12

40.1K 3K 86
                                    

"Ehm, maaf aku mengganggu. Tapi, bisakah kau mengantarkan aku pulang terlebih dulu?" sebuah suara menyadarkan keduanya yang saling melepaskan diri dengan salah tingkah.

Wajah Theo merah padam. Sementara Eleana terengah-engah, berusaha menetralkan nafasnya. Ada senyum tipis terukir di sudut bibirnya.

"Tania? Ehm, ini bukan seperti yang kau kira," ujar Theo memucat. Entahlah, ia merasa ketenangan Tania sangat mengganggu hatinya.

Tania tersenyum datar, cenderung sinis. Lalu dengan anggun, ia berbalik dan berjalan menjauh, mempertontonkan punggung terbukanya.

Theo beranjak hendak menyusul langkah cepat Tania, tapi Eleana menahannya.

"Theo," panggil Eleana mencekal lengan Theo.

Theo menatap Eleana sejenak, lalu mengibaskan lengannya, melepaskan diri dari Eleana, berlari menyusul Tania.

Di depan lobby, dilihatnya Tania sedang berdiri. Tapi ia tidak sendiri. Ada seorang laki-laki yang sedang berbincang-bincang dengannya.
Theo mengernyitkan dahi menyadari bahwa ia mengenal laki-laki itu.

Theo mendekat.

"Aku bisa mengantarmu jika kau mau," Theo geram mendengar ucapan laki-laki itu.

"Eh...aku..."

"Aku yang akan mengantar sendiri tunanganku pulang," seru Theo memotong Tania yang akan menjawab sambil menarik pinggang gadis itu ke arahnya.

"Owh...maaf. Tapi sejak kapan kau serius dengan satu gadis, Theo?"

"Bukan urusanmu, Gabriel!" desis Theo tidak suka.

"Bisa kita pulang sekarang?" tanya Tania tidak sabar. Hatinya bercampur aduk tidak karuan. Ia asing dengan perasaannya. Ia tidak pernah seperti ini sebelumnya.

Mobil Theo sudah di depan lobby, ia segera membuka pintu depan dan membiarkan Tania masuk, lalu ia menyusul melalui pintu kemudi.
Lalu mobil itu melesat meninggalkan Gabriel yang berdecak menggelengkan kepalanya.

.

.

-----*-----

.

.

"Tan, dengar dulu penjelasanku!" seru Theo berusaha mengejar Tania yang berjalan cepat masuk ke dalam rumah dan setengah berlari menuju ke kamarnya.

"Aku tidak peduli, Theo!" jawab Tania nyaris berteriak.

"Kau marah! Aku tau itu!"

"Tidak! Untuk apa? Aku hanya ingin istirahat! Aku pusing!" kata Tania masih terus berjalan ke kamarnya. Huh, kenapa kamarnya terasa jauh sekali?

"Tania! Berhenti! Aku bilang berhenti!" hampir saja Theo berteriak menghentikan gerakan Tania.

Gadis itu sudah sampai di depan kamarnya. Ia berbalik, memandang Theo dengan tajam, menyembunyikan kesesakan dalam dadanya.

Theo berhenti tepat di depan Tania. Nafasnya terengah.

"Dengar dulu, Tan. Itu tadi bukan aku yang..."

Tania mengibaskan tangannya.

"Dengar Theo! Aku tidak peduli! Kau dengar? Lakukan apa yang kau mau lakukan sesukamu. Tapi sebelumnya, putuskan pertunangan kita! Kau tau prinsipku, aku sudah pernah mengatakannya padamu," desis Tania menahan kemarahannya.

"Tidak! Kita akan tetap bertunangan, Tania!"

"Ini kesempatan buat kita untuk lepas dari ikatan konyol yang bernama tunangan! Aku tidak sudi menghabiskan sisa umurku dengan orang yang tidak bisa menahan nafsunya!" ucapan Tania terdengar pelan, tapi menusuk tepat di ulu hati Theo.

LOVE MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang