10 (Maaf Bella)

113 4 2
                                    

Sepulang sekolah,

Heni ketua kelasku sekaligus ketua kelompokku mengajak anggotanya untuk ikut kerja kelompok di sekolah.

"Hey hey!  jangan pulang dulu kelompoknya aku! mau kerja kelompok drama!", teriak Heni.

Begitulah cakap Heni, dan akupun mengerti. Akhirnya aku menunggu di sekolah bersama teman-temanku yang satu kelompok juga sama aku.

"Mi, kamu gak kumpul osis?", tanya Kiya yang ingat bahwa hari ini jadwalnya anak osis rapat.

"Aku tak izin dulu sama Fazi si Ketos", jawab Heni yang langsung berlari ke ruang osis dan jaraknya hanya sebelahan dengan ruang kelasku.

"Oke Hen", jawabku.

*****

Jarum jam tanganku menunjukkan pukul 15.30.

Kelompokku sudah selesai membahas semuanya dan yang terakhir tinggal foto buat tugas drama kelompokku.

"Yukk terakhir, kita foto buat cover tugas drama kita!. Siapin kostumnya. Ntar habis ini pulang", kata Heni.

"Oke!", jawab kami serempak.

"Kita foto di samping aula itu ya,  kayaknya temboknya buat background bagus juga", kata Heni sambil menunjuk ke arah sebrang.

Akhirnya kita semua menuju ke samping aula yang tidak jauh jaraknya dari kelasku dan dari lapangan.

Tetapi aku merasa heran, Heni kenapa gak minta tolong sama siapa gitu buat bantu dokumentasikan kelompok kita. 

Akhirnya aku sama Lia pun bilang ke Heni si lemot itu.

"Hen, yang ngefotoin siapa? Masa iya pake tongsis?", tanyaku ke Heni.

"Iya Hen gimana sih lu?" , ledek Lia.

"Oh iya bentar!", jawab Heni sambil melihat sekeliling lapangan.

Disaat Heni sedang menoleh kanan kiri ke lapangan, akhirnya dia menemukan orang buat bantu mendokumentasikan kelompok kita.

"Nah itu ada Gibran! Minta tolong Gibran aja yaa", ucap Heni sambil menunjuk ke arah Gibran yang sedang duduk di sendirian di depan pintu ruang osis.

Akhirnya Heni pun memanggil Gibran, Gibran pun menoleh.

"Woyyy Gibraaaannn!! Sini lu!" , teriak Heni. Aku pun ikutan menoleh.

"Apa Hen?", jawab Gibran sambil berjalan menuju Heni.

"Tolong dong fotoin kelompok gue pliss buat tugas bahasa indonesia", jawab Heni.

"Manalah hpnya?", Gibran pun menyanggupi suruhan Heni.

"Nih pake hp gue aja", jawab Heni sambil menyerahkan handphonenya ke Gibran.

Di sisi lain...

Haris, Tika, Lia, dan Kiya mulai penyakitnya. Biasa sengaja mau buat aku malu dan salah tingkah di depan Gibran.

"Ekhemm ekhem!", ucap Tika sambil melirikku.

 "Uhuk uhuk uhuk!", lanjut dengan Lia.

"Kalian kenapasih? batuk? atau keselek upil gajah?", tanyaku sambil meledek balik mereka.

"Biasa aja Bel, lihatnya gak usah gitu banget dong", ledek Kiya tiba-tiba.

"Deg deg deg. Auto fokus auto fokus", ucap Heni yang sudah berada di barisan kelompok sambil melirikku.

Dan aku hanya terdiam saja mendengarkan ocehan mereka, walaupun sejujurnya di dalam hatiku, aku benar-benar rasanya ingin menghilang dari bumi.

"Gib!, auto fokusnya jangan ke Bella doang ya", ledek Heni sambil menatapku yang berada di belakangnya. Tapi ocehannya tidak aku dengarkan.

I'm Still Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang