28

31.2K 2.5K 89
                                    

Eleana mengusap air matanya. Apa yang dilihatnya, begitu menyakitinya.

Theo dan istrinya. Mereka berdua tampak sangat bahagia. Apakah ia tidak boleh merasakan kebahagiaan yang sama seperti istri Theo?
Ia mencintai laki-laki itu dengan cinta yang besar.
Yang ia sesalkan sekarang, kenapa cinta itu datang saat laki-laki itu sudah melepaskan cinta yang dulu untuknya? Ia menyesal pernah mengabaikan Theo dan mempermainkan perasaan laki-laki itu.

Eleana menunduk, melangkah menjauh dari pemandangan yang menusuk jantungnya hingga berdarah-darah.

"Eleana," sebuah suara membuatnya mendongak. Sosok dihadapannya memandang tak percaya.

"Phil?" sapa Eleana ragu.

Laki-laki dihadapannya itu mengangguk tertawa.

"Kau masih saja cantik El. Hanya sedikit kurus," tawanya memeluk Eleana seperti biasa dulu ia lakukan.

Eleana mendorong pelan tubuh Phil, laki-laki pertama yang tidur dengannya. Laki-laki yang dulu membuatnya menyerahkan keperawanannya. Kapten Basket yang diidolakan hampir seluruh mahasiswi di kampus mereka. Yang dulu membuat Elena bangga karena Phil menjadikannya kekasih.

Perasaan bangga itu sudah tidak ada. Degup-degup yang dulu ia kira cinta itu sudah lenyap. Lama sejak laki-laki itu meninggalkannya ketika Phil menyadari bahwa perusahaan ayah Eleana sedang goyah.

"Aku merindukanmu, El," ucapnya penuh percaya diri.

Eleana tersenyum tipis.

"Aku tidak," ucap gadis itu lalu membalikkan tubuhnya dan meninggalkan Phil termangu mencerna jawaban Eleana.

-----*-----

Tania menggerutu pelan. Ia berjalan perlahan mengikuti arahan Theo. Matanya tertutup. Ia tidak bisa melihat apa-apa.

"Kamu mau bawa aku kemana sih sebenarnya?"

"Ih jangan bawel. Sebentar lagi juga sampai," balas Theo.

Tania mendengus. Sebelah tangannya meraba-raba, sementara sebelahnya lagi menggenggam erat jemari Theo.

"Nah, sudah sampai."

Tania menghembuskan nafas lega mendengar ucapan Theo. Tangannya hendak membuka penutup matanya.

"Eits! Jangan dibuka dulu!" cegah Theo.

"Ada apa lagi sih?" rungutnya mengerucutkan bibirnya.

Theo tertawa geli, lalu mengecup bibir manyun istrinya dengan gemas.

"Sabar ya," Theo mendudukkan istrinya dan membuka saputangan besar miliknya yang menutupi mata indah Tania.

Tania mengerjapkan matanya, lalu matanya membola melihat apa yang berada di hadapannya.

Meja di depannya dilapisi kain putih. Di atasnya, dua buah lilin menyala dalam tabung kaca yang sisi atasnya terbuka, gelas panjang berisi minuman, dan beberapa piring makanan.

"Berhubung kau sedang hamil, kita tidak akan minum wine, Sweetheart," senyum Theo puas melihat Tania takjub dengan surprise yang dibuatnya.

Lalu ia mengambil sebuket bunga yang disembunyikan di kursi bagiannya dan menyerahkannya pada Tania.

"For you, my lovely wife," katanya pelan.

Tania berdiri perlahan menerima bunga dari suaminya sambil terisak terharu. Dipeluknya Theo erat.

"I love you, my Theo," bisiknya.

"I love you too, Sweetheart," balas Theo mengecup bibir dan mengusap air mata istrinya.

LOVE MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang