4

54.3K 3.1K 27
                                    

Seluruh keluarga sudah hadir, termasuk Valen dan Marischa yang memang datang sehari sebelum acara pertunangan diadakan.

Bram dan Vienetta, serta Kenzo dan Cassie ikut datang bersamaan dengan Valen dan Marischa.

Tentu saja mereka ikut hadir karena Bram merupakan sepupu angkat Arin.

Pagi ini semua sudah sibuk mempersiapkan pertunangan Theo dan Tania yang akan di adakan di kediaman Oma - Opa Tania.

"Theo! Kenapa masih belum bangun sih?" teriak Arin melihat putra bungsunya masih bergelung di bawah selimut tebalnya.

"Ehm...Bunda... Theo masih ngantuk," gumam Theo menggeliat.

"Ayo bangun sekarang, atau Bunda siram dengan air dingin!" ancam Arin berkacak pinggang.

"Huh...iya...iya...Bunda sadis! Sukanya ngancam sih!" gerutu Theo, lalu dengan malas ia bangun dan menyeret langkahnya masuk ke kamar mandi.

Dan dalam tempo setengah jam, Theo sudah rapi.
Mereka beriringan ke kediaman Oma-Opa Freddie.

.

.

OoO

.

.

Theo duduk diapit ayah dan bundanya, juga Oma dan Opa Sandiko.

Lalu Tania keluar dari ruang dalam. Theo membelalakkan matanya melihat Tania yang sangat berbeda dari yang biasanya ia lihat. Gadis itu tampak sangat cantik di mata Theo. Jantung Theo berdesir halus.

Diamatinya gadis itu. Rambutnya disanggul, gaun panjangnya yang berwarna biru tanpa lengan dengan potongan dada rendah, dan belahan memanjang dari bawah hingga pahanya yang putih mulus itu terlihat setiap kali ia melangkah.

Sungguh ia tidak mengira akan melihat Tania semenawan itu.

Perlahan Tania mendekat. Di belakangnya, Mama dan Papa nya tersenyum bahagia.

Arin dan Andi mengajak Theo berdiri mendekat pada Tania.

Dean maju, membuka kotak kecil persegi berlapis beludru merah dan mengulurkan pada Theo.

Theo mengambil cincin yang ada di dalamnya dan menyematkannya ke jari manis Tania.

Tania menarik nafas sebelum mengambil pasangan cincin yang berada di kotak merah itu, lalu memasangkan ke jari manis Theo.

"Cium dong calon istrinya," celetuk Marischa membuat yang lain mulai berteriak menyemangatinya. Theo menggerutu dalam hati. Kakak iparnya itu makin menjadi-jadi. Untung Kak Valen sangat sabar menghadapinya.

"Cium! Cium! Cium!" teriakan bersahutan itu membuat Tania dan Theo salah tingkah.

"Sorry," bisiknya sebelum mencecahkan kecupan di dahi Tania.

Tania menunduk. Ia pasrah.

"Kok cuma di kening?" salah seorang menyeletuk. Entah siapa, mungkin saja salah satu dari sepupu Tania, atau mungkin dari kerabat Theo.

"Emang mau di mana lagi?" timpal saudara yang lain.

"Hush! Belum sah!" suara Kenzo terdengar terkekeh.

"Cuma cium doang gak apa-apa dong!" Marischa membantah.

Saudara-saudara mereka tertawa.

Tania mundur selangkah. Ia tidak mau menuruti mereka. Malu!

Tapi Theo meraih pinggangnya, mengecup kedua pipinya dengan lembut, lalu menarik lengannya, mengajaknya duduk di dekatnya.

Tania merasa wajahnya memanas. Ia hanya menunduk.
Hingga sepanjang sisa acara, ia hanya terdiam saat sepupu dan saudara-saudara nya menggodanya.

LOVE MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang