14 (My Eyes & Your Eyes)

77 3 0
                                    

Sepulang sekolah,

Tiba-tiba Syifa mengajakku ke ruang guru, karena dia minta ditemani untuk mengumpulkan tugas IPS.

"Woy Bel! anterin gue ngumpulin tugas IPS yuk!", kata Syifa sambil menarik tangan kananku.

"iya udah, ayokk!", jawabku dan langsung mengambil tas.

Akhirnya akupun langsung mengantar Syifa ke ruang guru yang jaraknya tidak jauh dari kelasku.

Sesampainya di ruang guru,

"Assalamu'alaikum", ucap Syifa

"Walaikumssalam, cari siapa mba?" , jawab salah satu guru yang ada di ruangan.

"Ini bu,  mau nyari Pak Taufik", jawab Syifa ramah.

"Oh lah itu Pak Taufiknya", jawab salah satu guru sambil menunjuk seorang guru yang sedang berkutik dengan laptopnya.

"Eh iya bu, terimakasih bu", ucapku dan Syifa kompak.

Akhirnya kita berdua menghampiri Pak Taufik yang kebetulan belum pulang dan masih duduk di tempatnya sambil memainkan Laptopnya.

Baru saja tiba di sebelah Pak Taufik, eh langsung menoleh Pak Taufiknya.

"Ada apa?", tanya Pak Taufik.

"Ini Pak mau ngumpulin tugas peta ini", jawab Syifa.

"Ohh iya iya sebentar saya cek dulu", jawab Pak Taufik.

"Hmm, mba ini salah, yang ini harusnya gak kayak gini", kata Pak Taufik.

Aku pun ikutan menyimak penjelasan dari Pak Taufik yang sedang mengoreksi tugas petanya Syifa, ya walaupun punyaku sudah selesai dan di acc.

"Paham gak?", tanya Pak Taufik ke Syifa setelah menjelaskan kesalahannya.

"Enggak Pak", jawab Syifa jujur.

"Gini lho", Pak Taufik pun mencoba sabar untuk menjelaskan ulang ke Syifa lagi dengan bahasa yang lebih paham serta sambil mengambil dan menunjukkan contoh salah satu gambar para siswa lain yang sudah benar.

"Hmm, jadi gini pak?", tanya Syifa memastikan lagi.

"Iya", jawab Pak Taufik.

Entah apa yang mereka omongin. Pak Taufik itu seorang guru IPS yang jeli sekali. Matanya tajam banget. Kenapa aku bilang seperti itu? beliau ini detail sekali jika mengoreksi tugas para siswanya. Sebenarnya Beliau orangnya humor receh tetapi jika sudah berhadapan dengan siswa soal tugas seperti berbeda kepribadian.
Gambar peta salah dikit saja garisnya jadi ketahuan.

Sejujurnya aku pun merasa ikut deg-degan dan keringat dingin waktu lihat Syifa yang wajahnya tampak ketakutan.

Disaat aku dan Syifa sedang mendengarkan penjelasan dari Pak Taufik buat tugas peta yang benar dan sambil melihat contoh peta buatan siswa yang benar.

Tiba-tiba ada dua orang siswa laki-laki masuk menemui Pak Taufik juga dan berdiri di sebelah aku dan Syifa.
Akupun langsung menoleh ke arah dua cowok tersebut.

Ternyata si Naufan dengan temannya.
Eh tapi gak tau temannya itu siapa? Aku tidak melihatnya karena terhalang oleh Syifa yang berdiri di sebelah kiriku.

"Ada apa mas?", tanya Pak Taufik yang beralih ke dua siswa tersebut.

"Ini pak mau nanya", ucap Naufan sambil menunjukkan tugas gambar petanya juga.

Ternyata tujuan Naufan pun sama seperti Syifa. Menanyakan tugas peta agar lebih jelas.

Seketika itu aku melirik ke Nauan, ternyata di sebelahnya ada Gibran yang sedang berdiri juga di belakang Naufan dan tidak jauh juga berdiri di sebelahku.

Deg!

Seketika aku terkejut!

Waktu aku gak sengaja  meliriknya karena tadinya berniat melirik ke Naufan, ternyata si Gibran sudah melihatku.

Aku tahunya Naufan tidak bersama Gibran, karena tadi ku lihat di awal setelah Naufan berada tepat di samping Syifa itu wajah temannya tidak terlihat karena berada tepat di sebelah kiri Naufan, dan alangkah terkejutnya, Gibran hampir mau senyum waktu aku meliriknya.

Disaat aku tahu Gibran juga melirikku, aku langsung menoleh kembali ke arah peta dan Pak Taufik.

Rasa deg-deganpun muncul, kedua kalinya aku dan dia saling melirik.

Ya Allah kok tiba-tiba ada dia sih?!, ucapku dalam hati dengan mengedipkan mata selama 5 detik saja dan beralih kembali ke arah petanya Syifa.

Ternyata dua cowok tadi adalah Naufan dan Gibran.

Rasanya itu gak karuan.

Beberapa menit kemudian,

Setelah Syifa selesai konsultasi tugas ke Pak Taufik. Aku dan Syifa tidak lupa berterimakasih kepada Pak Taufik guru IPS kita dan langsung buru-buru keluar dari ruang guru.

********

Didepan kelas,

Sejujurnya  tidak bisa menahan rasa deg-deganku dan wajahku yang memerah karena ketemu crush. Ketemu Gibran dan saling melirik satu sama lain. Rasanya ingin berteriak.

Aku tidak henti- hentinya berteriak di depan kelas yang kebetulan sudah agak sepi dan memeluk Della serta menceritakan hal yang barusan terjadi.

Belom sempat cerita, akupun melihat Gibran dan Naufan keluar dari ruang guru. Mungkin konsultasinya sudah selesai.

"Delllaaaaaaaaaaaa.!!!!!" , teriakku sambil memeluk erat Della saking senangnya.

"Lo kenapa sih Bel?, Kok senyam-senyum gitu?", tanya Della yang merasa heran melihatku.

"Del lo tahu gak? Tadi barusan di dalam ruang guru gue lirik-lirikkan mata sama Gibran", kataku.

"Hah ? Serius? Kok bisa?", tanya Della.

"Iya gue serius!", jawabku.

"Gimana ceritanya?", tanya Della.

Lalu akupun menjelaskan panjang kali lebar ke Della sambil duduk di pinggi lorong kelas.

"Jadi gini kan gue sama Syifa lagi konsultasi ke Pak Taufik tadi barusan soal tugas buat peta. Lah gue gak nyadar kalo di sebelah gue sama Syifa itu ada Naufan dan Gibran", jelasku.

"Awalnya tuh Del, gue sama Syifa duluan nih yang masuk ruang guru, terus waktu lagi nyimak penjelasan koreksian dari Pak Taufik, eh ada dua siswa masuk ke ruangan itu dan berdiri di samping kanan Syifa. Gue awalnya gak peduli siapa yang datang. Terus waktu Pak Taufik nanya ke dua siswa yang barusan datang, gue langsung melirik ke arah samping Syifa dan gue kaget banget kalo itu ternyata si Naufan sama Gibran. Bahkan yang bikin gue kaget, si Gibran udah melirik gue duluan Del. Makanya pas sebelumnya gue merasa ada yang lagi lihatin gue, ternyata dia dan mana dianya sambil senyum lagi ke gue. Haduhhhh", jelasku secara detail ke Della.

"Huuuu Elo salting ternyata. Muka dan pipi lo sekarang merah tau kelihatan banget. Hahaha", kata Della sambil meledekku.

"Hmm, apa iya ya? Masa sih? iya tadi di dalam gue nahan salting banget makanya ini keluar ruang guru langsung teriak di kuping lo saking gak kuatnya menahan salah tingkah. Btw gapapalah pipi gue merah juga karena dia kok".

"Terserah lo Bel, gue ikutan senang kalo liat lo sebahagia ini Bel", kata Della sambil menatapku.

"Iya Del,  maka-", belum selesai bilang makasih ke Della. Tiba-tiba panjang umur banget. Ada Gibran lewat di belakangku tepat bersama teman-temannya.

Aku yang dari tadi cerita nyerocos ke Della tanpa henti, seketika membungkam dan mencoba diam saat melihat Gibran lewat.

Dia berjalan melewati kelasku dan kebetulan di situ ada aku juga dan Della yang lagi dudukan sebentar.

Akupun tak pernah absen untuk menatap dia jika dia lewat di hadapanku, walaupun dia tidak tahu itu.

"Ekhem! siapa tuh tadi yang lewat. Tiba-tiba kok diem Bel?", bisik Della sambil meledekku.

"Huss!", jawabku sambil nampil pundaknya dia.

I'm Still Like YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang