31

42.9K 2.7K 80
                                    

Air bening mengalir di sudut mata indahnya menyaksikan interaksi antara Theo dan Eleana.

Gadis itu sangat mencintai Theo, sementara cinta Theo sudah tidak lagi untuk Eleana.
Tania bisa merasakan betapa Theo mencintainya sekarang.
Ia sudah berjanji untuk membantu membahagiakan Eleana di saat terakhirnya, tapi ia juga sudah berjanji tidak akan meninggalkan Theo.

Tania memasang senyum cerianya, membuka pintu lebar-lebar. Mengabaikan genggaman Theo di jemari Eleana yang sedang terlelap.

"Dia tertidur?" tanya Tania tersenyum manis.

Theo mengangguk, perlahan melepaskan genggamannya di jemari Eleana, beranjak mendekati istrinya.
Dipeluknya pinggang Tania dan dikecupnya tengkuk wanitanya itu dengan lembut.

"Aku tau apa maksudmu meninggalkanku dan Eleana berdua. Kuharap aku bisa segera menemukan donor untuknya, sehingga kau tidak perlu terus-menerus sakit hati melihatku dekat dengannya. I love you so much, Sweetheart," ucap Theo lirih.

Tania mengusap basah di sudut matanya. Theo-nya berubah. Ia sudah kembali menjadi Theo yang lembut. Theo yang dulu.

"I love you too, my husband, " balas Tania memutar tubuhnya menghadap suaminya.

Theo mencecahkan ciuman ke bibir Tania, memagutnya dan berniat melumat lebih dalam ketika Tania mendorong dadanya pelan.
Theo mengernyit memandang Tania yang tersenyum dan menggeleng pelan.

"Cukup. Ini rumah sakit, sayang. Tau tempatlah," bisik Tania tepat di bibir Theo.

Theo mengerang lembut.

"Bisakah kita pulang sekarang? Aku menginginkanmu, Sweetheart, " gumam Theo mencuri kecupan bibir istrinya.

"Sabar sebentar. James sebentar lagi datang," senyum manis Tania meluluhkan Theo. Ia hanya mengangguk menurut.

-----*-----

Tania terbangun. Ponsel di atas nakas di dekatnya bergetar kuat berkali-kali. Tania mengusap layarnya dan mengernyit memandang sepenggal nama yang terpampang di sana.
James. Ada apa laki-laki itu menghubunginya?

"Tania? Bisa bawa Theo ke rumah sakit sekarang? Eleana kritis."

Tania termangu sesaat. Diliriknya Theo yang sedang terlelap di sampingnya.

"Tania?"

Suara James terdengar panik dan tidak sabar. Tania mengatur detak jantungnya, berdoa dalam hati, berharap Eleana tidak apa-apa.

"Ya ya, aku akan membangunkan Theo, James," sahut Tania.

Sambungan terputus. Tania menghela nafas. Perlahan ia menunduk, membisikkan panggilannya ke telinga suaminya.

"Theo. Theo honey, wake up," panggilnya lirih.

Theo menggeliat, mengerjapkan matanya dan menatap Tania dengan bingung.

"Kamu kenapa tidak tidur? Kenapa? Ada yang sakit?" tanya Theo cemas melihat Tania yang menatapnya dengan panik.

Tania menggeleng pelan. Theo menghembuskan nafas lega.

"Ada apa Sweetheart?"

"Kau harus ke rumah sakit sekarang, Theo," bisik Tania.

"Ada apa?"

"Eleana membutuhkanmu," Tania menatap mata Theo lekat. Ia harus merelakan Theo menemani Eleana. Ini demi rasa kemanusiaan yang ia punya. Siapa suruh punya hati yang begitu halus? Ia tidak tega melihat keadaan Eleana.

"Kau tidak ikut?"

Tania tersenyum menggeleng. Ia mengusap perutnya perlahan.

"Kurasa aku akan tetap di rumah. Dia tidak mengijinkanku pergi," ujar Tania menatap perutnya yang mulai membuncit dan mengelusnya perlahan.

Theo mendesah pelan. Ia tidak ingin meninggalkan Tania. Ia ingin tetap di sisi istrinya. Wanita yang bisa membuatnya sangat jatuh cinta hanya dalam waktu sekejap, bahkan mampu menggeser cinta pertamanya hingga hilang tak berbekas.

"Aku tidak ingin meninggalkanmu sendiri, Sweetheart. Oma dan Opa belum pulang, para pembantu di rumah belakang. Kau akan kesepian sendiri di sini," sergah Theo mencari alasan untuk tidak pergi. Diusapnya perut istrinya, mengecupnya lembut, lalu mencium bibir Tania. Membuai wanita terkasihnya dengan ciuman panjang.

Tania melingkarkan lengannya ke leher Theo. Memejamkan matanya menikmati sentuhan suaminya, hingga ia tersengal karena nyaris kehabisan udara.

"Kau harus ke sana, Theo. Kita tidak bisa meramalkan umur seseorang, tapi setidaknya, kehadiranmu di sana akan menjadikan semangat untuknya," Tania memeluk suaminya dan mencecahkan kecupan ringan di bibir Theo, lalu beranjak menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya.

Theo turun dari tempat tidur dengan lesu. Namun diturutinya juga kemauan Tania. Ia berangkat ke rumah sakit setelah mencium lama istrinya, seolah ia harus meninggalkan wanita itu untuk jangka waktu lama.

-----*-----

Gerimis membasahi gundukan tanah di pemakaman. Isak tangis masih terdengar. James Dalton memeluk ayahnya yang terpekur di samping makam baru itu.

Tania menangis dalam dekapan Theo. Ia bisa merasakan, bagaimana pedihnya hati James dan Thomas Dalton. Namun takdir sudah digariskan.

Eleana Dalton, meninggal dunia dengan senyum damai di wajahnya. Kedatangan Phil di kamar rawatnya yang membuat kondisi gadis itu merosot dengan drastis, membuat Thomas kalap dan meninju wajah sempurna Phil hingga bonyok di sana sini.
Namun kehadiran Theo yang langsung mendekap Eleana, membuat gadis itu merasakan kenyamanan penuh perlindungan dari seseorang yang sangat ia harapkan.

Dua hari setelahnya, Eleana meninggalkan semuanya dalam pelukan laki-laki yang paling dicintainya, Theofillus Harungga.

"Terimakasih sudah membuat hari-hari terakhir adikku bahagia. Aku tidak menyangka ia bisa bertahan lebih lama dari perkiraan dokter. Sayang sekali hingga hari terakhirnya aku belum bisa mendapatkan donor untuknya," ujar James sedih.

"El sudah tenang di sana, James," ujar Tania pelan.

Theo mengangguk membenarkan ucapan istrinya.
Dilihatnya Thomas Dalton berjalan mendekat. Wajahnya terlihat menua beberapa tahun.

"Mari pulang, James," ajaknya lirih.

James mengangguk.
Keempatnya beriringan keluar pemakaman.

Hening. Mereka kehilangan dengan kadar yang berbeda-beda.
Thomas kehilangan putrinya dengan penyesalan karena sempat mengabaikan Eleana karena kesibukannya.
James pun sama, ia lebih memfokuskan pikirannya pada bisnis mereka daripada sekedar memberi perhatian pada adiknya.
Theo, kehilangan gadis yang sempat menjadi cinta pertamanya. Gadis yang bisa membuatnya berubah menjadi Theo yang lain, yang nyaris tidak dikenali oleh sahabat-sahabatnya.
Tania, kehilangan Eleana yang membuatnya menyadari bahwa ia mencintai suaminya. Eleana membuka mata hatinya, bahwa ia adalah perempuan yang beruntung karena Theo mencintainya dengan sangat. Bahwa suaminya kembali menjadi Theo yang dulu dikenalnya.

.

The End.

Tamat deeehhh......
Hehehehe..... akhirnya kelar ceritanya....

Eits.... jangan kecewa dulu.... ada extra part-nya dong pastiiii....
Yang mau extra partnya yang komplit, tungguin Google Play Books nya yaaa...

.

Love,
LianFand😘

LOVE MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang