TD 01

2K 221 107
                                    


Rembulan bertahta di singgasana bersama dengan para bintang. Sayang, keindahannya tak digubris oleh makhluk yang berteduh di bawah langit. Bahkan kemilau para bintang tak lebih indah dari lampu kota dan gedung pencakar langit. Para penghuninya justru berjalan terburu-buru namun tetap terlihat rapi tanpa seorang pun yang mengaturnya. Ya, seperti itulah Tokyo.

Di jalan raya kota ini, terlihat didominasi mobil-mobil berwarna hitam berjalan dengan kecepatan normal. Pemandangan biasa ini berubah, ketika sebuah mobil Hyundai merah modifikasi membelah jalanan dengan cepat. Benar-benar mencolok mata. Tak perlu diragukan lagi bahwa seorang Kim Namjoon berada di balik kemudi. Suasana hati namja (laki-laki) itu tampak sangat baik, kurvanya melengkung manis hingga mencetak sepasang lesung di pipi. Ia merasa ... BEBAS!

Mobil merah itu berbelok memasuki sebuah gang sembari memperlambat lajunya. Tampak dari kejauhan seorang namja bersurai coklat berdiri di depan sebuah bengkel.

Namjoon menghentikan mobilnya.

"Hyung!" pekik namja bersurai coklat itu.

"What's up, Jim?" sapa Namjoon. "Aku membawa hadiah untukmu."

"Hadiah?" tanya Jimin penasaran. Namjoon mengerling pada mobil di belakangnya dan mengulas senyum.

"Hyundai?! Woah. Cool!" Jimin menghambur menuju mobil 'hadiah'-nya dan langsung duduk di belakang setir. Ia memainkan setir mobil itu layaknya anak kecil yang mendapat mobil-mobilan baru. Namjoon menjulurkan kepalanya untuk melihat respon Jimin atas mobil itu.

"Piston tempa, turbo besar, piston rod baru, karter baru. Kau pasti menyukainya," ujar Namjoon.

"Ini luar biasa, Hyung."

"Aku akan tinggal di Tokyo untuk beberapa lama!" tegas Namjoon tiba-tiba.

"Benarkah? Memang ada apa dengan Amerika? Bukankah di sana menyenangkan?" tanya Jimin.

Namjoon tersenyum hangat, "Tidak apa-apa. Amerika memang menyenangkan, tapi aku tidak memiliki teman sepertimu di sana."

Jimin tertawa. "Ah, Hyung, jangan menggodaku! Kau pasti punya alasan lain ke sini," tebak Jimin.

"Aku ke sini karena memerlukan bantuanmu."

"Aku?!"

Namjoon tersenyum lebar. "Karena kau adalah mekanik terhebat?"

Jimin terdiam, memikirkan kata-kata Namjoon tersebut sembari melihat raut wajah Namjoon yang tidak main-main dengan perkataannya.

Tak lama kemudian, setelah perbincang Namjoon dan Jimin mengenai berbagai hal seputar mobil dan liburan Namjoon di Amerika, mereka dikejutkan oleh suara truk yang mendekat pada bibir bengkel.

Jimin langsung beranjak dari dalam mobil dan mengamati truk terbuka yang membawa sebuah mobil ditutup kain sebagai muatannya. Namjoon yang berada di samping Jimin mengeluarkan kunci mobilnya dan memamerkannya di muka Jimin.

"Hyundai itu tak sepenuhnya gratis. Mobilku akan menjadi milikmu───

Namjoon menarik kain penutup.

───setelah kau membantuku memperbaiki yang lain."

TING~

Kunci mobil Hyundai merah akhirnya berpindah tangan. Tentu senyum sumringah terpapang di wajah Jimin. Mobil yang diinginkan, kini resmi menjadi miliknya──setelah membantu Namjoon untuk memperbaiki sebuah mobil silver asal Amerika.

Setelah seminggu berkutat di depan komputer dan berbagai macam mesin. Mobil silver rancangan Carroll Shelby telah tampil layaknya mobil baru siap menuju medan balap. Jimin tentu menambahkan sedikit sentuhan tangannya pada mobil itu untuk menambah performa──sesuai dengan keinginan Namjoon.

"Munstang ini terlihat hebat!" kata Jimin senang.

"Lebih dari itu, ini luar biasa," tanggap Namjoon.

"Haha, aku tak sabar ingin melihat mobil ini melintasi Tokyo. Orang-orang pasti iri melihat mobil ini, Hyung!"

"Ada-ada saja."

"Hyung, sebenarnya ... dari mana kau mendapatkan mobil ini?" tanya Jimin sambil menatap mobil silver yang ada di hadapan mereka berdua.

"Pamanku dan Carroll Shelby sangat dekat."

Jimin mengangguk tanda mengerti. Ia tampak mengagumi mobil silver itu.

"Hyung ... kau akan balapan lagi dengan mobil ini?" tanya Jimin kemudian menoleh pada Namjoon begitu dalam.

Namjoon mengelengkan kepala pelan dan membuat Jimin mengerutkan keningnya.

"Aku akan menjualnya."

Air hangat terpancar dari shower dan membasahi tubuh pria ini. Ia menutup kedua matanya, menikmati air yang mengalir di tubuhnya. Air itu bak melepas kepenatan setelah melewati satu hari di Jepang.

Setelah Namjoon selesai ia membalut tubuhnya dengan handuk. Aktivitas seharian bersama Jimin di bengkel cukup membuatnya lelah. Namun, ia dapat bernafas lega, karena usahanya bersama Jimin telah usai.

Ting tong~

"Tunggu sebentar," seru Namjoon setelah mendengar bel apartmentnya berbunyi. Segera ia berpakaian kemudian menyambangi pintu.

"Namjoon ...."

Suara lirih dari seorang gadis menyambut pendengaran Namjoon sesaat setelah membuka pintu. Gadis itu terlihat kacau, kepalanya tertunduk dalam-dalam, rambutnya pun berantakan.

Namjoon segera memapah tubuh sang gadis, takut-takut ia sudah tak memiliki cukup daya untuk berjalan. Namjoon mendudukan gadis itu pada tepi tempat tidur. Tubuh sang gadis bergetar, sontak Namjoon melepas sweater hitam yang ia kenakan kemudian membantu sang gadis memakai sweaternya.

"Kau akan baik-baik saja."

Namjoon mengosok-gosok telapak tangannya pada lengan sang gadis supaya ia merasa hangat.

"Kau bisa tidur di sini," saran Namjoon. "Aku akan tidur di sofa," imbuhnya kemudian melangkah pergi.

"Namjoon-ah, temani aku."

Namjoon mengubah arah, ia kembali menuju tempat tidur. Ia dapat melihat linangan air mata di pipi sang gadis. Segera Namjoon merebahkan diri di tempat tidur──tepat di samping sang gadis. Gadis itu langsung merebahkan diri pula. Namjoon menatap lekuk wajah sang gadis lekat-lekat lantas menghapus air mata di pipi gadis itu dengan jemarinya.

"Lepaskan aku dari belenggu ini," sedu gadis itu.

Iba dengan keadaan yang meliputi sang gadis. Namjoon merengkuh tubuh mungil itu, membiarkan sang gadis terisak dalam pelukannya dan memberikan rasa aman melalui sentuhan tangan di punggung gadis itu.

-TBC-


Tokyo Drift [BTS Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang