TD 03

807 136 121
                                    

Jimin melotot, tentu ia terkejut dengan kedatangan Genji yang tiba-tiba. Segera ia meraih tangan Namjoon dan berusaha menariknya untuk pergi dari tempat itu. Jimin gagal, Namjoon tak mau berbergerak selangkah pun dari tempatnya berdiri.

"Come one, Hyung!" ajak Jimin dengan suara yang sedikit bergetar.

Namjoon diam. Kedua bola matanya menatap Genji begitu tajam. Hatinya terbakar, darahnya berdesir naik ke ubun-ubun hingga memacu jantungnya bekerja lebih keras. Rahangnya pun mengeras. Ia menahan amarah dengan kepalan tangan sekeras batu.

"Sorry, DK-san. Kita baru saja akan pergi," ujar Jimin sambil menatap Genji.

Genji menatap bosan ke arah Jimin. Jelas, ia memandang remeh lelaki yang takut padanya itu.

"Pergilah." Suara Tiara terdengar begitu lemah.

Jimin menarik Namjoon lebih keras dan berhasil membuat Namjoon mundur beberapa langkah. Tapi, Namjoon masih menatap Genji dengan tajam.

"Hyung, dia Yakuza. Kau tahu Yakuza?! Mafia!" bisik Jimin di daun telinga kanan Namjoon.

Tungkai Namjoon melemah, ia kembali melangkah mundur sesuai dengan tarikan Jimin. Genji membawa Tiara yang berada dalam pelukannya membalik arah dan melangkah pergi.

BUGH

Tendangan keras tanpa terduga mengenai punggung Genji. Jantungnya hampir saja mencelos karena terkejut. Tiara yang berada pelukannya pun terpental. Dengan cepat, Genji membalikkan badan untuk melihat si penendang.

BUGH

Kepalan tangan keras mengenai pipi kanan Genji. Senyum miring terpasang di wajah Namjoon, tak puas dengan tinjuan pertamanya ia langsung mengincar kembali wajah sang lawan namun────

TAP

────kepalan tangannya ditangkap oleh Genji. Genji menahan tangan Namjoon begitu kuat. Ia menaikkan sebelah alis saat Namjoon menatap tak percaya bahwa tinjuannya dpat di tahan.

Teman-teman Genji yang lain tampak geram, mereka melangkah mendekati mereka berdua. Namun, langkah mereka terhenti saat melihat kepalan tangan kiri Genji mengudara. Genji sepertinya tak ingin melibatkan gerombolannya dan menghabisi Namjoon dengan mudah.

Seorang Park Jimin yang tahu benar siapa Genji tentu hanya mampu menelan saliva kasar. Ia tak habis pikir Namjoon nekat menendang dan meninju Genji di daerah kekuasaannya. Jimin yang kalang kabut, memutuskan untuk bergerak cepat menarik Tiara dan membawanya masuk ke dalam mobil silver.

"HYUNG!"

Tanpa basa basi kaki Namjoon menendang perut lawan hingga terpental jauh ke belakang. Buru-buru Namjoon berlari dan masuk ke dalam mobil silver kemudian tancap gas untuk meninggalkan tempat itu.

"KEJAR!" titah Genji sambil memegangi perutnya.

Mobil silver dan merah itu melenggang ke jalanan kemudian diikuti dengan cepat oleh mobil lainnya. Tiara yang ada di samping Namjoon nampak menegang, ia meremas sabuk pengamannya keras-keras.

"Tenang," ucap Namjoon sambil menyentuh telapak tangan Tiara sejenak kemudian berfokus kembali pada setir mobilnya.

Adu kecepatan dimulai, kerusuhan di jalanan tak terhindarkan. Beberapa mobil sampai keluar jalur untuk menghindari mobil-mobil modifikasi yang saling kejar.

Namjoon memimpin posisi diikuti oleh Jimin dengan mobil merahnya. Jimin dengan pintar menutup jalan mobil lawan supaya kehilangan jejak mobil yang dikendarai Namjoon.

Setelah berhasil kabur dari mobil lainnya, segera Namjoon memasuki gerbang tol. Tiara kini bernafas lega, ia menatap wajah Namjoon dengan teduh. Laju mobil yang dikemudikan Namjoon mulai melambat, ia menyadari tatapan Tiara padanya.

"Kau bisa membuktikan kecepatannya sekarang," kata Tiara pelan.

Namjoon tersenyum lebar, kemudian menatap Tiara sejenak dan menancap gas. Lajunya semakin tinggi tiap detik. Desiran darah mereka berdua seolah mengikuti desiran angin malam yang dibelah oleh mobil silver tersebut.

Namjoon benar-benar ingin menujukkan kecepatan Mustang yang ia kendarai. Matanya terfokus pada jalan tol yang sepi hingga tiba-tiba Namjoon melotot, ia mendapati polisi yang patroli di jalan tol.

"Shit, police," umpat Namjoon setelah melewati polisi tersebut sembari memperlambat kecepatan. Namjoon khawatir bahwa ia berkendara di atas kecepatan yang ditentukan.

Tiara yang melihat ekspresi kebingungan Namjoon, hanya dapat terkekeh geli.

"Tak perlu khawatir, hahah." Tiara terkekeh lagi. "Mereka hanya akan menangkap mobil dengan kecepatan di luar standar pabrik," imbuhnya sembari menyentuh lengan Namjoon.

"Really?!" Namjoon berkutat sejenak pada isi otak. "You know what?───

Namjoon menyeringai.

───Kurasa aku mulai suka tempat ini."

'Hanya menangkap mobil dengan kecepatan di luar standar pabrik'. Yap, mobil seperti ini tentu dirancang dengan kecepatan tinggi, lantas apalagi yang perlu dikhawatirkan Namjoon. Jalan tol ini bisa saja menjadi area balapnya.


Cahaya rembulan yang menghujani jalanan menambah atmosfer hangat diantara Namjoon dan Tiara. Meski mereka tak saling tatap, namun hati mereka seperti baru saja bertemu setelah sekian lama.

"Kita akan kemana?" tanya Tiara pelan.

Drrret~

Handphone Namjoon bergetar, dengan cepat ia mengangkat telfon dan mengabaikan pertanyaan Tiara.

"HYUNG!" seru seseorang di seberang sana. "SAVE ME!"

Reflek Namjoon menoleh ke belakang, ia baru menyadari mobil merah tak mengikutinya.

"JIM, DI MANA KAU?!"

Tiara menjadi gemetar dengan suara Namjoon yang meninggi.

"..."

Tut~

Telfon terputus.

"Kita harus ke bengkel."

-TBC-

Tokyo Drift [BTS Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang