TD 12

211 39 59
                                    

Waktu yang sama (chapter 11). Sirkuit latihan.

Matahari sudah tidak lagi di puncak tahtanya. Ia hendak kembali ke peraduan dengan memancarkan cahaya kemerahan dari arah barat. Ini bukan sore yang tenang melainkan sore yang melelahkan untuk Namjoon.

Mobil Honda berwarna hijau sedari tadi berputar-putar di sirkuit. Tekanan gas kuat dan rem sudah terdengar sejak dua jam yang lalu. Deru mesin mobil Honda itu sedikit tidak mengenakan untuk didengar karena mobil tersebut tampak tak begitu mulus dalam aksinya.

Brak!

Entah sudah berapa kali badan mobil ini membentur pembatas besi. Namun Namjoon sepertinya belum menyerah. Meski ia terlihat sedikit kesal ia tetap melanjutkan sesi latihannya.

"Hyung, rem tangan!" teriak Jimin dari kejauhan untuk memberi saran pada Namjoon.

Namjoon kembali memutar setirnya. Ia kembali dari awal. Genggaman tangannya pada setir begitu kuat. Sorot matanya pun sekali lagi terfokus pada jalur balap.

Begitu sudah mengumpulkan konsentrasinya, Namjoon menginjak pedal gas. Ia melewati tikungan pertama dengan baik lalu bertemu lagi dengan tikungan tajam berikutnya.

Brak!

Mobil Honda itu membentur pembatas lagi. Kali ini, Namjoon sulit mengendalikan laju mobilnya. Mobil itu berputar-putar tak terkendali. Hingga akhirnya berhenti di tengah sirkuit.

"Sialan!" umpat Namjoon yang merasa gagal.

Namjoon yang berada di balik kemudi memukul-mukul setir dengan kasar. Sedangkan Jimin, ia menggeleng kepala dan mendengus kasar untuk kesekian kalinya dari kejauhan.

Percobaan berikutnya.

Berikutnya.

Sekali lagi.

Sekali lagi.

Lagi.

Lagi.

Dan lagi.

Jimin menghela napas panjang. Ia melakukannya bukan karena kecewa pada kegagalan Namjoon, melainkan perasaan lega melihat Namjoon setidaknya tidak mengalami kecelakaan yang fatal setelah berkali-kali mengalami benturan.

Jimin kemudian berlari menghampiri Namjoon yang akhirnya menghentikan mobil di pinggir sirkuit. Ia menjulurkan kepala pada jendela mobil tak berkaca itu begitu tiba.

"Hyung, kau baik-baik saja, kan? Istirahatlah dulu," ujar Jimin.

Namjoon hanya terdiam. Jimin dapat melihat rahang Namjoon yang mengeras. Sepertinya, Namjoon tengah merutuki diri sendiri dalam hati.

Aku tak mungkin bisa mengalahkan Genji dengan teknik seburuk ini!

Namjoon terduduk di sisi timur sirkuit ini. Ia memandangi mobil Honda berwarna hijau di depannya dengan lemah. Jimin menyodorkan sekaleng cola pada Namjoon. Namjoon segera menyambar cola itu, membuka, lalu meminumnya tak sabaran.

"Jim, sepertinya aku sudah payah untuk semua ini," ujar Namjoon sambil memandang jauh.

Jimin yang mendengar keluhan Namjoon lantas duduk di kursi sebelah pria itu.

"Aku tak bisa mengalahkan Genji dengan kemampuanku saat ini."

Sepertinya dia hampir putus asa.

Tokyo Drift [BTS Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang