30

29K 2.4K 87
                                    

Tania berdiri menatap James yang tidak juga mau berdiri.

"Jangan seperti ini, James. Berdirilah," kata Tania gugup.

James menggeleng.

"Aku hanya meminta belas kasihan untuk adikku. Biarkan ia merasakan kebahagiaan di akhir hidupnya," bisik James lirih. Ia menangis sedih.

Tania terharu. Ia sendiri sejak kecil hidup dalam keluarga yang penuh cinta. Limpahan kasih sayang keluarganya begitu besar. Ia bisa merasakan bagaimana James sangat menyayangi adiknya.

"James, aku akan membicarakannya dengan suamiku. Tapi biarkan kami membahagiakan Eleana dengan cara kami, karena bagaimanapun juga, Theo itu suamiku," Tania meraih lengan James dan menariknya berdiri.

James menurut. Ia mengangguk menatap Tania dan tersenyum. Disekanya mata basahnya dan memandang penuh berterimakasih pada perempuan di depannya.

"Terimakasih... Terimakasih..." ucap James berulang-ulang.

-----*-----

Theo memandang istrinya dengan panik. Ucapan Tania membuatnya takut. Ia menyesali tindakan James yang lancang menemui istrinya.

"Tania, please. Kau tau aku sangat mencintaimu dan tidak bisa kehilanganmu. Abaikan saja permintaan James," Theo menggenggam erat jemari Tania.

"Tapi Eleana membutuhkanmu. Ia akan bahagia jika kau ada bersamanya di saat-saat terakhirnya," ujar Tania menunduk. Apakah ia akan baik-baik saja melihat suaminya menemani gadis lain?

"Dan kau sendiri?"

Tania mendongak. Suara Theo terdengar dingin. Ia menatap Theo dengan pandangan tak mengerti.

"Apakah kau akan meninggalkanku lagi? Atau memang selama ini kau bohong saat mengatakan bahwa kau juga mencintaiku?"

Perlahan Tania berdiri mendekati suaminya, memeluknya dengan lembut, menyandarkan kepalanya di dada bidang laki-laki itu.

"Aku tidak bohong. Aku mencintaimu teramat sangat. Tapi Eleana adalah cinta pertamamu. Gadis yang mampu merubahmu. Aku mengenal Theofillus Harungga sahabatku dulu. Ia tidak akan mudah terpengaruh. Tapi seorang Eleana mampu mempengaruhimu hingga membuat aku dan Keyra sempat merasa kehilangan sahabat kami. Itu artinya, ia punya tempat special di sini," ucap Tania mengetukkan telunjuknya ke dada Theo.

"Aku tetap tidak mau, Tania. Dengar, jangan harap kau bisa memaksaku jika pada akhirnya aku akan kehilanganmu. Dan jangan harap kau bisa pergi dari sisiku," Theo menarik pinggang Tania sedikit kasar hingga merapat ke tubuh kerasnya.
Tangannya menahan tengkuk istrinya, sementara ia mencium dan melumat bibir mungil wanitanya dengan rakus.

Tania memejamkan matanya. Dibalasnya ciuman Theo dan melingkari leher suaminya dengan kedua lengannya.

Suara decapan dari bibir mereka mengudara dalam hening kamar luas itu. Desahan Tania membangkitkan hasrat Theo. Digigitnya ringan bibir manis istrinya.

"I want you," suaranya serak menulari gairah Tania.

"So do I," gumam Tania mengeratkan pelukannya.

Theo menurunkan retsleting dress Tania, melepas semua penutup tubuh istrinya tanpa sisa. Lalu dengan mengecupi bahu dan leher Tania, ia melepaskan pakaiannya sendiri. Diangkatnya tubuh mungil itu dan dibaringkannya dengan hati-hati di tengah ranjang besar.

Theo menyusurkan jemarinya di sekujur tubuh istrinya.

"Jangan pernah berpikir sedikitpun aku mau menuruti permintaan gila mereka, Sweetheart," Theo menunduk mengecup perut Tania.

LOVE MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang