2

62.8K 3.4K 39
                                    

Warning!! 21++

Bijaklah dalam membaca!!!

============

Theo menyesap teh hangatnya diam-diam. Pandangannya masih menyusuri deretan tulisan pada surat kabar yang di pegangnya.

Pagi ini cukup dingin, membuatnya mengancingkan jaket tinggi-tinggi, memesan minuman hangat agar tidak membekukannya.

Dering smartphone nya mengusik acara membacanya.
Dengan malas ia menarik smartphone dari sakunya dan menempelkan ke telinganya.

"Hallo?"

"...."

"Kak Valen? Ada apa?"

"...."

"Oh...oke. Ya ya ya...aku akan datang. See you," Theo menghembuskan nafasnya keras-keras.

Kakaknya memberitahukan bahwa Vienno dan Keyra akan menikah. Jadi mau tidak mau, ia harus pulang ke tanah kelahirannya, meninggalkan kesenangannya di London meskipun untuk sementara.

Ditutupnya surat kabar yang membentang didepannya. Disesapnya kembali teh miliknya yang mulai mendingin hingga tak bersisa.

Diliriknya arloji di pergelangan tangannya. Ia tersenyum simpul. Dipandangnya sosok ramping yang berada di seberang jalan.

Sosok itu menyeberang sambil melambai ke arahnya.

"Morning, my Theo," gadis itu berjinjit mengecup bibir Theo.

"Morning Tess," lengan Theo melingkari pinggang gadis bernama Tessa itu dan membawa gadis itu masuk ke mobilnya.

"Bagaimana acara besok?" tanya Tessa merapikan rok merah pendeknya.

"Tentu saja aku akan hadir," angguk Theo.

"Aku ingin menjadi pasanganmu besok, Theo," bisiknya mendekatkan bibirnya ke telinga Theo, menggigit kecil hingga Theo mengerang.

"Ini bukan saat yang baik, Tessa sayang. Tunggulah sebentar," sebelah tangan Theo terjulur menyentuh paha Tessa dan meremasnya pelan.

"Aku sudah tidak tahan, Theo," desahnya menggenggam tangan Theo yang semula di pahanya, dibawanya menyusup masuk ke balik rok-nya.

"Ini masih terlalu pagi, Tess," Theo menarik tangannya dan mengembalikan konsentrasinya pada jalanan didepannya.

"Theo," rajuk Tessa merengut membuat Theo terkekeh, mengabaikan gadis disebelahnya.

Mereka sampai di kantor Theo. Dengan beriringan, keduanya menuju ke lantai 20, tempat ruangan Theo berada.

Theo masuk ke ruang kerjanya. Tiba-tiba Tessa mendesak dan mendorong masuk, mengunci pintu ruangan itu dan segera menubruk tubuh Theo yang berbalik dan mengerutkan dahinya melihat keagresifan sekretarisnya.

"Tessa, apa-apaan ini?"

"Theo sayang, aku tidak tahan lagi. Aku menantikan saat ini sejak semalam," Tessa mencium bibir Theo membabi buta hingga Theo sedikit kewalahan menghadapi sikap gadis itu.

"Bagaimana kalau Felix tau perbuatanmu ini hmm?" tanya Theo melingkarkan lengannya ke pinggang Tessa.

"Dia tidak akan tau, Theo. Please, aku ingin kau di dalamku, Theo," Tessa memohon sambil terus menciumi wajah Theo.

"Aku tidak mau disalahkan oleh Felix kalau sampai dia tau," kata Theo sedikit menjauhkan wajahnya.

"Tidak! Ini mauku. Aku menginginkanmu, Theo!" Tessa mendesakkan tubuhnya ke tubuh Theo, berusaha melepaskan jas hitam Theo.

LOVE MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang