Theo refleks berdiri, memandang tidak percaya ke arah gadis yang baru saja masuk.
"Tania?" desisnya melongo.
"Theo?" mata Tania membelalak melihat Theo.
"Jadi?" Theo dan Tania bersamaan memandang Oma dan Opa mereka masing-masing.
Oma tersenyum, mengedipkan mata pada temannya, Oma Freddie.
"Jadi kalian berdua sudah saling kenal? Baguslah! Ini memudahkan untuk kita semua," ujar Oma.
"Jangan bilang Tania yang akan Oma jodohkan denganku," Theo mengerutkan dahi.
"Tepat sekali, Theo. Bagus kan? Kalian tidak perlu perkenalan lagi," Oma terkekeh ditingkahi tawa Opa dan Oma-Opa Freddie.
Theo dan Tania saling pandang. Menatap ngeri satu sama lain.
"TIDAAAAAAKKK!!!!" teriak mereka berdua dengan wajah memerah.
"Ini sudah keputusan kami bersama. Orang tua kalian juga sudah tau dan setuju. Kalian tinggal menjalani saja," putus Opa Freddie tegas, tidak mempedulikan sorot mata Tania yang memelas memandang mereka.
"Benar! Dan, kalau salah satu dari kalian menolak, maka nama kalian berdua akan kami cabut dari silsilah keluarga dan keahli-warisan. Juga semua fasilitas yang kalian punya akan kami cabut. Bagaimana hmmm?" ujar Opa Sandiko kalem.
Theo dan Tania kembali terdiam dan saling pandang. Beberapa rencana segera tersusun di otak encer Theo.
Opa-nya mengernyit menatap Theo.
"Jangan merencanakan yang aneh-aneh, Theo. Opa tau apa yang terpikir di otakmu!" tegur Opa Sandiko membuat Theo mendengus kesal.
"Dan kau gadis kecil, jangan coba-coba mengelabuhi kami, atau kau akan tau akibatnya!" Tania merengut mendengar ancaman Oma-nya.
-----*-----
"Bagaimana bisa kita dijodohkan?" ujar Tania lesu. Liburannya mendadak menjadi kelabu karena perjodohan ini.
"Kupikir aku tidak termasuk dalam hobby perjodohan mereka, ternyata...huuuffft...." Theo menghembuskan nafas kesal.
"Lalu, kita harus bagaimana, Theo?" Tania hampir menangis putus asa.
Menjalin hubungan spesial dengan Theo adalah sesuatu yang sangat jauh dari bayangannya, apalagi ia harus menikah dengan laki-laki playboy itu. Ia sudah mendengar sepak terjang Theo dari Keyra. Ya, Theo sahabat mereka berubah semenjak tinggal di London. Ia dan Keyra seperti tidak mengenali Theo lagi. Bukan hanya dari segi fisik, tapi juga sikap dan tingkah laku. Dan ia juga sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri saat pesta pertunangan Keyra dan Vienno dua tahun lalu.
"Kalau aku tau jalan keluarnya, sudah kukatakan dari tadi, Tan!" ujar Theo kesal.
"Bagaimana bisa aku mempertaruhkan masa depanku pada laki-laki sepertimu?" gumam Tania mengeluh.
"Apa maksudmu dengan laki-laki sepertiku?" Theo menaikkan alisnya, tidak terima dengan perkataan Tania.
"Apa aku harus menjelaskan satu persatu?" dengus Tania melirik Theo sinis.
"Apa pandanganmu tentangku?" sungut Theo mendesak.
"Jadi aku harus tetap mengatakannya ya? Oke, kau bukan Theo yang dulu. Sekarang kau menjadi sosok yang aku dan Keyra tidak kenali. Playboy, Don Juan, brengsek, suka mempermainkan perempuan dan mencampakkan sesuka hatimu. O ya, satu lagi, kau berubah angkuh!" cecar Tania bersedekap memandang Theo dengan tatapan mencibir.
Theo diam. Ia mencerna cercaan Tania. Dan semua itu kebenaran bukan?
"Kenapa kau tidak mengatakan kalau kau sudah punya Jonas?" Theo menjentikkan jarinya seolah menemukan solusi dari permasalahannya.
Tania tertawa getir.
"Kau bahkan melupakan sahabatmu, Theo! Aku sudah putus dari Jonas setahun yang lalu. Ya... meskipun ia masih berusaha mendekatiku lagi, tapi kami sudah selesai!" ujar Tania memandang kejauhan dengan hampa.
"Ada apa dengan kalian? Kupikir kalian berdua merupakan pasangan yang tak terpisahkan," Theo terkejut mendapati kenyataan bahwa Tania dan Jonas sudah putus hubungan mengingat bagaimana protektifnya Jonas pada Tania dan sebaliknya.
"Sudah tidak ada kecocokan," sahut Tania singkat.
"Lagakmu seperti artis tenar saja, Tan!" cibir Theo.
"Hehehe...by the way, kau masih setia dengan hobby barumu?" tanya Tania menyindir.
"Hobby baru?" Theo mengernyit.
"One night stand? Obral sana sini?" suara Tania terdengar sinis.
"Hahaha..." Theo terbahak membuat Tania menggerutu tidak jelas.
"Apa kau mau mencobanya?" bisik Theo di dekat telinga Tania.
Tubuh Tania merinding mendengarnya. Matanya melotot pada Theo dan menghujani sahabatnya itu dengan pukulan dan cubitan mautnya sehingga mau tidak mau Theo harus berlari menghindar.
-----*-----
Tania sedang duduk di cafe bersama Dean, sepupunya. Sejak ia tau bakal dijodohkan dengan Theo, mood nya langsung berubah jelek.
"Dari kemarin cemberut terus!" omel Dean melihat Tania masih juga badmood.
"Aku mau balik ke Indo aja. Males liburan kemari kalau tau dijodohin begini!" cetus Tania kesal.
Dean tertawa mengacak rambut Tania.
"Kenapa gak mau dijodohin? Theo kan cakep? Tajir lagi," goda Dean terkekeh melihat ekspresi Tania yang terlihat horor.
"Theo itu sahabatku sejak di Indo. Aku tau banget dia seperti apa. Juga perubahannya selama di sini. Konyol aja kalau aku mau dijodohin dengan dia," sungut Tania.
Tidak lama kemudian, matanya melotot melihat sosok yang baru saja memasuki Cafe.
Tampak seorang wanita berambut pirang dan bertubuh sexy, dengan dress yang begitu ketat melekat membentuk tubuhnya yang semampai, dengan panjang dress lebih pendek dari setengah paha.
Dean mengerutkan keningnya menyadari keanehan Tania.
"Lihat apa sih?" tanya Dean mengikuti pandangan Tania.
"Itu Theo dan salah satu gadisnya," ujar Tania datar.
"Wuiihh... sexy banget..ckckck..." Dean berdecak kagum.
PLAKK!
Tania menggeplak kepala Dean hingga sepupunya itu menjerit kesakitan."ADUH!! Sadis amat sih?" omel Dean mengusap kepalanya.
"Laki-laki sama aja! Gak bisa lihat body mulus, langsung matanya ijo!" sembur Tania kesal.
"Itu laki-laki normal namanya! Kalo sudah gak doyan perempuan, baru aneh!" jawab Dean meringis melihat Tania marah-marah.
"Aku mau pulang!" Tania menyambar tas nya dan meninggalkan sepupunya yang buru-buru menyusulnya.
-----*-----
Theo dan Tania memandang kedua pasang Oma-Opa mereka dengan lesu.
Tanggal pertunangan sudah ditentukan.
Besok, Mama dan Papa Tania serta Bunda dan Ayah Theo akan datang. Sementara Valen dan Marischa akan menyusul sehari sebelum acara pertunangan diadakan."Apa tidak bisa dibatalkan, Oma?" rengek Tania putus asa.
"Semua sudah dipersiapkan, Tania. Kalian berdua tinggal menjalani saja," Oma Freddie mengusap kepala Tania lembut.
"Kalau ditunda, bagaimana Oma?" tawar Theo penuh harap.
"Tidak bisa, Theo! Setelah pertunangan kalian, semua fokus pada pernikahan Vienno dan Keyra yang sudah diundur hampir dua tahun!" ujar Opa Sandiko tidak bisa di bantah lagi.
Tania merasa tubuhnya langsung lemas.
Sementara Theo hanya melirik Tania dengan perasaan yang kacau balau..
.
BERSAMBUNG....
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE MATE
RomanceCerita ini aku re-publish karena satu dan lain hal... Cerita yang mengandung adegan dewasa. Karena watty tidak lagi memberikan fasilitas private, sehingga siapapun bisa mengakses cerita ini. Aku hanya mengharapkan kedewasaan dan kebijakan anda dalam...