Kau masih di bawah umur."

"Memangnya kenapa? Banyak kok yang masih dibawah umur, bahkan temanku juga bekerja disana. Kita hanya berkunjung, bermain setidaknya menenangkan pikiran."

"Yuya bilang tidak ya tidak."

"Walau denganmu?" Daiki masih bernegosiasi.

"Hmm..."

Daiki melempar majalahnya. Ia kesal, karena tidak dituruti. Memang kemauannya ini sedikit berbahaya, apalagi jika Yuya tidak bisa menahan hasratnya. Daiki masuk ke kamarnya, membanting pintu. Yuya hanya bisa menggeleng kepala, jujur semakin Daiki tubuh menjadi remaja, mental dan hati Yuya diuji. Ia mungkin perlu ke psikolog anak.

"Aku harus mendidiknya seperti apa..." Yuya berdengus.

To be continued...

Maaf ya readers... Hari ini baru bisa update sedikit, jangan lupa coment, vote, share dan masukkan ke perpustakaan kamu jika menyukai ceritanya 😊😉

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAUGHTY BOY (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang