Karena kebodohanku sekarang aku kehilangan orang yang kucintai.
Aku sadar sekarang, apa yang Dave katakan padaku waktu itu. Tapi sayangnya karena waktu yang kubutuhkan untuk sadar adalah 2 bulan, aku kehilangannya.
Sampai sekarang tak seorangpun yang tau (atau mungkin pura-pura tidak tau) dimana keberadaan Stella, dan selama 2 bulan ini Wilona terus saja datang mengangguku walaupun sudah kukatakan kalau aku sudah tidak mencintainya lagi.
"Pak Alex." Lamunanku terhenti saat suara seorang perempuan memanggilku.
Dia menangis.
"Ada apa?" Tanyaku.
"Stella kecelakaan."
Deg
Jantungku langsung berpacu lebih cepat. Begitu juga dengan tubuhku yang langsung berjalan cepat menghampirinya dan langsung menggoyangkan tubuhnya.
"Dimana dia?"
"Dalam perjalanan ke rumah sakit *** dari Jerman."
Perkataan terakhirnya membuatku tersentak. Jerman? Jadi selama ini dia di Jerman?
"Jerman? Bagaimana keadaannya?"
"Yang ku tau, bagian kepala Stella mengalami pendarahan, perut bagian bawahnya juga tertancap pecahan kaca." Niken terus menjelaskan keadaan sahabatnya dengan air mata yang terus mengalir.
"Ikut saya." Aku langsung menarik dia menuju mobilku. Tiba-tiba ingatan saat aku cemburu pada Ronald dan Stella berlari mengejarku terulang dalam otakku. Bahkan karena sikapku waktu itu, aku jadi gak bisa memilihkan gaun yang tepat untuknya.
"Dia masih belum berangkat pak." Jelas Niken.
Dengan cepat aku langsung menelepon asistenku untuk menyiapkan jet pribadiku untuk menjemput Stella disana.
Dengan cemas aku menunggu di rumah sakit tujuan. Niken yang hanya duduk juga terlihat sangat cemas, tapi karena aku sendiri panik. Aku tak bisa menenangkannya.
"Dimana om dan tantenya?" Tanyaku pada Niken.
"Sebenarnya -" terdengar keragu-raguan di suaranya, dan itu membuatku menyerengitkan dahi.
"Katakanlah."
Dengan ragu Niken menceritakan segalanya. Kelakuan om dan tantenya selama ini, paksaan perjodohan, ancaman, bahka pukulan. Semunya membuat hatiku perih. Kenapa selama ini dia terlihat tegar dan ceria? Padahal tekanan batin yang ia dapatkan sangat menyakitkan.
"Terakhir kali dan ini adalah yang terparah." Kata Niken dengan membara seperti tidak terima. "Hampir saja Stella di lec***kan oleh omnya sendiri yang sedang mabuk. Untung saja saat itu saya dan kakak saya berniat mengunjungi rumahnya."
Amarah langsung memburuku. Pandanganku menggelap dan tanganku mengepal.
"Sejak saat itu Stella selalu menginap di rumahku."
"Jadi, selama ini kamu tau keberadaan Stella?" Kebohongan lainnya terungkap.
Dengan gugup Niken menganggukkan kepalanya lalu menunduk.
"Kenapa -"
"Dia yang meminta!" Serunya.
"Ceritakan!" Tegasku. Setidaknya aku masih sadar kalau orang yang didepanku adalah seorang perempuan dan juga sahabat Stella.
"Awalnya dia mendapatkan mendapatkan program pertukaran pelajar, tapi sayangnya tidak ada murid yang didatangkan kesini dengan alasan ada masalah. Stella tetap pergi dan sebenarnya pertukaran pelajar itu selama 3 bulan penuh sebelum terjadinya insiden ini." Jelas Niken panjang lebar.
Aku hanya diam menanggapi ucapannya. Sebisa mungkin aku menahan amarahku agar tidak menyakiti siapapun.
Beberapa jam aku sudah duduk dalam keadaan tidak bergerak sampai sebuah (dorongan yang buat bawa pasien itu, namanya apa ya?) Dan terbaringlah Stella diatasnya dengan wajah pucat dan banyak alat yang melekat dengan tubuhnya.
"Sorry, who are you?" Aku melihat ada seorang pria dewasa dengan setelan mahalnya.
*****
Haaiii...
Vomment donggg.. I need it, please?
Thanks for reading!
:-)
KAMU SEDANG MEMBACA
Smart Girl And Young Teacher
RomanceStella, gadis pintar, mandiri, dan semangat. Dia usianya yang baru akan menginjak 18 tahun, dia sudah dipaksa oleh keluarga Om-nya untuk menikahi seorang pemuda yang belum ia kenal demi menulasi hutang Om-nya itu. *** Apakah Stella akan kabur? Atauu...