Mata Theo menyipit memandang kejauhan. Di hadapannya pemandangan gedung-gedung bertingkat menjulang menantang langit.
Sesekali ia menarik nafas, menghembuskannya perlahan. Ingatannya berlari pada malam di mana ia dan Eleana bersama. Ada rasa kosong dalam hatinya.
Awalnya ia mengira setelah ia berhasil menaklukkan dan menguasai gadis itu, ia akan merasa lebih baik. Tapi ternyata tidak. Ada sesuatu yang salah dalam dirinya.Flashback on.
Theo memandang mata indah Eleana dengan gugup. Ia ingin mengungkapkan isi hatinya pada gadis pujaannya. Tapi bibirnya terasa kelu mengingat percakapan yang di dengarnya dari gadis itu dan temannya.
Bukannya Theo tidak sadar diri, tapi apa salah jika ia mencintai Eleana? Gadis itu mengejek fisiknya, tapi saat berhadapan dengannya, Eleana seperti seekor kucing yang manis dan manja.
"Terimakasih sudah mengajakku kemari, Theo," senyum Eleana mengembang manis.
"Eh, iya Eleana. Apakah kau suka?" tanya Theo terbata. Kemarin ia memberanikan diri mengajak gadis itu dinner. Tentu saja di tempat yang tidak sembarang orang bisa kesana. Sebuah Resto mewah yang hanya diperuntukkan khusus bagi kalangan atas.
Siapa gadis yang bisa menolak ajakan dinner di tempat se-exclusive itu? Eleana bukanlah gadis bodoh, ia tau Theo adalah pewaris dari kekayaan Tuan Sandiko.
Gadis cantik itu mengangguk antusias. Senyumnya mengembang menambah kecantikannya, memukau Theo.
Mereka berdua menyelesaikan makan malam tanpa Theo berani mengungkapkan isi hatinya.
Keesokan harinya tersiar kabar di seantero kampus, Eleana, princess most wanted dinner bersama pangeran buruk rupa, pungguk merindukan bulan.
Theo hanya bisa menahan sakit hatinya. Terlebih lagi Eleana dengan senyum pongahnya menanggapi berita itu dengan sikapnya yang melecehkan.
Flashback off.
Theo melirik smartphone nya yang bergetar. Ada nama Eleana Dalton disana.
Hmm...ada apa lagi gadis itu menghubunginya?Dengan malas Theo menggeser layar smartphone nya.
"Ya Eleana?"
"Theo, bisakah nanti malam kita bertemu?"
"Ada apa, El?"
"Aku...aku merindukanmu," terdengar suara manja Eleana. Theo tersenyum sinis.
"Benarkah?"
"Benar, Theo. Bisa kan, sayang?"
"Tentu Eleana," jawab Theo akhirnya setelah beberapa saat terdiam.
"Baiklah. Sampai jumpa nanti," suara ceria Eleana menggelitik telinga Theo.
Theo menatap smartphone-nya yang sudah tidak tersambung dengan Eleana. Dulu, rasanya sulit sekali mendekati gadis itu. Sekarang tanpa diminta, gadis itu dengan sukarela dan senang hati menghubunginya, memintanya bertemu.
Mendadak Theo teringat Tania. Apa kabar tunangan nyinyirnya itu di Indonesia? Apakah Jonas masih berusaha mendekatinya? Dan Leon? Apakah mereka berdua benar-benar akan bersaing memperebutkan Tania?
Hati Theo merasa sedikit berdenyut nyeri. Perasaan apa ini? Bukankah ia tidak mencintai Tania? Kenapa ada perasaan tidak rela mengingat kedua kaki itu hendak mendekati Tania? Apa karena persahabatan mereka dulu? Tapi Tania tunangannya. Ia tidak boleh seenaknya menerima perasaan orang lain.
Theo menggeser layar ponsel cerdasnya dan mencari nomor seseorang, kemudian ia menunggu.
Dengan kesal Theo memasukkan smartphone ke saku nya. Tania mengabaikan panggilannya, dan ia tidak suka dengan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE MATE
RomanceCerita ini aku re-publish karena satu dan lain hal... Cerita yang mengandung adegan dewasa. Karena watty tidak lagi memberikan fasilitas private, sehingga siapapun bisa mengakses cerita ini. Aku hanya mengharapkan kedewasaan dan kebijakan anda dalam...