8

42.9K 2.9K 43
                                    

Theo menyipitkan matanya membalas tatapan Tania yang tengah menyorot tajam padanya sambil menyedekapkan tangannya dan bersandar di pintu.
Gadis itu sama sekali tidak mempersilakannya masuk.

"Apa maksudmu melakukannya?" tanya Tania dengan gusar.

"Memang ada yang salah? Wajar kan?" ujar Theo mengedikkan bahunya.

"Wajar?"

"Sure! You're my fiance, remember?" jawab Theo mengingatkan dengan senyum miringnya.

Tania mendengus sebal.

"Of course I remember! Tapi tidak perlu menunjukkannya di depan Jonas kan?"

"Why not? Kau masih berharap kembali padanya?" cibir Theo. Entah kenapa ia merasa kesal karena Tania seperti ingin menyembunyikan pertunangan mereka, terlebih di hadapan Jonas yang notabene adalah mantan kekasihnya. Cinta pertama Tania yang pasti akan selalu membekas di hati gadis itu

"Bukan urusanmu!" jawab Tania ketus.

"Itu menjadi urusanku, Tania. Kau tunanganku!" mata Theo berapi-api.

"Kau tau kita terpaksa melakukannya!" desis Tania marah.

"Katakan padaku, Tania, kau masih menginginkannya bukan?" rahang Theo mengetat.

"Sudah kubilang ini bukan urusanmu, Theo!" sentak Tania jengkel.

Kemarahan Theo tiba-tiba saja tidak dapat dibendung. Dengan sekali hentakan, ia memojokkan Tania hingga bersandar di kusen pintu, terhimpit oleh tubuh kekarnya.

Bibirnya membungkam bibir Tania yang terus menerus membantahnya, membuatnya tidak dapat mengendalikan emosinya.

Tania terkejut dengan tindakan Theo yang tak terduga. Sesaat kemudian ia berusaha memberontak. Tapi tubuh kecilnya tidak sebanding dengan kekuatan Theo.

Tania masih berusaha mendorong tubuh Theo yang menempel bak lintah pada tubuhnya ketika tiba-tiba Theo mengubah ciuman kasarnya menjadi sebuah lumatan lembut.

Otak Tania membeku. Ia tidak dapat lagi berpikir. Jantungnya berdetak cepat, kakinya mendadak seperti tidak bertulang, lemas seperti jelly. Ia merasa ada ratusan kupu-kupu menari, menggelitik dalam perutnya.

Tanpa sadar Tania mengulurkan lengannya ke leher Theo dan menguncinya. Perlahan dibalasnya ciuman Theo dengan sama lembutnya.

Merasakan respon Tania atas ciumannya, membuat Theo makin mengetatkan pelukannya. Lenguhan mendesah dari bibir Tania menyatu dengan suara decapan dari bibir mereka menjadi irama memabukkan bagi Theo.

Tangan Theo mengusap lengan dan punggung Tania, sementara dadanya menekan dada Tania yang kenyal.

Bibirnya bukan saja melumat, tapi juga menjelajah, menghisap kemanisan bibir dan rongga mulut serta lidah Tania.

Tania dengan mata terpejam merasai seluruh kemesraan yang Theo berikan, tanpa menyadari bahwa mereka masih berdiri di depan pintu rumah Tania. Untunglah langit sore itu berubah gelap, dan bayangan rimbunnya pohon mangga di depan rumah menghalangi pandangan orang-orang yang lewat di depan rumah Tania yang berpagar cukup tinggi.

Bibir keduanya masih saling memagut sambil sesekali terlepas untuk menarik nafas ketika mendadak terdengar suara handle pintu bergerak.

Keduanya cepat-cepat memisahkan diri. Theo melepas dengan tidak rela bibir Tania yang ternyata terasa berbeda dari bibir wanita manapun yang pernah ia rasakan.

Tania sendiri sesaat terlihat limbung, hingga ia harus bertahan bersandar di kusen pintu.

Keduanya nampak salah tingkah dengan wajah merona merah.

LOVE MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang