Pukul setengah 7 malam.
Ting!
Aku sedang mengeringkan rambutku yang basah habis mandi, seketika ada pesan dari Gibran. Akupun membukanya.
Gibran: "Bel gue mau nanya sesuatu. Plis jawab jujur Bel!"
Me: "nanya apalagi sih?"
Gibran: "Apa benar lo suka sama gue?"
Me: "Gue kan udah bilang , gak Gib!"
Gibran: "Gue gak percaya! kata Nisa dan Nisa kata lo sendiri. Tolong plis jawab sejujurnya Bel!"
Gibran ternyata sudah curiga kepadaku dari awal.
Aduh! gimana ini?
Aku sungguh tak bisa berucap apapun. Aku bingung, perasaanku campur aduk. Aku harus gimana?
Jujur aja apa enggak ya?
Ya Tuhan.. tolong hamba-Mu ini...
Ting!
Belum sempat aku membalas pesannya, tiba-tiba dia mengirim pesan lagi.
Gibran: "Aku yakin, kamu pasti suka kan sama aku? , jawab Bel. Please!"
Aku merasa canggung untuk menjawab semua pertanyaannya, tetapi aku memutuskan untuk tidak membalas pesannya lagi, karena hati belom siap untuk mengatakan kepadanya yang sebenarnya.
Gue takut persahabatan kita bubar Gib...
~~~~~~~~
Keesokan harinya...."Ma, Bella pamit dulu ya, mau kerja kelompok di sekolah", kataku izin ke mama sambil menyalami dan mencium tangan Mama.
"Iya dek, hati-hati ya! pulangnya jangan sore-sore", kata Mama.
"Iya Ma", jawabku.
Iya hari ini ,hari Minggu. Aku ada jadwal kerja kelompok di sekolah jam 9, untuk menyelesaikan tugas seni budaya yang ditugaskan untuk menampilkan Kesenian Tari di hari praktik Seni Budaya nanti yaitu hari Rabu.
Aku dan teman teman sekelompokku berlatih di dalam aula sekolah. Suasana di sekolah memang sepi karena hari libur.
~~~~~~~~~~~~~
Jarum jam menunjukkan pukul 2 siang.
"Udah ya. Ini kita udah selesai dan udah mantap sama gerakan dan konsepnya. Nanti pas hari H jangan lupa ya semua properti tari di bawa dan juga kostumnya. Yaudah hari ini sampai di sini aja, kalian boleh pulang ataupun istirahat dulu", ucap April sahabatku sekaligus satu kelompok seni budaya.
Aku pun mengambil ponselku dari dalam tas untuk mengirim pesan ke Papa bahwa aku sudah selesai kerja kelompoknya.
Sebelum aku berkirim pesan ke Papa, seketika aku melihat di notif layar ponselku ada notifikasi pesan dari Gibran yang ternyata sudah sejam yang lalu.
Ampun deh udah lama banget berarti.
Ternyata Gibran minta nomer hp Floren teman dia yang sekelas sama dia dan juga dulu teman sekelasku kelas 1. Akhirnya aku balas dan aku kasihkan nomernya Floren ke dia.
Gibran: "Bel, gue boleh minta nomernya Floren gak? teman lo waktu kelas 7"
Me: " boleh, nih 083479XXXXXXXX, tapi gak tau masih aktif apa enggak, soalnya gue jarang berkirim pesan sama dia".
Gibran: "Oke, makasih Beb"
Me: "ya sama-sama."
Cuek ? Iya. Aku sengaja membalasnya dengan cuek karena masih teringat masalah yang semalam juga. Tapi aku tak tahu apakah dia sudah melupakan masalah yang tadi malam?
Hmm... entahlah.
Tiba-tiba ada pesan dari Papaku, ternyata Beliau telah menunggu di depan sekolah. Akhirnya akupun segera berkemas dan berpamitan kepada teman-temanku yang lain untuk pulang duluan, dan bergegas keluar gerbang untuk menemui Papa, lalu masuk ke dalam mobil.
"Udah dek?", tanya Papa saat melihat aku masuk ke mobil".
"Udah Pa, gak mampir kemana-mana ya Pa. Pulang aja, adek capek", kataku jujur.
Akhirnya aku sudah sama Papa di dalam mobil, Papa pun langsung tancap gas buat segera pulang ke rumah, tanpa mampir ke manapun.
Saat menikmati perjalanan pulang, aku masih saja kepikiran tentang hal semalam. Padahal ada Papa di sampingku.
"Hmm... gimana nih?? Aduhh apa aku ngaku aja ya ke Gibran? Tapi aku takut kalau misalkan nanti dia tau dan malah menjauhiku gimana?" , kataku dalam hati disertai rasa bingung dan cemas.
Ya aku memang penakut untuk mengungkapkan perasaan kepada seseorang, dan bisa dibilang aku itu gengsian dan gak bisa kalau to the point langsung gitu. Ya maklumlah namanya aja cewek, maklumin rasa gengsi dan penakut ini, karena cewek hanya takut seseorang yang disukainya akan pergi jika dia tau.
Seketika saja tanpa di kira, ada angin lewat.
Wussshhh..
Eh bukan uudara beneran yang kita hirup, maksudku kayak pikiran lewat gitu. Seketika itu aku memutuskan untuk mengaku saja kepada Gibran.
Aku pun langsung mengambil ponselku yang berada di dalam tas, lalu aku siap mengirim pesan ke Gibran.
Me: "Gib , gue mau bahas yang tadi malem"
Tanpa menunggu lama , pesanku langsung di balas oleh Gibran. Mungkin dia sedang pegang handphone.
Gibran: "iya udah, gimana? kamu beneran suka sama sama aku?"
Gilak! langsung to the poin banget dia??!!!! mana sekarang pakai 'Aku Kamu'.
Me"iya Gib. Oke aku jujur! aku emang suka sama kamu Gib dari sejak dulu. Tapi aku gak berharap kamu balas perasaan aku apa enggak, aku gak berharap banyak sama kamu, yang aku harapkan, aku pengen kita sahabatan aja walaupun aku ada rasa sama kamu lebih dari seorang sahabat, karena aku trauma pacaran untuk kedua kalinya semenjak putus dari Farrel".
Gibran: "iya gapapa kok Bel. Aku udah tahu dari awal kalo kamu ada rasa sama aku, tapi kenapa kamu tidak mengakuinya dari awal Bel? "
Me:" karena aku takut kamu marah Gib dan ngejauhin aku. Aku kira kita lebih akrab di saat kamu gak tau perasaanku. Gib aku suka sama kamu karena aku merasa nyaman sama kamu Gib, dan aku baru menyadari rasa ini waktu aku cemburu lihat kamu berpasangan sama Putriwaktu itu Gib."
Gibran: "Hmm.. jadi gitu? Aku gak tau apa yang harus aku lakuin sama kamu?"
Me: "kamu tidak perlu membalas perasaanku Gib, karena aku tau.. kamu tidak akan pernah suka balik sama aku."
Gibran: "Bell..."
Me: "Maaf Gib aku sefrontal ini 😔".
Gibran: "Aku yang seharusnya minta maaf sama kamu Bel. Aku yang gak peka sama kamu Bel. Aku minta maaf ya, dan makasih atas kejujuranmu itu Bel".
Air mataku sedari tadi ku tahan dan hanya menupuk di mata saja, karena aku tidak ingin Papa lihat bahwa aku sedang menangis.
Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke kamarku dan kupeluk boneka teddy bearku. Aku menangis ketika membaca ulang pesan dari Gibran yang terakhir dikirim. Dia merasa bersalah, dan iya dia memang tidak peka sejak dulu . Padahal dulu aku yang selalu ada buat dia dan yang selalu menemani hari-hari dia. Sampai akupun merasa sebuah kenyamanan saat di dekat dia.
Baru pertama kali ini aku dibuat senyaman ini sama seorang cowok , padahal sebelumnya waktu aku masih pacaran sama Farrel tak pernah sedikitpun merasa nyaman dengannya.
Aku menangis dan akhirnya tertidur...
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Still Like You
RomanceEntah berawal darimana perasaan ini muncul? Yang ku tahu, dari awal aku sudah menolak untuk jatuh cinta dengannya, sahabatku sendiri, tetapi apa? hati berkata lain, dan akupun tidak bisa menolak itu semua. Salahkah apabila diriku sampai saat ini m...