Aku relakan dia pergi,
Andai lidahku berdusta,
Tidak jujur dalam berbicara,
sekadar hiasan di pinggir bibir,
kelihatan manis tetapi hempedu.
Tidak aku tidak berjenaka,
jauh sekali aku tersasul,
dari apa yang dikata hatiku,
inilah rasa yang sebenarnya,
sudah berkali aku ungkapkan.
Seperti mana bicara hati,
Itulah yang terpahat pada bicara,
Sungguh aku terpesona,
Pada ukiran senyumannya,
Yang berbekas pada jiwaku.
Dekat tapi jauh,
larianku tidak sampai,
untuk menyentuh hatinya,
apatah lagi memegang jiwanya,
mungkin cukup setakat senyuman.
**Jika tidak mampu memiliki hatinya, maka cukuplah sekadar melihat dia tersenyum.
YOU ARE READING
Sang Pencipta Mimpi
PoésieUsah takut untuk bermimpi, Kerna kita semua adalah Sang Pencipta Mimpi, Tapi jangan lupa untuk bangun, Kerana kita perlu meraihnya, Menukar kepada realiti, Biar tidak seindah dunia imaginasi.