26

38.9K 2.9K 184
                                    

Warning 21++
Ingat umur!!!

O ya, satu lagi.... Gak boleh ngecess... Hihihi....


--------


"Theo!"

Theo dan Tania menoleh ke arah suara.

Tania mengerutkan keningnya. Seorang laki-laki bertubuh tinggi menjulang di hadapannya dan Theo.

"Kau mengenalnya?" tanya Tania melihat wajah tegang Theo.

Theo mengangguk pelan.

"James."

"Apakah kau sudah mengambil keputusan? Aku harus ke London sebentar lagi," laki-laki itu melihat jam tangannya.

"Aku sedang breakfast dengan istriku. Kita bicarakan masalah ini di kantor saja," ucap Theo melirik Tania yang tersenyum dan mengangguk kecil ketika James melihatnya.

James sedikit membungkuk hormat, lalu mengalihkan pandangannya kembali pada Theo.

"Baiklah. Aku akan menunggumu di London. Kita bicarakan segera setelah kau kembali," ia mengangguk dan memberi salam perpisahan pada Tania, sedikit berbasa basi.

Theo menghembuskan nafas lega begitu sosok James menghilang dari pandangannya.

"Siapa dia?" tanya Tania sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Hanya rekan bisnis," sahut Theo malas.

"Sepertinya penting sekali," selidik Tania.

"Hmm... Tidak terlalu. Aku masih ingin menghabiskan waktu bersamamu sebelum kembali ke rutinitas, Tania," ujar Theo menggenggam jemari Tania dan meremasnya pelan.

Wajah Tania merona. Ia baru tau kalau efek jatuh cinta membuatnya seperti ini. Mudah merona malu, jantungnya bekerja lebih cepat, berbunga-bunga, dan bahagia.


-----*-----


Theo meraih jemari Tania, mengecupnya lembut, menatap lekat manik mata indah di hadapannya. Ingin rasanya ia menghentikan waktu dan terus menatap sorot lembut itu.

Setelah menikmati breakfast dengan sedikit gangguan, kini mereka sudah kembali ke kamar.

"Rasanya aku tidak ingin kembali ke London, Sweetheart. Aku ingin membawamu pergi jauh, dimana hanya ada kau dan aku," kata Theo dengan sorot yang sulit terbaca.

"Kau berubah, Theo. Apa ada masalah?"

"Kehilanganmu membuatku takut, Tania. Aku tidak mau jauh darimu lagi," Theo memeluk Tania. Hatinya kacau. Ia tidak ingin Tania pergi darinya, tapi permintaan James mengganggu pikirannya.

"Theo, aku punya sesuatu untukmu. Pejamkan matamu," pinta Tania tersenyum.

Theo mengernyitkan dahinya, lalu memejamkan matanya.

Tania melepaskan pelukan dan genggaman Theo.
Theo sontak membuka matanya.

"Kau mau kemana?" tanya Theo khawatir.

"Pejamkan mata, Theo."

"Kau mau kemana?" ulang Theo.

"Pejamkan mata saja," pinta Tania memaksa.

"Kau tidak akan meninggalkanku kan?"

Tania tersenyum menggeleng.
Theo menarik nafas lega lalu memejamkan matanya. Melepaskan genggamannya dari istrinya dengan was-was.

LOVE MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang