22

37.4K 3K 230
                                    

(Do not BAPER! Hehehe....)
Ngeri baca comment Part sebelumnya... Hihihi...

________

"ELEANA!"

Theo menggendong tubuh lemas itu dan membaringkannya di sofa. Menepuk pelan pipi gadis itu beberapa kali tapi tidak ada respon.

"MIA!" teriak Theo menggelegar.

Tidak ada sahutan. Hanya hening. Theo menepak dahinya menyadari kebodohannya. Bukankah ruangannya kedap suara?

Lalu segera ditekannya tombol pada telepon di mejanya.

"Yes Sir?" terdengar sahutan dari seberang.

"Mia, tolong sipkan mobil dan segera keruanganku!" perintah Theo segera setelah mendengar suara sekretarisnya.

"Yes Sir."

Tidak lama kemudian, Theo sudah berjalan keluar sambil menggendong Eleana diikuti Mia di belakangnya.

Mobilnya sudah menunggu di depan. Driver dengan sigap membukakan pintu agar Theo bisa dengan mudah masuk membawa Eleana bersamanya. Kemudian Mia menyusul duduk di sebelah kemudi.

"Rumah sakit. Cepat!" Theo nyaris berteriak.

Driver muda itu mengangguk dan dengan segera menginjak pedal gas membawa tuannya ke rumah sakit.

-----*-----

Eleana mengerjapkan matanya. Theo yang mengetahui Eleana sudah sadar segera mendekat.

"Bagaimana keadaanmu, El?" tanya Theo cemas. Wajah Eleana tampak pucat.

"Badanku sakit, Theo," keluh Eleana lirih.

"Istirahatlah. Ayah dan kakakmu dalam perjalanan kemari," kata Theo mengusap pipi Eleana lembut.

"Aku kenapa, Theo?" tanya Eleana berbisik.

"Aku belum tau, El. Dokter sudah mengambil sampel darahmu dan mungkin sekarang sedang meneriksanya," Theo memberitahu hati-hati.

Pintu kamar dibuka dengan tergesa. Disana muncul Thomas Dalton dan putranya, James Dalton. Keduanya bergegas menghampiri Eleana.

"Kamu tidak apa-apa, Nak?"

"Kau kenapa, El?"

Eleana hanya menggeleng pelan memandang sendu Ayah dan kakaknya.

"Maaf, keluarga pasien diminta untuk ke ruangan dokter Hawkins," seorang suster menyela mereka.

"Baik suster," angguk Thomas Dalton lalu mengikuti suster menuju ruang Dr Hawkins. James menyusul tergesa.

Eleana meraih jemari Theo dan menggenggamnya erat.

Theo duduk diam memandang wajah Eleana yang pucat.

"Aku mencintaimu, Theo. Maafkan aku jika dulu aku pernah menyakitimu," ujar Eleana lirih.

"Sudahlah El. Kau harus banyak beristirahat," sergah Theo.

"Please, jangan tinggalkan aku, Theo," pinta Eleana. Matanya mulai berair.

"Tidurlah. Aku akan menemanimu disini," bujuk Theo tersenyum menenangkan.

"Kau sungguh-sungguh? Janji?"
Theo mengangguk.

Eleana tersenyum manis ketika Theo mengusap air matanya. Ia lalu menutup matanya, terlelap dengan tangannya masih menggenggam jemari Theo.

-----*-----

Sudah seminggu Eleana dirawat.di rumah sakit. Kata Dr Hawkins, hari ini ia sudah sudah boleh pulang. Hanya saja ada jadwal yang harus di patuhi oleh gadis itu. Jadwal rutin periksa.

LOVE MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang