Chapter 20 - Last Problem (?)

13.6K 425 0
                                    

Happy reading..

***

Setelah selesai makan, Niken, Fadil, dan Steven mengantarkan Stella ke kamarnya kembali. Sesekali mereka tertawa mendengar lelucon atau cerita masa kecil Stella ataupun salah satu dari mereka.

Setibanya mereka di kamar Stella, mereka dikejutnya dengan seseorang yang duduk di sofa ruangan Stella.

"Kita.. Pergi dulu ya.." Kata Niken lalu menarik Fadil, sedangkan Steven mengecup kening Stella sebelum keluar ruangan.

"Stell.." panggil pria itu lirih dan menghampiri Stella.

"Alex." Ucap Stella menyebutkan nama sang pria.

Alex berlutut untuk menyamakan tinggi mereka. Dia menggenggam tangan Stella perlahan dan menggumamkan kata maaf.

"Maaf untuk apa?" Tanya Stella yang membalas genggaman tangan Alex.

"Semuanya, khususnya aku yang udah buat kamu kayak gini dan..." Alex menarik napasnya terlebih dahulu sebelum melanjutkan kalimatnya "Karena gak yakin dan gak ngasih kepastian ke kamu."

"Al, sebenernya ini bukan sepenuhnya salah kamu. Aku yang minta kamu mikir dan pergi tanpa alasan."

Terjadi perdebatan kecil diantara mereka yang sama sama menyalhkan satu sama lain.

"Udahlah Al, kita salah! Kayak anak kecil aja deh." Kata Stella akhirnya.

Alex hanya terkekeh kecil dan mengusap tengkuk kepalanya.

"Jadi sekarang kita pacaran lagi?"

"Emang kita pernah pacaran?" Tanya Stella menggoda Alex.

Alex hanya tersenyum. Dia senang bisa melihat Stella ceria lagi seperti sekrang, dan dia jadi teringat pembicaraannya dengan seseorang. Dia harus menemui orang itu.

"Sekrang kamu istirahat." Lalu Alex mendorong kursi roda Stella dan langsung menggendong Stella kembali ke kasurnya dengan perlahan.

"Tidur." Perintah Alex lagi sambil menyelimuti tubuh Stella sampai dagu nya.

"Kamu disini?" Tanya Stella dengan sedikit harapan.

"Ya. Sekarang tidurlah." Lalu setelah Alex mengelus kepala Stella beberapa saat, tak lama kemudian dia tertidur.

Diluar ruangan 4 pasang mata melihat kejadian itu. 3 diantaranya tersenyum senang, sedangkan 1 sisanya berusaha menahan amarahnya.

***

Beberapa hari kemudian Stella sudah di perbolehkan pulang, itupun dengan paksaan dan rengekan Stella pada sang kakak, Alex, dan sahabatnya.

"Kamu janji di rumah harus istirahat, gak boleh jalan jalan, jangan minta keluar, dan jangan banyak tingkah." Kata Steve.

"Oke. Tapi aku mau sebelum pulang kita makan di luar." Pinta Stella.

"Oke, tapu kakak gak bisa ikut. Karena kakak kesini dadakan kerjaan kakak banyak yang berantakan. Sorry." Lalu Steve mengecup puncak kepala Stella.

Sekarang mereka sedang berjalan di lorong rumah sakit dengan tangan Steve merangkul sang adik dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya membawa tas berisi pakaian Stella.

"Ya udah, aku sama Alex aja." Kata Stella karena dia tahu kalau Alex menunggunya di depan.

"Setelah makan langsung pulang. Kakak tunggu." Stella langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat dan bersemangat.

Sesampainya mereka di lobby, Alex terlihat tersenyum sambil membawa sebuket mawar putih ditangannya.

"Beautiful flower for beautiful girl." Kata Alex sambil menyodorkan buket bunga itu tak lupa dengan senyumannya.

"Makasih." Stellapun langsung mengambil bunga itu dan menghirupnya.

"Ya udah kakak tinggal. Lex, jaga adek gue. Jangan sampe dia lecet walau cuma seujung kuku." Kata Steve memperingatkan. "Ajak dia makan." Setelag memeluk dan mengecup puncak kepala Stella, Stevepun pergi meninggalkan mereka menuju mobilnya.

"Silahkan princess." Stella hanya tersenyum salah tingkah dan masuk kedalam mobil dengan keadaan muka yang memerah.

»»»»»skip perjalan ke restoran«««««

"Kamu masih belom boleh makan yang macem macem, jadi pesennya sayur aja ya." Kata Alex yang memesankan makanan, tidak membiarkan Stella memesan makanan.

"Al, spageti ya..." Kata Stella merajuk. "Please..."

"Tapi-"

"Ya yaa... Boleh ya..." Stella terus memohon sampa akhirnya Alex memesankannya spageti.

"Yeyy... Makasih Alexxx... Youre the best deh..." Kata Stella.

"Ada maunya aja baru muji." Kata Alex mencibirnya.

"Ya.. Jangan ngambek gitu dong..." bujuk Stella pada Alex yang berakhir sampai makanan mereka datang.

Dengan lahap Stella memakan makanannya, dan tidak sekali dua kali makanan tersebut menempel pada ujung mulut Stella yang membuat Alex terus terkekeh pelan.

"Kamu kenapa sih Al, dari tadi ketawa gitu terus." Lagi lagi Alex hanya terkekeh pelan.

"Kalau makan tuh pelan-pelan, kamu tuy cewek." Kata Alex sambil membersihkan mulut Stella dengan tangannya. "Bukan anak kecil juga kan."

"Lagian makanan di rumah sakit gak ada yang enak. Hambar semua rasanya." Kata Stella.

"Kalau makanan di rumah sakit kayak makanan di restoran, yang ada bukannya ke rumah sakit buat nyembuhin penyakit malah pada makan."

Stella terlihat berpikir sejenak. "Iya juga ya..." tapi tak lama kemudian dia terlihat tidak memperdulikannya dan melanjutkan makannya.

"Kenyang?" Stella hanya mengangguk.

"Stell." Panggil Alex yang berhasil mengalihkan Stella dari aksi bersih-bersihnya.

Setelah mengangkat kepalanya Stellapun terkejut dengan benda yang dipegang Alex.

"For you." Kata Alex sambil memberikan sebuah kalung berwarna emas dengan tulisan 'we are always together' dibagian tengahnya yang berwarna silver di atas meja.

"And this for me." Kata Alex sambil mengangkat kalung serupa seperti milik Stella hanya saja berwarna hitam dan berukuran sedikit lebih besar.

"Bagus banget..." kata Stella sambil menggapai kalung itu.

Tapi sayangnya tangan Stella kalah cepat dengan sebuah tangan putih bersih milik seoran perempuan.

"Daniella?" Seru Alex.

***

Haiii... Sampe sini dulu ya.. Hehehehe

Jangan lupa terus vomment dan makasih buat yang udah terus vomment di cerita absurd ini.

Thankss :-):-):-)

Smart Girl And Young TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang