Langsung aja deh ya...
Happy Reading...:-)
*****
Kalah.
Sekarang aku duduk di kursi meja makan dengan gaun hitam selutut dengan pita putih dibagian pinggangnya. Bagus memang, tapi sekarang hatiku yang sedang mendung.
"Jaga sikapmu. Dan jangan lupa dengan janjimu." Tiba-tiba terdengar suara dingin tante Rosie.
Yaa.. Aku sudah bernegosiasi dengan om dan tanteku. Jadi begini (bagi yang penasaran saja), mereka mengancam akan menggusur panti asuhan yang selama ini berdiri di tanah milik om aku. Oke kupersingkat saja ya. Papa punya tanah untuk membangun panti asuhan. Saat papa masih hidup, omku ini membeli tanah beserta panti itu dan papa menjualnya. Aku yang sejak kecil lebih sering bermain disana, sudah menganggap panti itu adalah rumahku, jadi mana bisa kubiarkan panti itu di gusur? Jadi beginilah nasibku... Aku berjanji akan menikah dengan om-om ituu.. Om yang tak kukenal... Menyedihkan memang :-(
Om duduk di bagian kepala meja makan panjang ini, sisi kiri dan kanannya adalah tante dan Ellise, sedangkan aku di sebelah Ellise.
"Kalau kamu macam-macam, panti itu akan secepatnya om jadikan mall."
"Kayak bisa aja." Gumamku kecil. Sangatttt kecil, tapi sayangnya masih bisa didengar Ellise.
"Apa lo bilang?"
"Nothing." Kataku cuek lalu aku diam, sedangkan mereka bertiga entah membicarakan apa. Aku tak peduli. Aku hanya memainkan alat makanku.
"Nah itu mereka datang." Kata om tiba-tiba, lalu masuklah sepasang yang sepertinya suami-istri dengan senyuman hangat mereka diantar seorang pelayan dan langsung dipersilahka duduk disamping tante.
Tidak mungkin pria ini kan? Bahkan usianya sama dengan Papa kalau Beliau masih hidup.
Lalu tidak lama kemudian menyusul sepasang suami-istri -juga sepertinya- dengan seorang bayi perempuan di gendongan si istri. (Mereka duduk disampingku tapi di kosongin satu disebelahku, ngerti gak? Hehehe...)
Apa pria ini? Kalau dilihat-lihat, umur pria ini mungkin sekitar 30-an. Hell nooo! Lagi pula dia sudah memiliki istri dan anak yang cantik.
"Rumahmu nyaman ya Rud." Rudy, itu nama omku. Dan satu hal lagi. Ini rumah orang tuaku, bukan omku.
"Pasti masih nyamanan rumah kamu lah Will." Sopan sekali omku ini.
Aku hanya diam dengan senyum tipis terpaksa mendengar obrola tak penting mereka #upss
"Jadi yang mana diantara kedua gadis cantik ini yang akan kau jodohkan dengan anakku?" Anak? Berarti benar dong pria dengan istri dan anaknya itu yang akan dijodohkan denganku? Karena kulihat tak ada orang lain lagi yang datangg...
Hancur sudah masa depankuu..
Sebenarnya walaupun ada yang datang, masa depaku juga tak akan berubah sih... Tapi setidaknya aku tidak ingin menikah dengan pria yang sudah berkeluarga.
"Stella. Dia keponakanku. Dia tidak keberatan dengan perjodohan ini." Pandai sekali pamanku berbohong.
"Lalu dia anakmu?" Tanya om Will sambil melihat kearah Ellise.
Fyi, aku dan Ellise berbeda 3 tahun.
"Iya om, aku Ellise. Salam kenal..." muka dua!
"Sebaiknya kita makan dulu baru setelah itu membicarakan perjodohan ini, gimana?" Usul tante. Mereka bertiga sangat jago berakting. Baik didepan, iblis dibelakang.
"Ya sebaiknya begitu." Nah! Kalau ini terdengar tulus. Suara lembut itu berasal dari istri om Will.
"Maaf saya terlambat."
*****
Suara siapa tuh... Hahaha... Udah pasti ketebak kan? Kan sudah kubilang, ceritanya mainstream.
Tolong vomment dong... (bagi yang baca :D)
Thankss :-)
KAMU SEDANG MEMBACA
Smart Girl And Young Teacher
RomanceStella, gadis pintar, mandiri, dan semangat. Dia usianya yang baru akan menginjak 18 tahun, dia sudah dipaksa oleh keluarga Om-nya untuk menikahi seorang pemuda yang belum ia kenal demi menulasi hutang Om-nya itu. *** Apakah Stella akan kabur? Atauu...