16 (Flashdick)

81 3 0
                                    

Keesokan paginya,

Aku berangkat sekolah untuk mendapatkan informasi pengumuman nilai UN atau yang lainnya.

Aku pun langsung mengkondisikan mataku, agar nanti bertemu Gibran, dia tidak tahu kalau tadi malam aku menangis, karena mataku sangat sembab saat aku melihat di cermin.

Beberapa jam kemudian, saat sudah sampai di sekolah.

Aku sedang duduk sendiri di depan kelas untuk menghindari keramaian di dalam kelas.
Tib- tiba muncul Tamara sambil berjalan mendekatiku.

"Bel!, gimana tadi malam berhasil?" , tanya Tamara sambil menyapaku di depan kelas, karena kelasku dan Tamara sebelahan.

"Hmm.. gitulah", jawabku dengan nada jutek.

"Gitu gimana Bel?", tanya Tamara lagi yang masih penasaran.

"Maaf Tam, gue belum siap buat cerita", jawabku.

"Oh yaudah, gapapa kok kalau lo belum siap cerita. Yaudah kalo gitu", jawab Tamara sambil menepuk pundakku pelan.

"Iya Tam. Maaf ya", balasku yang sebenarnya aku merasa tidak enak pada Tamara yang sepertinya sudah siap untuk mendengarkan ceritaku.

Tamara pun langsung balik ke kelasnya.

Seketika itu mataku menatap ke arah depan ruang guru yang tak jauh dengan lapangan basket.
Saat aku lihat, ternyata di situ ada Gibran bersama teman-teman sekelasnya sedang dudukan di depan ruang guru dan menghadap ke lapangan basket yang panas dan silau.

Aku hanya bisa berkata dalam hati ketika melihatnya.

Ya Tuhan wajah itu, aku melihatnya kembali. Aku ingin dia menatap ke arahku untuk sebentar saja, ucapku dalam hati.

"DORR!!"

Tiba-tiba Della mengejutkanku dan mengajakku ke kantin.

"Bel! kantin yuk!", kata Della.

Akupun mengikutinya, dan Della malah memilih lewat depan ruang guru, sedangkan di sana ada gerombolannya Gibra. Pasti aku akan lewat dipandangannya.

Tapi yaudahlah gapapa, kan aku mau ke kantin bukan buat cari perhatian dia.

Akhirnya aku dan Della jalan melewati Gibran dan teman-temannya yang sedang dudukan didepan ruang guru serta juga bersama dengan teman-temanku yang lainnya yang pada ikutan ke kantin.

Dan ketika aku lewat di depan dia dengan caraku yang berpura-pura tidak menoleh ke Gibran. Hanya mata yang melirik sekilas tanpa terlihat jelas oleh teman-temanku, aku melihat Gibran ternyata menatapku.

Akhirnya aku berjalan cepat ke kantin, dan langsung bersembunyi di balik tubuh Davi, temanku yang berjalan beriringan denganku.

Sudah cukup untuk tadi malam.

*******

Sepulang sekolah,

Sesampainya di rumah, aku berfikir untuk memberikan apa yang aku simpan dan aku sembunyikan selama ini dari Gibran.

Akupun langsung mengambil laptopku dan membukanya, lalu aku mengambil flashdickku yang berada di tempat pensilku.

Di laptopku ada banyak foto dan  video serta screenshoot tentang Gibran yang selama ini aku simpan. Entah apa yang merasuki pikiranku, aku berniat untuk memberikannya kepada Gibran dan memberitahunya kalau semua ini yang selama ini aku simpan.
Aku cuma ingin dia tahu betapa sayangnya aku padanya, dan juga karena aku ingat Gibran dulu pernah ingin melihat video yang aku buat ini.

Dan aku memutuskan untuk bertemu dengannya dan memberikannya di waktu acara perpisahan sekolah nanti, sebagai kenang-kenangan.

*********

I'm Still Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang